Sabtu, 15 Desember 2012

APRESIASI BAHASA DALAM CERPEN BENDERA


APRESIASI  BAHASA DALAM CERPEN BENDERA
Siti Lailatus Saadah

Abstrak
Bahasa merupakan salah satu unsur intrinsik dan unsur pendukung dalam sebuah cerpen,seperti cerpen Bendera.Dalam apresiasi terhadap cerpen Bendera ini bertujuan untuk mengetahui stile bahasa yang digunakan.Metode yang digunakan adalah metode yang dimulai dari membaca secara keseluruhan. Lalu mengidentifikasikan dialog-dialog atau kata-kata yang menjadi simbol-simbol bahasa Hasil apresiasi menunjukkan adanya stile bahasa yang digunakan sarat makna dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dari kata-kata dan dialog-dialog yang ada dalam cerpen tersebut. Stile bahasa yang digunakan dalam cerpen Bendera ini dapat memotivasi cerpen lain untuk lebih baik lagi dalam mengolah bahasa yang digunakannya.

Kata kunci : cerpen , stile bahasa.

A. PENDAHULUAN
Cerita pendek adalah salah satu genre sastra di samping puisi dan novel. Selain itu, di dalam cerpen sendiri  tidak  jarang terdapat tema yang mengangkat tentang dunia sosial, termasuk cerpen yang berjudul “Bendera.” Akan tetapi, penulis cerpen “Bendera” bisa meramu stile bahasa dengan bagus dan indah. Sehingga, cerpen tersebut terlihat berbeda dengan cerpen  yang lain meskipun bahasanya ringan dan mudah. Menurut buku “Teori Pengkajian Fiksi” karya Burhan, stile bahasa(style bahasa) merupakan cara pengarang mengungkapkan sesuatu atau pengucapan bahasa dalam prosa. Stile pada hakikatnya merupakan teknik pemilihan ungkapan kebahasaan. Stile bahasa disini  lebih mengacu kepada kata-kata atau dialog-dialog yang menjadi simbol-simbol. Simbol-simbol disini memiliki sarat makna dengan kehidupan kita sehari-hari.
Cerita ini mengisahkan intrik kehidupan seorang bocah lusuh, ketika keinginannya memiliki celana baru dari bendera yang berjajar di Kota Solo harus hancur dan dihantui rasa takut karenanya. Sejuta harapan dia gantungkan saat menatap sang bendera. Selaksa mimpi dia angankan. Perasaan yang penuh dengan harap ini jelas tersurat dalam sepenggal ceritanya:
 Merasa mendapat izin dan dukungan dari Dewa Penolong, bocah itu segera melanjutkan usahanya mengambil bender a-bendera itu dari tiangnya untuk segera dapat dibut celana kolor yang lumayan bagus untuknya.

Akan tetapi, kenyataan tak seindah keinginannyanya. Alangkah terkejutnya ketika bocah tersebut  mengetahui kalau ada seorang lelaki tinggi dengan tubuh kekar menghancurkan mimpinya dengan rasa takut yang dibangunnya. jika hal tersebut dilihat dari stile bahasa yang mengacu pada simbol-simbol yang sarat dengan makna,maka di sini menunjukkan bahwa seseorang yang penuh berwibawa layaknya Dewa Penolong (pejabat pemerintahan) hanya memberikan harapan dan tidak bertanggung jawab terhadap ucapan-ucapannya.
Titik pandang yang diambil dalam  melakukan apresiasi terhadap cerpen “ Bendera” ini adalah bahasanya yang khas. Bahasa yang khas disini lebih dilihat dari stile bahasa yang digunakannya,yaitu  penggunaan simbol-simbol baik kata-kata maupun dialog-dialog yang syarat makna dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga,  dalam mengapresiasi cerpen tersebut, kita bisa lebih gampang dalam memahami novel dan menemukan pesan yang dikandungnya. Selain itu, pendekatan yang diambil dalam melakukan apresiasi terhadap cerpen “ Bendera”  yaitu pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik sendiri adalah pendekatan yang lebih mengarah kepada bahasa yang mengungkapkan/melambangkan suatu hal(Herman J.Waluyo). Oleh karena itu, pendekatan ini sesuai dengan kekhasan yang terdapat dalam cerpen “Bendera ” ini dan mempermudah kita dalam memahami  cerpen tersebut serta juga membantu kita menemukan maksud atau makna yang terkandung dalam cerpen tersebut lewat simbol-simbol yang ada.
Membaca suatu cerpen merupakan suatu cara untuk memahaminya. Dengan membaca secara heuristik terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan membaca secara hermeneutiknya,lalu mencari simbol-simbol bahasa ,kata-kata atau dialog-dialog yang memiliki sarat makna yang kental dengan kehidupan sehari-hari.Metode ini lebih mengarah kepada titik pandang dan pendekatan yang di angkat. Jadi, menerapkan metode  ini dengan dimulai dari membaca secara keseluruhan. Lalu mulai mengidentifikasikan dialog-dialog atau kata-kata yang menjadi simbol-simbol bahasa. Dari situ mulai melihat makna yang terkandung dalam dialog,kata-kata atau simbol bahasa yang kental dengan kehidupan sehari-hari
Kekuatan cerpen “Bendera”  ini terdapat pada kata-kata,dialog-dialog yang memiliki kekentalan pesan dengan kehidupan  nyata . Sebab, di dalamnya  terdapat gambaran  kehidupan di Indonesia. Selain itu, cerpen ini juga memiliki perbedaan dengan cerpen-cerpen yang lain. Hal ini bisa dilihat dari bahasanya yang ringan dan mudah dipahami serta penuh dengan  makna. Sehingga, menurut saya cerpen ini cocok di baca oleh semua kalangan. Sehingga, sangat bermanfaat sekali untuk dibaca.
B. PEMBAHASAN
Cerpen “Bendera” karya Siti Mukaromah  ini memiliki kekhasan atau hal yang menarik untuk dibicarakan yaitu stile bahasanya . Stile bahasa disini  lebih mengacu kepada kata-kata atau dialog-dialog yang menjadi simbol-simbol. Simbol-simbol di sini mirip dengan istilah perlambangan. Simbol-simbol disini memiliki sarat makna dengan kehidupan kita sehari-hari.
      Perlambangan seperti halnya kiasan.Perlambangan digunakan pengarang untuk memperjelas makna dan membuat suasana tampak lebih jelas,sehingga dapat menggugah hati  pembaca. Jika dalam kiasan sesuatu hal dibandingkan atau dikiaskan dengan hal lain. Maka dalam pelambangan , sesuatu hal digantikan atau dilambangkan dengan hal lain . Dalam masyarakat banyak digunakan lambang-lambang yang umum. Misalnya, lambang yang terdapat dalam upacara perkawinan ,berupa janur kuning,pohon pinang,tebu,pohon kelapa,menginjak telur,membasuh kaki dan sebagainya. Janur kuning melambangkan kebahagiaan dan kesucian pengantin yang masih muda(janur adalah lambang kemudaan,karna janur itu daun kelapa muda). Pohon tebu melambangkan hati yang telah mantap. Membasuh kaki melambangkan sikap berbakti,dan sebagainya.
Adanya simbol-simbol atau lambang-lambang dalam cerpen tersebut karena pengarang merasa bahwa dengan lambang atau simbolisasi itu makna akan lebih hidup ,lebih jelas, dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya. Selain itu, dengan adanya lambang atau simbol –simbol tersebut dapat memberikan sugesti pada kata-kata itu.
Macam-macam simbol atau lambang yang terdapat dalam cerpen “Bendera” tersebut terdapat antara kata-kata dan antara dialog-dialog.
Stile bahasa yang mengacu kepada kata-kata,dapat dilihat pada teks. Seperti:
1.      “Dengan dihiasi bendera-bendera itu Kota Solo tampak meriah, ya mbak”.
Ø  Disini menunjukkan suatu kekaguman rakyat kecil terhadap gemerlapnya kehidupan orang-orang yang menjadi pejabat pemerintahan(pada khususnya  di Kota Solo).
2.      “..... karena merasa jijik.....”
“Hai binatang jelek,..”
Ø  Disini menunjukkkan suatu kesan dari sebagian orang kaya yang memandang  jijik,hina,tidak manusiawi terhadap kehidupan rakyat kecil.
3.      Merasa mendapat izin dan dukungan dari Dewa Penolong.
Ø  Disini menunjukkan bahwa seseorang yang penuh berwibawa layaknya Dewa Penolong (pejabat pemerintahan) hanya memberikan harapan dan tidak bertanggung jawab terhadap ucapan-ucapannya.
4.      Kaos oblong yang berwarna-warni,compang-canping, dengan tambalan sana-sini.
Ø  Disini menunjukkan kehidupan rakyat yang perlu perhatian dan bantuan , serta keinginannya  akan janji-janji pejabat pemerintahan itu terpenuhi.
5.      Aku tersadar dari keharuanku dan lesu melihatnya dengan bersandar di jok bus kota.
Ø  Disini menunjukkan bahwa orang yang biasa-biasa saja atau bukan pejabat pemerintahan merasa haru,tetapi masih belum adanya tindak langsung dari orang-orang tersebut untuk menolongnya. Tetapi, ini masih lebih baik dibandingkan yang acuh.
Stile bahasa yang mengacu kepada dialog-dialog,dapat dilihat pada teks. Seperti:
1)      Mbak,mau sekolah ya, mbak?”
Ø  Disini menunjukkkan bahwa adanya  kesan meragukan dari seseorang atau bisa juga penulis terhadap orang yang hendak menuntut ilmu di sekolah atau lebih tepatnya kuliah. Karena melihat sebagian fenomena anak sekarang, ketika sekolah bukannya belajar pelajaran yang menjadi tujuan utamanya tetapi biasanya penampilan atau urusan lainnnya yang lebih dipentingkan . Padahal banyak anak-anak di luar sana yang memimpikan untuk ingin bersekolah atau kuliah.
2)      Saya hanya menginginkan bendera ini dibuat celana.”
Ø  Disini menunjukkan bahwa adanya suatu gambaran  bahwa betapa tidak adanya kesejahteraan,kehidupan yang layak untuk orang miskin atau orang yang tidak mampu. Disitu digambarkan,karena tidak berdayanya untuk ganti celana maka ia menginginkan kain bendera yang dibuat celana.
3)      Kalau Bapak Caleg datang kesini , aku akan bersalaman dengannya,dan pasti wartawan akan berebut memfotoku.
Ø  Disini menunjukkan bahwa, orang-orang yang tidak mampu atau orang-orang miskin sudah cukup senang jika para pejabat pemerintahan mendatangi mereka ,meskipun tidak terlalu berpengaruh kedatangannya.


C. KESIMPULAN
Pengarang telah menampilkan bahasa yang mudah dan ringan. Selain itu, penuh dengan simbol-simbol yang syarat makna dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, bahasa yang digunakannyanya jelas tetapi mengandung makna yang dalam sekali. Sehingga, pembaca mendapatkan suatu pelajaran yang berharga setelah membacanya. Selain itu, cerpen ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja,mulai anak kecil sampai  orang dewasapun mampu menangkap maksudnya.


DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro. Burhan. 2000. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar