Sabtu, 15 Desember 2012

TINJAUAN PRAGMATIK DALAM DRAMA KOMEDI SATU BABAK “ORANG KASAR” KARYA ANTON CHECOV SADURAN WS RENDRA


TINJAUAN PRAGMATIK DALAM DRAMA KOMEDI SATU BABAK
“ORANG KASAR” KARYA ANTON CHECOV
SADURAN WS RENDRA

BAB 1. PENDAHULUAN

Drama merupakan salah satu genre sastra yang menarik untuk dibahas. Istilah drama berasal dari Yunani, yaitu dramoi yang berarti ‘aksi’ atau ‘perbuatan’. Istilah drama itu sendiri juga menyiratkan makna ‘peristiwa’, ‘karangan’, dan ‘risalah’. Drama pada awalnya digunakan dalam suatu ritual pemujaan terhadap para dewa. Akan tetapi, ritual tersebut mengalami perkembangan menjadi oratoria, yaitu seni berbicara, kemudian berkembang menjadi drama.Menurut website google.com,salah satu jenis drama yang berkembang adalah drama komedi. Drama komedi sendiri adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
Orang Kasar merupakan sebuah drama karya  Anton Chekov yang di sadur oleh Ws Rendra ini memiliki daya tarik dalam hal pesan atau efek yang dapat diperoleh seorang pembaca. Oleh karena itu, penulis memilih pendekatan pragmatik untuk menganalisis naskah drama Orang Kasar. Semakin banyak nilai pendidikan moral, budaya, politik dan atau agama yang terdapat dalam karya sastra dan berguna bagi pembacanya, makin tinggi nilai karya sastra tersebut.
Cerita ini mengisahkan intrik kehidupan seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya dengan kepasrahan tanpa mau menerima kehidupan selanjutnya,dalam sepenggal dialog yang disampaikan oleh nyonya(dengan tegas):
”Saya minta, jangan bicara seperti itu lagi. Pak Darmo telah tahu, bahwa sejak kematian mas Martopo, hidup ini tak ada harganya lagi bagi saya. Bapak kira aku ini hidup? Itu hanya nampaknya saja, mengertikah Pak Darmo? Oh, saya harap arwahnya yang telah pergi itu melihatbagaimana aku mencintainya. Saya tahu, ini bukan rahasia pula bagimu, suamiku sering tidak adil terhadap saya, kejam, dan ia tidak setia, tetapi saya akan setia, kepada bangkainya dan membuktikan kepadanya betapa saya bisa mencinta. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa saya masih tetap sebagai dulu”.
Akan tetapi, jika hal tersebut dilihat dari pendekatan pragmatis menurut Abram (1958: 14-21) yang  memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca dengan mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya,maka disana tergambar bahwa ada sebuah kepasrahan yang mematikan semangat untuk kelangsungan kehidupan selanjutnya.
Titik pandang yang diambil dalam  melakukan apresiasi terhadap cerpen “ Bendera” ini adalah efek yang didapat oleh para pembaca. Efek yang dilihat dari dialog-dialog yang ada dalam naskah,sehingga dalam mengapresiasi drama tersebut,bisa lebih gampang dalam memahami drama dan menemukan efek yang dikandung. Selain itu, pendekatan yang diambil dalam melakukan apresiasi terhadap naskah drama Orang Kasar yaitu pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatis menurut Abram (1958: 14-21) adalah pendekatan yang memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca.Oleh karena itu, pendekatan ini sesuai dengan kekhasan yang terdapat dalam naskah drama,sekaligus mempermudah dalam memahami  naskah serta dapat  membantu menemukan maksud atau makna yang terkandung dalam naskah drama Orang Kasar  .
Membaca suatu naskah drama merupakan suatu cara untuk memahaminya. Lalu menginterpretasikan dialog-dialognya. Metode ini lebih mengarah kepada titik pandang dan pendekatan yang di angkat. Jadi, menerapkan metode  ini dengan dimulai dari membaca secara keseluruhan. Lalu mulai mengidentifikasikan dialog-dialog. Dari situ, mulai terlihat makna yang terkandung dalam naskah drama.
Kekuatan naskah drama Orang Kasar ini terdapat pada pesan atau efek yang dapat diperoleh seorang pembaca. Sebab, di dalamnya  terdapat gambaran  kehidupan yang sarat makna sekali jika dikaitkan dengan kehidupan di masa kini. Hal ini bisa dilihat dari permainan bahasanya. Sehingga, menurut saya cerpen ini cocok di baca oleh semua kalangan. Sehingga, sangat bermanfaat sekali untuk dibaca.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah pesan atau efek yang bisa didapat oleh pembaca dalam naskah drama Orang Kasar ciptaan  Anton Chekov yang di sadur oleh Ws Rendra?
1.3  Tujuan dan Manfaat
Untuk mendapatkan pesan atau efek yang didapat oleh pembaca dari naskah drama Orang Kasar karya Anton Chekov yang di sadur oleh Ws Rendra.












BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Pragmatik
Orang Kasar karya  Anton Chekov yang di sadur oleh Ws Rendra ini termasuk jenis drama komedi karena dramanya yang menggeliti.drama ini juga  memiliki daya tarik dalam hal pesan atau efek yang dapat diperoleh seorang pembaca. Oleh karena itu, penulis memilih pendekatan pragmatik untuk menganalisis naskah drama Orang Kasar. Pendekatan pragmatik merupakan salah satu bagian dari ilmu sastra  yang menitikberatkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna karya sastra (Teew, 1984:50).
Pendekatan pragmatis menurut Abram (1958: 14-21) memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pendekatan ini memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca. Pendekatan pragmatik mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik di antaranya berbagai tanggapan masyarakat atau peneriman pembaca tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.
Menurut segers (2000:35-47) dalam kaitannya dengan pendekatan pragmatik, mengawali pembicaraannya dengan uraian seputar estetika resepsi. Menurutnya, secara metodologis estetika resepsi berusaha memulai arah baru dalam studi sastra karena berpandangan bahwa sebuah teks sastra seharusnya dipelajari (terutama) dalam kaitannya dengan reaksi pembaca.
Berdasarkan pikiran-pikiran di atas, dapat diambil pengertian bahwa pragmatik adalah cara mengkaitkan sesuatu atau karya sesuai dengan  kegunaannya atau telaah hubungan karya sastra dengan penafsir dengan disikapi secara kontekstual.Di dalam sastra ada tiga kode yang  saling signifikan, yaitu kode bahasa, budaya, dan kode sastra sendiri. Ketiga kode ini tidak seluruhnya dapat diamati secara empirik. Kode bahasa misalnya, secara realitas  memang dapat diamati oleh indra, tetapi untuk memahaminya diperlukan sejumlah lokus makna lainya yang terdapat pada kesadaran subjektif. Demikian juga dengan kode budaya dan kode sastra  tidak terlepas dari lokus pemaknaan lainnya.
Dalam literatur yang berkaitan dengan pragmatik, ada pula yang menekankan kepada struktur bahasa, aspek  makna tertentu, dan hakikat ketergantungan dengan konteks, seperti yang dipaparkan sebagai berikut ini:
a.    Pragmatik adalah studi tentang hubungan-hubungan antar bahasa dengan konteks yang digramatikalisasikan atau dikodekan dalam struktur suatu bahasa;
b.    Pragmatik adalah studi tentang semua aspek makna yang tidak terliput dalam teori semantik;
c.    Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang merupakan dasar untuk uraian pemahaman bahasa;
d.   Pragmatik adalah studi tentang  kemampuan pemakaian bahasa untuk memadankan kalimat dengan konteks yang tepat; dan
e.    Pragmatik adalah studi tentang dieksis, implikasi, prasuposisi, tindak ujar, dan aspek struktur wacana.
Dari beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksudkan  dengan pendekatan pragmatik dalam tulisan ini adalah cara mengkaitkan hubungan kode-kode bahasa sebagai media ekspresif karya sastra dengan penafsir sebagaimana pengertian pragmatik yang dirumuskan oleh Morris dalam Tarigan dan Van  Dijk terdahulu. Sedangkan penafsiran yang dimaksud adalah begaimana penafsiran atau interpretasi pembaca terhadap makna kode tersebut. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa pendekatan pragmatik adalah suatu pendekatan yang dipergunakan dalam menelaah karya sastra (drama) berdasarkan resepsi personal pembaca (interpretator) terhadap kode atau unsur-unsur yang terdapat dalam drama.
                                      
2.2 Metode Penelitian
Metode penelitian sastra merupakan alat penting dalam mewujudkan sebuah penelitian sastra yang memadai dan sebagai upaya untuk mendeskripsikan masalah sastra yang bersifat unik dan universal sebagai objek penelitian. Pertimbangan utamanya adalah untuk memberikan pengetahuan secara memadai mengenai penelitian sastra yang menuntut sebuah metode penelitian yang khusus di samping tetap berada dalam jangkauan asas-asas penelitian ilmiah secara universal.
Pada apresiasi drama dalam makalah ini digunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif ini memberikan perhatian kepada data alamiah yang berada dalam hubungan konteks keberadaanya dan memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan hakikat objek. Objek sosial bukan gejala sosial sebagai bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung di balik  tindakan yang justru mendorong timbulnya gejala sosial tersebut. Penelitian kualitatif mempertahankan nilai-nilai. Dalam ilmu sastra, sumber datanya adalah karya sedangkan data penelitiannya teks.

2.3 Biografi singkat  Anton Chekhov
Sebelum menganalisis dramaOrang Kasar,terlebih dahulu melihat biografi Anton Chekhov ,ia adalah seorang penulis besar Rusia yang terkenal terutama karena cerpen-cerpen dan dramanya. Bahkan untuk mendukung keluarganya, Chekhov mulai mengarang cerita-cerita pendek, sketsa humor dan vignet dari kehidupan Rusia masa itu, banyak di antaranya dengan menggunakan pseudonim seperti misalnya Antosha Chekhonte, Laki-laki tanpa perasaan,dan lain-lain. Karyanya yang pertama diterbitkan muncul di mingguan St Petersburg Strekoza ("Capung") pada Maret, 1880. Tidak diketahui berapa banyak cerita yang ditulis Chekhov selama periode ini, namun ia dengan cepat menjadi penulis yang matang. Ia segera mendapatkan reputasi sebagai penulis satir kehidupan jalanan Rusia.

2.4 Interpretasi Naskah Drama Orang Kasar
Naskah drama Orang Kasar ini mengisahkan tentang percintaan yang tak terduga yang timbul dari pertengkaran antara kedua manusia,yaitu nyonya Martopo dan Bilal. Di mana nyonya Martopo sudah tidak mau mengenal kenyataan cinta selanjutnya dan Bilal masih memburu kenyataan dari cintanya. Drama Orang Kasar memuat suatu semangat dalam menjalani kehidupan yang akan datang. Dalam drama ini ada dua manusia yang memiliki cara pandang yang berbeda dalam menjalani kehidupannya. Berikut kutipan dialog dalam drama Orang Kasar.
DARMO       
Lagi-lagi saya jumpai nyonya dalam keadaan seperti ini. Hal ini tidak bisa dibenarkan, nyonya Martopo. Nyonya menyiksa diri! Koki dan babu bergurau di kebun sambil memetik tomat, semua yang bernafas sedang menikmati hidup ini, bahkan kucing kitapun tahu bagaimana berjenakanya dan berbahagia, berlari-lari kian kemari di halaman, berguling-guling di rerumputan dan menangkapi kupu-kupu, tetapi nyonya memenjarakan diri nyonya sendiri di dalam rumah seakan-akan seorang suster di biara.
Ya, sebenarnyalah bila dihitung secara tepat, nyonya tak pernah meninggalkan rumah ini selama tidak kurang dari satu tahun.

NYONYA
Dan saya tak akan pergi ke luar! Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah tamat. Suamiku terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya sendiri di dalam empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati.

DARMO
Ini lagi ! Ini lagi ! Ngeri saya mendengarkannya, sungguh! Tuan Martopo telah mati, itu kehendak Allah, dan Allah telah memberikannya kedamaian yang abadi. Itulah yang nyonya ratapi dan sudah sepantasnya nyonya menyudahinya. Sekarang inilah waktunya untuk berhenti dari semua itu. Orang toh tak bisa terus menerus melelehkan air mata dan memakai baju hitam yang muram itu! Istri sayapun telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Saya berduka cita untuknya, sebulan penuh saya melelehkan air mata, sudah itu selesai sudah.
Haruskah orang berkabung selama-lamanya? Itu sudah lebih dari yang sepantasnya untuk suami nyonya!

(ia mengeluh) Nyonya telah melupakan semua tetangga nyonya. Nyonya tidak pergi keluar dan tidak menjamu seorangpun juga. Kita hidup, maafkanlah, seperti laba-laba, dan kita tak pernah menikmati cahaya matahari yang gemilang.

Pakaian-pakaian pesta telah dikerikiti tikus, seakan-akan  tak ada lagi orang baik di dunia ini. Tetapi di daerah ini penuh dengan orang-orang yang menyenangkan. Di desa ini Perfini mengadakan location, wah, bintang-bintang filmnya kocak! Orang tak akan puas-puas melihat mereka. Setiap malam minggu mereka mengadakan malam pertemuan, bintang-bintang yang cantik pada bernyanyi dan Raden Ismail bermain pencak. Oh, nyonyaku, nyonyaku, nyonya masih muda dan cantik. Ah, seandainya memberi kesempatan pada semangat nyonya yang remaja itu… Kecantikan toh tak akan abadi. Jangan sia-siakan. Apabila sepuluh tahun lagi nyonya baru mau keluar ke pesta, ya, sudah terlambat!

NYONYA (Tegas)
Saya minta, jangan bicara seperti itu lagi. Pak Darmo telah tahu, bahwa sejak kematian mas Martopo, hidup ini tak ada harganya lagi bagi saya. Bapak kira aku ini hidup? Itu hanya nampaknya saja, mengertikah Pak Darmo? Oh, saya harap arwahnya yang telah pergi itu melihatbagaimana aku mencintainya. Saya tahu, ini bukan rahasia pula bagimu, suamiku sering tidak adil terhadap saya, kejam, dan ia tidak setia, tetapi saya akan setia, kepada bangkainya dan membuktikan kepadanya betapa saya bisa mencinta. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa saya masih tetap sebagai dulu.
2.5 Apresiasi Naskah Drama Orang Kasar dengan Pendekatan Pragmatik
Naskah drama Orang Kasar mengisahkan tentang percintaan yang tak terduga yang timbul dari sebuah pertengkaran. Selain itu, juga mengisahkan tentang kepasrahan hidup yang tidak mau mengenal kenyataan. Jadi,hanya diam tanpa melakukan apa-apa. Disisi lain penulis juga bisa melihat kalau orang yang sudah lama menikah dan bahkan berkali-kali menikah saja belum tentu merasakan yang namanya cinta. Perlakuan terkait dengan kepasrahan hidup yang tidak mau mengenal kenyataan  lagi,terdapat dalam kutipan drama berikut.
NYONYA
Dan saya tak akan pergi ke luar! Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah tamat. Suamiku terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya sendiri di dalam empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati.

DARMO
Ini lagi ! Ini lagi ! Ngeri saya mendengarkannya, sungguh! Tuan Martopo telah mati, itu kehendak Allah, dan Allah telah memberikannya kedamaian yang abadi. Itulah yang nyonya ratapi dan sudah sepantasnya nyonya menyudahinya. Sekarang inilah waktunya untuk berhenti dari semua itu. Orang toh tak bisa terus menerus melelehkan air mata dan memakai baju hitam yang muram itu! Istri sayapun telah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Saya berduka cita untuknya, sebulan penuh saya melelehkan air mata, sudah itu selesai sudah.
Haruskah orang berkabung selama-lamanya? Itu sudah lebih dari yang sepantasnya untuk suami nyonya!

(ia mengeluh) Nyonya telah melupakan semua tetangga nyonya. Nyonya tidak pergi keluar dan tidak menjamu seorangpun juga. Kita hidup, maafkanlah, seperti laba-laba, dan kita tak pernah menikmati cahaya matahari yang gemilang.

Pakaian-pakaian pesta telah dikerikiti tikus, seakan-akan  tak ada lagi orang baik di dunia ini. Tetapi di daerah ini penuh dengan orang-orang yang menyenangkan. Di desa ini Perfini mengadakan location, wah, bintang-bintang filmnya kocak! Orang tak akan puas-puas melihat mereka. Setiap malam minggu mereka mengadakan malam pertemuan, bintang-bintang yang cantik pada bernyanyi dan Raden Ismail bermain pencak. Oh, nyonyaku, nyonyaku, nyonya masih muda dan cantik. Ah, seandainya memberi kesempatan pada semangat nyonya yang remaja itu… Kecantikan toh tak akan abadi. Jangan sia-siakan. Apabila sepuluh tahun lagi nyonya baru mau keluar ke pesta, ya, sudah terlambat!

NYONYA (Tegas)
Saya minta, jangan bicara seperti itu lagi. Pak Darmo telah tahu, bahwa sejak kematian mas Martopo, hidup ini tak ada harganya lagi bagi saya. Bapak kira aku ini hidup? Itu hanya nampaknya saja, mengertikah Pak Darmo? Oh, saya harap arwahnya yang telah pergi itu melihat bagaimana aku mencintainya. Saya tahu, ini bukan rahasia pula bagimu, suamiku sering tidak adil terhadap saya, kejam, dan ia tidak setia, tetapi saya akan setia, kepada bangkainya dan membuktikan kepadanya betapa saya bisa mencinta. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa saya masih tetap sebagai dulu.
Kutipan drama di atas menjelaskan bahwa nyonya Martopo telah pasrah dengan kehidupannya dan tidak mau mengenal  lagi kenyataan. Dimana sistem semacam ini, telah menempatkan manusia pada hirarki kenyataan. Dalam artian,manusia itu perlu meyakini adanya kehidupan selanjutnya dalam kenyataan,meskipun sudah dirundung masalah berat. Dalam drama ini juga diceritakan tentang seorang pemilik perkebunan, yaitu Bilal yang pernah meninggalkan dua belas wanita dan pernah ditiggalkan sembilan  wanita, dan selama itu ia  tidak pernah merasakan yang namanya cinta. Berikut kutipan dialognya.
BILAL
Ah, saya bingung, saya kurang mengerti! – Mandor, air! Saya telah jatuh cinta seperti anak sekolahan saja.
(Ia menjamah tangan nyonya murtopo dan wanita itumenangis) Saya cinta kepadamu! (Berlutut) Saya belum pernah mencinta wanita seperti ini. Dua belas wanita telah saya tinggalkan dan sembilan meninggalkan saya, tetapi tak seorangpun pernah saya cintai sebagaimana saya mencintaimu. Saya sudah kalah, tunduk seperti orang tolol, saya meniarap dilantai memohon tanganmu.

Terkutuklah saya ini! Sudah lima tahun saya tidak jatuh cinta, saya seperti sebuah kereta yang terkait pada kereta lain. Saya mohon pertolonganmu! Ya, atau tidak? Sudikah nyonya? –Baiklah! (Ia bangkit dan cepat-cepat menuju pintu)

NYONYA
Tunggu dulu!
Kutipan drama di atas menjelaskan bahwa Bilal masih memburu kenyataan dari cintanya meskipun ia pernah meninggalkan dua belas wanita dan pernah ditinggalkan sembilan wanita. Jadi,sejatinya manusia yang hidupnya layak dan terlihat bahagia,belum tentu ia memiliki cinta di dalam kehidupannya. Lalu akhir dari drama ini juga bisa memberikan gambaran tentang kebencian yang bisa berubah sekejab menjadi sebuah cinta,karena sesuatu yang berlebihan juga tidak baik dalam kehidupan,bisa-bisa berbalik arah dengan perasaan yang dirasakan.
NYONYA
Tuan takut? Ya, memang! Aaaah! Jangan begitu, tuan terhormat jangan gila-gilaan.
Ayo, ikut saya. Saya belum merasa tentram sebelum membuat lubang di dahi tuan yang saya benci itu. Apakah tuan takut?

BILAL
Ya, saya takut.

NYONYA
Bohong! Kenapa tak mau bertempur?

BILAL
Sebab…, sebab…, sebab…, saya suka kepada nyonya.

NYONYA (Tertawa marah)
Tuan suka saya! Begitu berani ya bilang kalau suka saya! (Menunjuk) Pergi!!

BILAL (Meletakkan senapan pelan-pelan di atas meja, mengambil topinya dan pergi ke pintu. di pintu ia berhenti sebentar dan menatap nyonya martopo, lalu ia menghampirinya agak bimbang)
Dengarlah! Apa nyonya masih marah? Saya begitu gila seperti syeitan, tetapi saya harap nyonya bisa mengerti, ah, bagaimana saya akan menyatakannya? Soalnya adalah begini…, soalnya ialah…, (Meninggikan suara) Lihatlah apakah salah saya bahwa nyonya berhutang kepada saya? Saya tak bisa disalahkan bukan? Saya suka kepada nyonya! Mengertikah? Saya… saya hampir jatuh cinta.

NYONYA
Pergi! Saya benci kepada tuan!

BILAL
Ya, Robbi! Alangkah hebatnya wanita ini! Saya belum pernah melihat wanita yang sehebat ini. Saya kalah, remuk redam! Saya seperti tikus yang kena perangkap.

NYONYA
Pergilah, atau saya tembak nanti!
 .....
NYONYA
Tunggu dulu!

BILAL (Berhenti)
Ya?

NYONYA
Tidak apa-apa. Tuan boleh pergi. Tetapi tunggu dulu. Tidak, pergilah, pergi. Saya bensi kepada tuan. Atau… tidak, jangan pergi, oh,kalau tuan tahu bagaimana marah saya! (Membuang Senapan)
Jari saya linu-linu memegang barang seperti ini. (Menghapus air mata dengan marah) Untuk apa tuan berdiri di situ? Keluar!

BILAL
Selamat tinggal!

NYONYA
Ya, pergilah (Menangis) Kenapa pergi? Tunggu! – Tidak, pergi! Oh alangkah marahnya saya ini! Jangan mendekat…, oh…, kemarilah…, jangan!... jangan dekat-dekat.

BILAL (Menghampiri)
Saya marah kepada diri saya sendiri. Jatuh cinta seperti anak sekolah, berlutut dan menghiba-hiba. Saya merasa demam. (Tegas) Saya cinta kepadamu. Ini sehat.

Apa yang saya butuhkan, ialah jatuh cinta. Besok pagi saya harus membayar bunga ke bank, panen kopi sudah tiba, dan kemudian muncullah nyonya! (Mencium tangan nyonya martopo) Tak akan saya maafkan diri saya ini.

NYONYA
Pergilah! Ngan cium di tangan saya!  O, saya benci… saya benci… saya…
 (Tangannya yang satunya membelai kepala bilal)

MASUK DARMO DAN DUA ORANG YANG LAINNYA. MEREKA MEMBAWA SAPU, SABUT DAN SEKOP.

DARMO (Terpesona)
Ya, Tuhan! Ya, Robbi!

Naskah drama Orang Kasar menyampaikan kepada pembaca tentang sejatinya manusia yang hidupnya layak dan terlihat bahagia,belum tentu ia memiliki cinta di dalam kehidupannya dan manusia juga perlu meyakini adanya kehidupan selanjutnya dalam kenyataan,meskipun sudah dirundung masalah berat. Selain itu,janganlah berlebihan dalam benci atau melakukan sesuatu dalam kehidupan,bisa-bisa berbalik arah dengan perasaan yang keadaan semula dan dirasakan.



BAB 3. KESIMPULAN

Naskah drama Orang Kasar karya Anton Chekov yang di sadur oleh Ws Rendra memiliki banyak kaitannya dengan kehidupan manusia. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan pragmatik digunakan menganalisis naskah drama Orang Kasar ini untuk menemukan hal yang didapat oleh pembaca. Melalui pendekatan pragmatik yang digunakan, dapat diketahui bahwa sejatinya manusia yang hidupnya layak dan terlihat bahagia,belum tentu ia memiliki cinta di dalam kehidupannya dan manusia juga perlu meyakini adanya kehidupan selanjutnya dalam kenyataan,meskipun sudah dirundung masalah berat. Selain itu,janganlah berlebihan dalam benci atau melakukan sesuatu dalam kehidupan,bisa-bisa berbalik arah dengan perasaan yang keadaan semula dan dirasakan.

DAFTAR PUSTAKA

1.      http://id.wikipedia.org/wiki/drama (12 Desember 2006)
2.      Godam.2008. Arti Definisi/Pengertian Drama Dan Jenis/Macam Drama - Pelajaran Bahasa Indonesia. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia.[26 maret 208]
3.      Miftah.2012.ORANG-ORANG KASAR.http://katanyamiftah.wordpress.com/2012/ 02/21/orang-orang-kasar/.[21 februari 2012]
4.      Hudayat,A.Y.2007.” Metode Penelitian Sastra”.Bandung. Fakultas Satra-Universitas Padjadjaran.























LAMPIRAN

Sinopsis  Drama Komedi Satu Babak “Orang Kasar” Karya Anton Checov
Saduran Ws Rendra

Di  suatu tempat daerah perkebunan kopi di jawa timur,yaitu suatu daerah yang beralam indah, segar dan kaya,para pemilik-pemilik perkebunan mempunyai rumah-rumah yang besar, bagus dan mewah. Mereka suka memelihara kuda dan waktu senggang suka berburu tupai atau burung. mereka suka pula bertamasya dengan kereta dan kuda mereka yang bagus.
Pada suatu siang hari, kira-kira jam 12.00, di kamar tamu yang mewah itu, nyonya murtopo, sang janda, duduk di atas sofa sambil memandang dengan penuh lamunan ke gambar almarhum suaminya yang gagah, bermata besar dan berkumis tebal itu. Tiba-tiba buruhnya(si Darmo) masuk dan menyela lamunannya dengan nasihat-nasihat agar nyonya bisa kembali melakukan kehidupan seperti dulu lagi. Nyonya pun tetap gentar dengan pendapat dan pandangannya bahwa ia akan setia kepada bangkai suaminya dan membuktikan kepadanya betapa ia mencintainya. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa ia masih tetap sebagai dulu.
Tiba-tiba datang seorang lelaki yang memaksa untuk bertemu dengan nyonya.Ia menerobos masuk dan tidak perduli dengan Darmo.  Tiba-tiba ia menagih hutang suami nyonya Martopo. Ia memaksa dan mendesak nyonya Martopo agar ia sesegera mungkin dan detik ini juga membayar hutang almarhum suaminya. Karena mereka terus berdebat dan berdebat,maka Bilal pun akhirnya terpesona dengan nyonya dan terus terang menyatakannya, sebab ia merasa kagum dengan pribadi nyonya Martopo.dan akhirnya pertengkaran mereka menimbulkan benih-benih cinta.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar