TEKS,
KONTEKS, KOTEKS
Siti
Lailatus Saadah
NIM 100210401110
wacana merupakan unit kebahasaan
yang lebih besar dari pada kalimat dan klausa dan mempunyai hubungan antara
unit kebahasaan yang satu dengan yang lain. Atau dengan kata lain, wacana
merupakan satuan bahasa terlengkap; dalam hirarki gramatikal tertinggi atau
terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk wacana yang utuh.
Teks adalah bahasa yang berfungsi,
maksudnya adalah bahasa yang sedang melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan
pesan atau informasi) dalam konteks situasi, berlainan dengan kata-kata atau
kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan di papan tulis. Konteks adalah
sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Sedangkan koteks adalah
teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain
Berikut akan dikaji lebih mendalam
mengenai teks, konteks, dan koteks.
Teks
Teks adalah bahasa yang berfungsi, maksudnya adalah bahasa yang sedang
melaksanakan tugas tertentu (menyampaikan pesan atau informasi) dalam konteks situasi,
berlainan dengan kata-kata atau kalimat-kalimat lepas yang mungkin dituliskan
di papan tulis. Bentuknya bisa percakapan dan tulisan (bentuk-bentuk yang kita
gunakan untuk menyatakan apa saja yang kita pikirkan). Hal penting mengenai
sifat teks ialah bahwa meskipun teks itu bila kita tuliskan tampak seakan-akan
terdiri dari kata-kata dan kalimat, namun sesungguhnya terdiri dari
makna-makna.Memang makna-makna atau maksud yang ingin kita sampaikan kepada
orang lain haruslah dikodekan dalm tuturan lisan atau kalimat-kalimat supaya
dapat dikomunikasikan.
Teks merupakan produk, dalam arti bahwa teks itu merupakan keluaran (output) ;
sesuatu yang dapat direkam atau dipelajari (berwujud). Teks juga merupakan
proses, dalam arti merupakan proses pemilihan makna yang terus-menerus,
maksudnya ketika kita menerima atau memberi informasi dalam bentuk teks (lisan
atau tulis) maka tentunya di dalam otak kita terjadi proses pemahaman
(pemilihan makna) terhadap informasi tersebut, jangan sampai terjadi
kesalahpahaman. Adapun kriteria teks sebagai berikut:
Kriteria yang bersifat internal teks:
Kriteria yang bersifat internal teks:
1.
Kohesi: kesatuan makna
Contohnya:
kohesi gramatikal: konjungsi temporal=”lalu”
Sudahlah.. Lebih baik interospeksi..
Mengapa akhirnya kau selalu kalah..? Kesombongan tidak akan membuatmu menang.
Lebih baik menyibukkan diri beribadah daripada ke sana kemari mengadu domba aku
pada semua teman-teman baikku, lalu menebar
fitnah, dan kembali berusaha
menghancurkan hidupku.
2.
Koherensi: kepaduan kalimat (keterkaitan antarkalimat)
Contohnya:
ada hubungan alasan-sebab
Aku tidak ingin bicara apa-apa lagi.
Sudah cukup aku mengangkat derajatmu.
Aku juga manusia biasa yang punya batas kekuatan. Cukuplah janji seindah syurga, penghianatan, kepalsuan, kata-kata keji dan fitnahmu kerap melukaiku
Aku tidak ingin mengotori jiwa, hati, kata-kata dan perbuatanku karena meladeni ulahmu.
Aku juga manusia biasa yang punya batas kekuatan. Cukuplah janji seindah syurga, penghianatan, kepalsuan, kata-kata keji dan fitnahmu kerap melukaiku
Aku tidak ingin mengotori jiwa, hati, kata-kata dan perbuatanku karena meladeni ulahmu.
Kriteria yang
bersifat eksternal teks:
1.
Intertekstualitas: setiap teks saling berkaitan secara
sinkronis atau diakronis
2.
Intensionalitas: cara-cara atau usaha-usaha untuk
menyampaikan maksud atau pesan pembicaraan melalui sikap bicara, intonasi, dan
ekspresi wajah. Intensionalitas berkaitan dengan akseptabilitas (penerimaan
informasi).
3.
Informativitas: kuantitas dan kualitas informasi
4.
Situasionalitas: situasi tuturan
Konteks
Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau yang bersama teks. Secara garis
besar, konteks wacana dibedakan atas dua kategori, yakni konteks linguistik dan
konteks ekstralinguistik. Konteks linguistik adalah konteks yang berupa
unsur-unsur bahasa. Konteks linguistik itu mencakup penyebutan kata depan, kata
sifat, kata kerja, kata kerja bantu, dan proposisi positif. Konteks
ekstralinguistik adalah konteks yang bukan berupa unsur-unsur bahasa. Konteks
ekstralinguistik itu mencakup praanggapan, partisipan, topik atau kerangka
topik, latar, saluran, dan kode. Partisipan adalah pelaku atau orang yang
berpartisipasi dalam peristiwa komunikasi berbahasa. Partisipan mencakup
penutur, mitra tutur. dan pendengar. Latar adalah tempat dan waktu serta
peristiwa beradanya komunikasi. Saluran adalah ragam bahasa dan sarana yang
digunakan dalam penggunaan wacana. Kode adalah bahasa atau dialek yang
digunakan dalam wacana. Halliday dan Hasan (1992: 14) menandai konteks bahasa /
koteks itu sebagai konteks internal wacana (internal discourse context)
sedangkan segala sesuatu yang melingkupi wacana, baik konteks situasi maupun
konteks budaya sebagai konteks eksternal wacana(external discourse contex).
Senada dengan uraian di atas, Saragih dalam Persfektif LFS (2006: 4), juga
memaparkan bahwa konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Tidak ada teks
tanpa konteks. Konteks mengacu pada segala sesuatu yang mendampingi teks.
Menurut Kridalaksana, konteks merupakan ciri-ciri alam di luar bahasa;
lingkungan/ situasi tuturan berlangsung yang menumbuhkan makna pada ujaran;
lingkungan nonlinguistik dari wacana. Menurut Moelyono dan Soenjono, konteks
wacana dibentuk oleh berbagai unsur, seperti situasi, pembicara, pendengar,
waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk, amanat, dan kode. Unsur-unsur
itu berhubungan pula dengan unsur-unsur yang terdapat dalam setiap komunikasi
bahasa, antara lain:
1.
Latar : tempat dan waktu terjadinya percakapan
2.
Peserta : peserta percakapan yakni pembicara (penyapa)
dan pendengar (pesapa)
3.
Hasil : hasil dan tujuan percakapan
4.
Amanat: bentuk dan isi amanat
5.
Cara : cara percakapan dilakukan, dengan semangat,
santai atau tergesa-gesa
6.
Sarana : penggunaan bahasa lisan atau tulis; variasi bahasa
yang digunakan
7.
Norma : perilaku peserta percakapan
8.
Jenis : mengacu pada kategori seperti sajak, teka-teki,
kuliah, dan doa
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konteks adalah segala sesuatu yang
melingkupi teks. Teks dan konteks merupakan sesuatu yang selalu berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan. Makna yang terealisasi dalam teks merupakan hasil
interaksi pemakai bahasa dengan konteksnya, sehingga konteks merupakan wahana
terbentuknya teks.
Contoh cuplikan salah satu komentar di facebook dalam
status Sang Embun
Pangeran Sejati:
Seorang yg
bijak mbr komen yg sangat sugestif di Status ku : " Allah tak pernah
tidur, yang hitam dan yang putih pasti Allah tunjukkan." La haula Walaa
Quwata ilaa bilaahi ....
@ Endel Wise:
Yang hitam dan putih nampak jelas. Akun dan wallku selalu terbuka bagi siapapun untuk membaca dan memberi komentar meski belum berteman. Sedang aku tidak bisa melihat akun FB Endel Wise dan segala sepak terjangnya. Mengajukan pertemanan dengan teman-temanku bukan tulus namun untuk menyebar surat laporan dari Polda ke 77 orang temanku. Juga mendatangi rumah-rumah temanku samapai yang berada di luar kota mengancam dengan bukti yang tak ubahnya surat laporan hilang KTP, tidak punya kekuatan apapun! Karena aku sudah mendatangi Polda.
Dari percakapan
di atas, konteks dapat dilihat dari beberapa unsur yang terdapat dalam setiap
komunikasi bahasa, antara lain:
1.
Latar : tempat di facebook/ dunia maya,waktu: 8
desember 2012
2.
Peserta : Sang embun pangeran sejati dan endel wife
3.
Hasil : terjadi perselisihan di antara keduanya, karena
adanya masalah keluarga yang dibawa-bawa di dunia maya dan saling berkomentar
dalam facebook baik antar status maupun antar komentar dari sebuah status.
4.
Amanat: permasalahan itu pasti ada solusinya, dan
siapapun yang benar ataupun yang salah, tanpa di suarakanpun, hitam dan
putihnya pasti akan terlihat juga.
5.
Cara : cara percakapan dilakukan dengan adanya emosi
diantara keduanya.
6.
Sarana :menggunakan bahasa tulis
7.
Norma : sebenarnya kurang sopan, karena masalah
keluarga di lanjutkan di dunia maya. Seharusnya dilihat dan dipandang kurang
pantas, apalagi jika saling mencaci maki ( di status lain).
8.
Jenis : mengacu pada kategori seperti percakapan biasa
dengan sedikit bersajak.
Koteks
Adapun koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, paragraf, dan bahkan wacana. Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung atau memperjelas makna.
Adapun koteks adalah teks yang berhubungan dengan sebuah teks yang lain. Koteks dapat pula berupa unsur teks dalam sebuah teks. Wujud koteks bermacam-macam, dapat berupa kalimat, paragraf, dan bahkan wacana. Koteks adalah semua unsur kebahasaan atau linguistik yang berperanan dalam menentukan makna sebuah wacana. Peranan koteks dalan sebuah wacana adalah mendukung atau memperjelas makna.
Contoh:
Aku
tidak ingin bicara apa-apa lagi. Sudah cukup aku mengangkat derajatmu.
Aku juga manusia biasa yang punya batas kekuatan. Cukuplah janji seindah syurga, penghianatan, kepalsuan, kata-kata keji dan fitnahmu kerap melukaiku
Aku tidak ingin mengotori jiwa, hati, kata-kata dan perbuatanku karena meladeni ulahmu.
Aku juga manusia biasa yang punya batas kekuatan. Cukuplah janji seindah syurga, penghianatan, kepalsuan, kata-kata keji dan fitnahmu kerap melukaiku
Aku tidak ingin mengotori jiwa, hati, kata-kata dan perbuatanku karena meladeni ulahmu.
Daftar
Pustaka
Mulyana. 2008. Kajian Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Trimakasih atas informasinya :)
BalasHapusblognya bagus boss
terimakasih kak informasinya
BalasHapusterimakasih kakak buat ilmunya
BalasHapusLaporan adalah
BalasHapuskohesi dan koherensi sepertinya terbalik yaa pengertiannya...
BalasHapus