TINJAUAN
PRAGMATIK DALAM DRAMA KOMEDI SATU BABAK
“ORANG
KASAR” KARYA ANTON CHECOV
SADURAN
WS RENDRA
BAB
1. PENDAHULUAN
Drama merupakan salah satu genre
sastra yang menarik untuk dibahas. Istilah drama berasal dari Yunani, yaitu dramoi
yang berarti ‘aksi’ atau ‘perbuatan’. Istilah drama itu sendiri juga
menyiratkan makna ‘peristiwa’, ‘karangan’, dan ‘risalah’. Drama pada awalnya
digunakan dalam suatu ritual pemujaan terhadap para dewa. Akan tetapi, ritual
tersebut mengalami perkembangan menjadi oratoria, yaitu seni berbicara,
kemudian berkembang menjadi drama.Menurut website google.com,salah satu jenis
drama yang berkembang adalah drama komedi. Drama komedi sendiri adalah drama
yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
Orang
Kasar merupakan sebuah drama karya Anton Chekov yang di sadur oleh
Ws Rendra ini memiliki daya tarik dalam hal pesan atau efek yang dapat diperoleh
seorang pembaca. Oleh karena itu, penulis memilih pendekatan pragmatik untuk
menganalisis naskah drama Orang
Kasar. Semakin banyak nilai
pendidikan moral, budaya, politik dan atau agama yang terdapat dalam karya
sastra dan berguna bagi pembacanya, makin tinggi nilai karya sastra tersebut.
Cerita ini mengisahkan
intrik kehidupan seorang janda yang ditinggal mati oleh suaminya dengan
kepasrahan tanpa mau menerima kehidupan selanjutnya,dalam sepenggal dialog yang
disampaikan oleh nyonya(dengan tegas):
”Saya
minta, jangan bicara seperti itu lagi. Pak Darmo telah tahu, bahwa sejak
kematian mas Martopo, hidup ini tak ada harganya lagi bagi saya. Bapak kira aku
ini hidup? Itu hanya nampaknya saja, mengertikah Pak Darmo? Oh, saya harap
arwahnya yang telah pergi itu melihatbagaimana aku mencintainya. Saya tahu, ini
bukan rahasia pula bagimu, suamiku sering tidak adil terhadap saya, kejam, dan
ia tidak setia, tetapi saya akan setia, kepada bangkainya dan membuktikan
kepadanya betapa saya bisa mencinta. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan
bahwa saya masih tetap sebagai dulu”.
Akan tetapi, jika hal tersebut dilihat
dari pendekatan pragmatis menurut Abram (1958: 14-21) yang memberikan perhatian utama terhadap peranan
pembaca dengan mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai
kompetensinya,maka disana tergambar bahwa ada sebuah kepasrahan yang mematikan
semangat untuk kelangsungan kehidupan selanjutnya.
Titik pandang yang
diambil dalam melakukan apresiasi
terhadap cerpen “ Bendera” ini adalah efek yang didapat oleh para pembaca. Efek
yang dilihat dari dialog-dialog yang ada dalam naskah,sehingga dalam
mengapresiasi drama tersebut,bisa lebih gampang dalam memahami drama dan
menemukan efek yang dikandung. Selain itu, pendekatan yang diambil dalam
melakukan apresiasi terhadap naskah
drama Orang
Kasar
yaitu pendekatan pragmatik. Pendekatan
pragmatis menurut Abram (1958: 14-21) adalah pendekatan yang memberikan perhatian
utama terhadap peranan pembaca.Oleh karena itu, pendekatan ini sesuai dengan
kekhasan yang terdapat dalam naskah drama,sekaligus mempermudah dalam
memahami naskah serta dapat membantu menemukan maksud atau makna yang
terkandung dalam naskah drama Orang Kasar .
Membaca suatu naskah
drama merupakan suatu cara untuk memahaminya. Lalu menginterpretasikan
dialog-dialognya. Metode ini lebih mengarah kepada titik pandang dan pendekatan
yang di angkat. Jadi, menerapkan metode
ini dengan dimulai dari membaca secara keseluruhan. Lalu mulai
mengidentifikasikan dialog-dialog. Dari situ, mulai terlihat makna yang
terkandung dalam naskah drama.
Kekuatan naskah drama Orang Kasar
ini terdapat pada pesan
atau efek yang dapat diperoleh seorang pembaca. Sebab, di
dalamnya terdapat gambaran kehidupan yang sarat makna sekali jika
dikaitkan dengan kehidupan di masa kini. Hal ini bisa dilihat dari permainan
bahasanya. Sehingga, menurut saya cerpen ini cocok di baca oleh semua kalangan.
Sehingga, sangat bermanfaat sekali untuk dibaca.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah
pesan atau efek yang bisa didapat oleh pembaca dalam naskah drama Orang Kasar ciptaan Anton Chekov yang di sadur oleh
Ws Rendra?
1.3
Tujuan dan Manfaat
Untuk
mendapatkan pesan atau efek yang didapat oleh pembaca dari naskah drama Orang Kasar karya Anton Chekov yang di sadur oleh Ws Rendra.
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
Pragmatik
Orang
Kasar karya Anton Chekov yang di sadur oleh Ws Rendra ini
termasuk jenis drama komedi karena dramanya yang menggeliti.drama ini juga memiliki daya tarik dalam hal pesan atau efek
yang dapat diperoleh seorang pembaca. Oleh karena itu, penulis memilih
pendekatan pragmatik untuk menganalisis naskah drama Orang Kasar. Pendekatan pragmatik merupakan salah
satu bagian dari ilmu sastra yang menitikberatkan dimensi pembaca sebagai
penangkap dan pemberi makna karya sastra (Teew, 1984:50).
Pendekatan pragmatis menurut Abram (1958: 14-21)
memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca. Pendekatan ini memberikan
perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca. Pendekatan pragmatik
mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan
mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang
dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatik di antaranya berbagai tanggapan
masyarakat atau peneriman pembaca tertentu terhadap sebuah karya sastra, baik
dalam kerangka sinkronis maupun diakronis.
Menurut segers (2000:35-47) dalam kaitannya dengan
pendekatan pragmatik, mengawali pembicaraannya dengan uraian seputar estetika
resepsi. Menurutnya, secara metodologis estetika resepsi berusaha memulai arah
baru dalam studi sastra karena berpandangan bahwa sebuah teks sastra seharusnya
dipelajari (terutama) dalam kaitannya dengan reaksi pembaca.
Berdasarkan pikiran-pikiran di atas,
dapat diambil pengertian bahwa pragmatik adalah cara mengkaitkan sesuatu atau
karya sesuai dengan kegunaannya atau telaah hubungan karya sastra
dengan penafsir dengan disikapi secara kontekstual.Di dalam sastra ada tiga kode
yang saling signifikan, yaitu kode
bahasa, budaya, dan kode sastra sendiri. Ketiga kode ini tidak seluruhnya dapat
diamati secara empirik. Kode bahasa misalnya, secara realitas memang
dapat diamati oleh indra, tetapi untuk memahaminya diperlukan sejumlah lokus
makna lainya yang terdapat pada kesadaran subjektif. Demikian juga dengan kode
budaya dan kode sastra tidak terlepas dari lokus pemaknaan lainnya.
Dalam literatur yang berkaitan
dengan pragmatik, ada pula yang menekankan kepada struktur bahasa, aspek
makna tertentu, dan hakikat ketergantungan dengan konteks, seperti yang
dipaparkan sebagai berikut ini:
a. Pragmatik
adalah studi tentang hubungan-hubungan antar bahasa dengan konteks yang
digramatikalisasikan atau dikodekan dalam struktur suatu bahasa;
b. Pragmatik
adalah studi tentang semua aspek makna yang tidak terliput dalam teori
semantik;
c. Pragmatik
adalah studi tentang hubungan antara bahasa dengan konteks yang merupakan dasar
untuk uraian pemahaman bahasa;
d. Pragmatik
adalah studi tentang kemampuan pemakaian bahasa untuk memadankan kalimat
dengan konteks yang tepat; dan
e. Pragmatik
adalah studi tentang dieksis, implikasi, prasuposisi, tindak ujar, dan aspek
struktur wacana.
Dari beberapa pengertian di atas,
maka yang dimaksudkan dengan pendekatan pragmatik dalam tulisan ini
adalah cara mengkaitkan hubungan kode-kode bahasa sebagai media ekspresif karya
sastra dengan penafsir sebagaimana pengertian pragmatik yang dirumuskan oleh Morris
dalam Tarigan dan Van Dijk terdahulu. Sedangkan penafsiran yang dimaksud
adalah begaimana penafsiran atau interpretasi pembaca terhadap makna kode
tersebut. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa pendekatan pragmatik adalah
suatu pendekatan yang dipergunakan dalam menelaah karya sastra (drama)
berdasarkan resepsi personal pembaca (interpretator) terhadap kode atau
unsur-unsur yang terdapat dalam drama.
2.2 Metode Penelitian
Metode penelitian sastra merupakan alat penting
dalam mewujudkan sebuah penelitian sastra yang memadai dan sebagai upaya untuk
mendeskripsikan masalah sastra yang bersifat unik dan universal sebagai objek
penelitian. Pertimbangan utamanya adalah untuk memberikan pengetahuan secara
memadai mengenai penelitian sastra yang menuntut sebuah metode penelitian yang
khusus di samping tetap berada dalam jangkauan asas-asas penelitian ilmiah
secara universal.
Pada apresiasi drama dalam makalah ini digunakan
metode penelitian kualitatif. Metode
kualitatif ini memberikan perhatian kepada data alamiah yang berada dalam
hubungan konteks keberadaanya dan memberikan perhatian utama pada makna dan
pesan, sesuai dengan hakikat objek. Objek sosial bukan gejala sosial sebagai
bentuk substantif melainkan makna-makna yang terkandung di balik tindakan yang justru mendorong timbulnya
gejala sosial tersebut. Penelitian kualitatif mempertahankan nilai-nilai. Dalam
ilmu sastra, sumber datanya adalah karya sedangkan data penelitiannya teks.
2.3 Biografi singkat Anton Chekhov
Sebelum
menganalisis dramaOrang
Kasar,terlebih dahulu melihat biografi Anton
Chekhov ,ia adalah
seorang penulis besar Rusia yang terkenal terutama karena cerpen-cerpen dan
dramanya. Bahkan untuk mendukung keluarganya, Chekhov mulai mengarang
cerita-cerita pendek, sketsa humor dan vignet dari kehidupan Rusia masa itu,
banyak di antaranya dengan menggunakan pseudonim seperti misalnya Antosha
Chekhonte, Laki-laki tanpa perasaan,dan lain-lain. Karyanya yang pertama
diterbitkan muncul di mingguan St Petersburg Strekoza ("Capung") pada
Maret, 1880. Tidak diketahui berapa banyak cerita yang ditulis Chekhov selama
periode ini, namun ia dengan cepat menjadi penulis yang matang. Ia segera mendapatkan reputasi sebagai penulis
satir kehidupan jalanan Rusia.
2.4
Interpretasi Naskah Drama Orang Kasar
Naskah drama Orang Kasar ini mengisahkan tentang
percintaan yang tak terduga yang timbul dari pertengkaran antara kedua
manusia,yaitu nyonya Martopo dan Bilal. Di mana nyonya Martopo sudah tidak mau
mengenal kenyataan cinta selanjutnya dan Bilal masih memburu kenyataan dari
cintanya. Drama Orang Kasar memuat suatu semangat dalam menjalani kehidupan yang
akan datang. Dalam drama ini ada dua manusia yang memiliki cara pandang yang
berbeda dalam menjalani kehidupannya. Berikut kutipan dialog dalam drama Orang Kasar.
DARMO
Lagi-lagi saya jumpai nyonya
dalam keadaan seperti ini. Hal ini tidak bisa dibenarkan, nyonya Martopo.
Nyonya menyiksa diri! Koki dan babu bergurau di kebun sambil memetik tomat,
semua yang bernafas sedang menikmati hidup ini, bahkan kucing kitapun tahu
bagaimana berjenakanya dan berbahagia, berlari-lari kian kemari di halaman,
berguling-guling di rerumputan dan menangkapi kupu-kupu, tetapi nyonya memenjarakan
diri nyonya sendiri di dalam rumah seakan-akan seorang suster di biara.
Ya, sebenarnyalah bila
dihitung secara tepat, nyonya tak pernah meninggalkan rumah ini selama tidak
kurang dari satu tahun.
NYONYA
Dan saya tak akan pergi ke
luar! Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah tamat. Suamiku
terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya sendiri di dalam
empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati.
DARMO
Ini lagi ! Ini lagi ! Ngeri
saya mendengarkannya, sungguh! Tuan Martopo telah mati, itu kehendak Allah, dan
Allah telah memberikannya kedamaian yang abadi. Itulah yang nyonya ratapi dan
sudah sepantasnya nyonya menyudahinya. Sekarang inilah waktunya untuk berhenti
dari semua itu. Orang toh tak bisa terus menerus melelehkan air mata dan
memakai baju hitam yang muram itu! Istri sayapun telah meninggal dunia beberapa
tahun yang lalu. Saya berduka cita untuknya, sebulan penuh saya melelehkan air
mata, sudah itu selesai sudah.
Haruskah orang berkabung
selama-lamanya? Itu sudah lebih dari yang sepantasnya untuk suami nyonya!
(ia mengeluh) Nyonya
telah melupakan semua tetangga nyonya. Nyonya tidak pergi keluar dan tidak
menjamu seorangpun juga. Kita hidup, maafkanlah, seperti laba-laba, dan kita
tak pernah menikmati cahaya matahari yang gemilang.
Pakaian-pakaian pesta telah
dikerikiti tikus, seakan-akan tak ada lagi orang baik di dunia ini.
Tetapi di daerah ini penuh dengan orang-orang yang menyenangkan. Di desa ini
Perfini mengadakan location, wah, bintang-bintang filmnya kocak! Orang
tak akan puas-puas melihat mereka. Setiap malam minggu mereka mengadakan malam
pertemuan, bintang-bintang yang cantik pada bernyanyi dan Raden Ismail bermain
pencak. Oh, nyonyaku, nyonyaku, nyonya masih muda dan cantik. Ah, seandainya
memberi kesempatan pada semangat nyonya yang remaja itu… Kecantikan toh tak
akan abadi. Jangan sia-siakan. Apabila sepuluh tahun lagi nyonya baru mau
keluar ke pesta, ya, sudah terlambat!
NYONYA (Tegas)
Saya minta, jangan bicara
seperti itu lagi. Pak Darmo telah tahu, bahwa sejak kematian mas Martopo, hidup
ini tak ada harganya lagi bagi saya. Bapak kira aku ini hidup? Itu hanya
nampaknya saja, mengertikah Pak Darmo? Oh, saya harap arwahnya yang telah pergi
itu melihatbagaimana aku mencintainya. Saya tahu, ini bukan rahasia pula
bagimu, suamiku sering tidak adil terhadap saya, kejam, dan ia tidak setia,
tetapi saya akan setia, kepada bangkainya dan membuktikan kepadanya betapa saya
bisa mencinta. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa saya masih tetap
sebagai dulu.
2.5
Apresiasi Naskah Drama Orang
Kasar dengan Pendekatan Pragmatik
Naskah drama Orang
Kasar mengisahkan tentang percintaan yang tak terduga yang
timbul dari sebuah pertengkaran. Selain itu, juga mengisahkan tentang
kepasrahan hidup yang tidak mau mengenal kenyataan. Jadi,hanya diam tanpa
melakukan apa-apa. Disisi lain penulis juga bisa melihat kalau orang yang sudah
lama menikah dan bahkan berkali-kali menikah saja belum tentu merasakan yang
namanya cinta. Perlakuan terkait dengan kepasrahan hidup yang tidak mau
mengenal kenyataan lagi,terdapat dalam
kutipan drama berikut.
NYONYA
Dan saya tak akan pergi ke
luar! Kenapa saya harus pergi keluar? Riwayat saya sudah tamat. Suamiku
terbaring di kuburnya, dan sayapun telah mengubur diri saya sendiri di dalam
empat dinding ini. Kami berdua telah sama-sama mati.
DARMO
Ini lagi ! Ini lagi ! Ngeri
saya mendengarkannya, sungguh! Tuan Martopo telah mati, itu kehendak Allah, dan
Allah telah memberikannya kedamaian yang abadi. Itulah yang nyonya ratapi dan
sudah sepantasnya nyonya menyudahinya. Sekarang inilah waktunya untuk berhenti
dari semua itu. Orang toh tak bisa terus menerus melelehkan air mata dan
memakai baju hitam yang muram itu! Istri sayapun telah meninggal dunia beberapa
tahun yang lalu. Saya berduka cita untuknya, sebulan penuh saya melelehkan air
mata, sudah itu selesai sudah.
Haruskah orang berkabung
selama-lamanya? Itu sudah lebih dari yang sepantasnya untuk suami nyonya!
(ia mengeluh) Nyonya
telah melupakan semua tetangga nyonya. Nyonya tidak pergi keluar dan tidak
menjamu seorangpun juga. Kita hidup, maafkanlah, seperti laba-laba, dan kita
tak pernah menikmati cahaya matahari yang gemilang.
Pakaian-pakaian pesta telah
dikerikiti tikus, seakan-akan tak ada lagi orang baik di dunia ini. Tetapi
di daerah ini penuh dengan orang-orang yang menyenangkan. Di desa ini Perfini
mengadakan location, wah, bintang-bintang filmnya kocak! Orang tak
akan puas-puas melihat mereka. Setiap malam minggu mereka mengadakan malam
pertemuan, bintang-bintang yang cantik pada bernyanyi dan Raden Ismail bermain
pencak. Oh, nyonyaku, nyonyaku, nyonya masih muda dan cantik. Ah, seandainya
memberi kesempatan pada semangat nyonya yang remaja itu… Kecantikan toh tak
akan abadi. Jangan sia-siakan. Apabila sepuluh tahun lagi nyonya baru mau
keluar ke pesta, ya, sudah terlambat!
NYONYA (Tegas)
Saya minta, jangan bicara
seperti itu lagi. Pak Darmo telah tahu, bahwa sejak kematian mas Martopo,
hidup ini tak ada harganya lagi bagi saya. Bapak kira aku ini hidup? Itu
hanya nampaknya saja, mengertikah Pak Darmo? Oh, saya harap arwahnya yang telah
pergi itu melihat bagaimana aku mencintainya. Saya tahu, ini bukan rahasia pula
bagimu, suamiku sering tidak adil terhadap saya, kejam, dan ia tidak setia,
tetapi saya akan setia, kepada bangkainya dan membuktikan kepadanya betapa saya
bisa mencinta. Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa saya masih tetap
sebagai dulu.
Kutipan drama di atas
menjelaskan bahwa nyonya Martopo telah pasrah dengan kehidupannya dan tidak mau
mengenal lagi kenyataan. Dimana sistem
semacam ini, telah menempatkan manusia pada hirarki kenyataan. Dalam artian,manusia
itu perlu meyakini adanya kehidupan selanjutnya dalam kenyataan,meskipun sudah
dirundung masalah berat. Dalam drama ini juga diceritakan tentang seorang
pemilik perkebunan, yaitu Bilal yang pernah meninggalkan dua belas wanita dan
pernah ditiggalkan sembilan wanita, dan
selama itu ia tidak pernah merasakan
yang namanya cinta. Berikut kutipan dialognya.
BILAL
Ah, saya bingung, saya kurang
mengerti! – Mandor, air! Saya telah jatuh cinta seperti anak sekolahan saja.
(Ia menjamah tangan
nyonya murtopo dan wanita itumenangis) Saya cinta kepadamu! (Berlutut)
Saya belum pernah mencinta wanita seperti ini. Dua belas wanita telah
saya tinggalkan dan sembilan meninggalkan saya, tetapi tak seorangpun pernah
saya cintai sebagaimana saya mencintaimu. Saya sudah kalah, tunduk seperti
orang tolol, saya meniarap dilantai memohon tanganmu.
Terkutuklah saya ini! Sudah
lima tahun saya tidak jatuh cinta, saya seperti sebuah kereta yang terkait pada
kereta lain. Saya mohon pertolonganmu! Ya, atau tidak? Sudikah nyonya?
–Baiklah! (Ia bangkit dan cepat-cepat menuju pintu)
NYONYA
Tunggu dulu!
Kutipan drama di atas menjelaskan bahwa Bilal masih memburu kenyataan
dari cintanya meskipun ia pernah meninggalkan dua belas wanita dan pernah
ditinggalkan sembilan wanita. Jadi,sejatinya manusia yang hidupnya layak dan
terlihat bahagia,belum tentu ia memiliki cinta di dalam kehidupannya. Lalu
akhir dari drama ini juga bisa memberikan gambaran tentang kebencian yang bisa
berubah sekejab menjadi sebuah cinta,karena sesuatu yang berlebihan juga tidak
baik dalam kehidupan,bisa-bisa berbalik arah dengan perasaan yang dirasakan.
NYONYA
Tuan takut? Ya, memang!
Aaaah! Jangan begitu, tuan terhormat jangan gila-gilaan.
Ayo, ikut saya. Saya belum
merasa tentram sebelum membuat lubang di dahi tuan yang saya benci itu. Apakah
tuan takut?
BILAL
Ya, saya takut.
NYONYA
Bohong! Kenapa tak mau
bertempur?
BILAL
Sebab…, sebab…, sebab…, saya
suka kepada nyonya.
NYONYA (Tertawa
marah)
Tuan suka saya! Begitu berani
ya bilang kalau suka saya! (Menunjuk) Pergi!!
BILAL (Meletakkan
senapan pelan-pelan di atas meja, mengambil topinya dan pergi ke pintu. di
pintu ia berhenti sebentar dan menatap nyonya martopo, lalu ia menghampirinya
agak bimbang)
Dengarlah! Apa nyonya masih
marah? Saya begitu gila seperti syeitan, tetapi saya harap nyonya bisa
mengerti, ah, bagaimana saya akan menyatakannya? Soalnya adalah begini…,
soalnya ialah…, (Meninggikan suara) Lihatlah apakah salah saya bahwa
nyonya berhutang kepada saya? Saya tak bisa disalahkan bukan? Saya suka kepada
nyonya! Mengertikah? Saya… saya hampir jatuh cinta.
NYONYA
Pergi! Saya benci kepada
tuan!
BILAL
Ya, Robbi! Alangkah hebatnya
wanita ini! Saya belum pernah melihat wanita yang sehebat ini. Saya kalah,
remuk redam! Saya seperti tikus yang kena perangkap.
NYONYA
Pergilah, atau saya tembak
nanti!
.....
NYONYA
Tunggu dulu!
BILAL (Berhenti)
Ya?
NYONYA
Tidak apa-apa. Tuan boleh
pergi. Tetapi tunggu dulu. Tidak, pergilah, pergi. Saya bensi kepada tuan.
Atau… tidak, jangan pergi, oh,kalau tuan tahu bagaimana marah saya! (Membuang
Senapan)
Jari saya linu-linu memegang
barang seperti ini. (Menghapus air mata dengan marah) Untuk apa tuan
berdiri di situ? Keluar!
BILAL
Selamat tinggal!
NYONYA
Ya, pergilah (Menangis)
Kenapa pergi? Tunggu! – Tidak, pergi! Oh alangkah marahnya saya ini! Jangan
mendekat…, oh…, kemarilah…, jangan!... jangan dekat-dekat.
BILAL (Menghampiri)
Saya marah kepada diri saya
sendiri. Jatuh cinta seperti anak sekolah, berlutut dan menghiba-hiba. Saya
merasa demam. (Tegas) Saya cinta kepadamu. Ini sehat.
Apa yang saya butuhkan, ialah
jatuh cinta. Besok pagi saya harus membayar bunga ke bank, panen kopi sudah
tiba, dan kemudian muncullah nyonya! (Mencium tangan nyonya martopo)
Tak akan saya maafkan diri saya ini.
NYONYA
Pergilah! Ngan cium di tangan
saya! O, saya benci… saya benci… saya…
(Tangannya yang
satunya membelai kepala bilal)
MASUK DARMO DAN DUA
ORANG YANG LAINNYA. MEREKA MEMBAWA SAPU, SABUT DAN SEKOP.
DARMO (Terpesona)
Ya, Tuhan! Ya, Robbi!
Naskah drama Orang Kasar menyampaikan kepada pembaca
tentang sejatinya manusia yang hidupnya layak dan terlihat bahagia,belum
tentu ia memiliki cinta di dalam kehidupannya dan manusia juga perlu meyakini
adanya kehidupan selanjutnya dalam kenyataan,meskipun sudah dirundung masalah
berat. Selain itu,janganlah berlebihan dalam benci atau melakukan sesuatu dalam
kehidupan,bisa-bisa berbalik arah dengan perasaan yang keadaan semula dan
dirasakan.
BAB
3. KESIMPULAN
Naskah drama Orang Kasar karya Anton Chekov yang di
sadur oleh Ws Rendra memiliki banyak kaitannya dengan kehidupan
manusia. Pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan pragmatik digunakan
menganalisis naskah drama Orang Kasar
ini untuk menemukan hal yang didapat oleh pembaca. Melalui pendekatan pragmatik
yang digunakan, dapat diketahui bahwa sejatinya manusia yang hidupnya layak dan
terlihat bahagia,belum tentu ia memiliki cinta di dalam kehidupannya dan
manusia juga perlu meyakini adanya kehidupan selanjutnya dalam
kenyataan,meskipun sudah dirundung masalah berat. Selain itu,janganlah
berlebihan dalam benci atau melakukan sesuatu dalam kehidupan,bisa-bisa
berbalik arah dengan perasaan yang keadaan semula dan dirasakan.
DAFTAR
PUSTAKA
2.
Godam.2008. Arti Definisi/Pengertian Drama Dan Jenis/Macam Drama -
Pelajaran Bahasa Indonesia. http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-drama-pelajaran-bahasa-indonesia.[26 maret 208]
3.
Miftah.2012.ORANG-ORANG KASAR.http://katanyamiftah.wordpress.com/2012/
02/21/orang-orang-kasar/.[21 februari 2012]
4.
Hudayat,A.Y.2007.” Metode Penelitian
Sastra”.Bandung. Fakultas Satra-Universitas
Padjadjaran.
LAMPIRAN
Sinopsis Drama Komedi Satu Babak “Orang Kasar” Karya
Anton Checov
Saduran Ws Rendra
Di suatu tempat daerah
perkebunan kopi di jawa timur,yaitu suatu daerah yang beralam indah, segar dan
kaya,para pemilik-pemilik perkebunan mempunyai rumah-rumah yang besar, bagus
dan mewah. Mereka suka memelihara kuda dan waktu senggang suka berburu tupai
atau burung. mereka suka pula bertamasya dengan kereta dan kuda mereka yang
bagus.
Pada suatu siang hari, kira-kira jam 12.00, di kamar tamu
yang mewah itu, nyonya murtopo, sang janda, duduk di atas sofa sambil memandang
dengan penuh lamunan ke gambar almarhum suaminya yang gagah, bermata besar dan
berkumis tebal itu. Tiba-tiba buruhnya(si Darmo) masuk dan menyela lamunannya
dengan nasihat-nasihat agar nyonya bisa kembali melakukan kehidupan seperti
dulu lagi. Nyonya pun tetap gentar dengan pendapat dan pandangannya bahwa ia akan
setia kepada bangkai suaminya dan membuktikan kepadanya betapa ia mencintainya.
Di sana, di akhirat ia akan menyaksikan bahwa ia masih tetap sebagai dulu.
Tiba-tiba datang seorang lelaki yang memaksa untuk bertemu
dengan nyonya.Ia menerobos masuk dan tidak perduli dengan Darmo. Tiba-tiba ia menagih hutang suami nyonya
Martopo. Ia memaksa dan mendesak nyonya Martopo agar ia sesegera mungkin dan
detik ini juga membayar hutang almarhum suaminya. Karena mereka terus berdebat
dan berdebat,maka Bilal pun akhirnya terpesona dengan nyonya dan terus terang
menyatakannya, sebab ia merasa kagum dengan pribadi nyonya Martopo.dan akhirnya
pertengkaran mereka menimbulkan benih-benih cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar