Sabtu, 01 September 2012

Seputar Persoalan Bahasa Indonesia Sekolah


1)      10 jenis kata:
1.      Kata benda atau Noun
2.      Kata kerja atau Verb
3.      Kata sifat atau Adjective
4.      Kata ganti atau Pronoun
5.      Kata keterangan atau Adverb
6.      Kata sambung atau Conjunction
7.      Kata bilangan atau Numeralia
8.      Kata depan atau Preposition
9.      Kata sandang atau Determiner
10.  Kata seru atau Interjeksi
2)      Contoh dari 10 jenis kata:
1.      Kata benda atau Noun
·         Kata benda nyata:
Contohnya: kereta,kuda.penggaris,dll.
·         Kata benda abstrak:
Contohnya:keadilan,kemanusiaan,kecantikan,dll.
2.      Kata kerja atau Verb
·         Kata kerja transitif
ialah kata kerja yang mesti disertai oleh objek, yaitu kata nama.
Contohnya: Atan mendengar radio.
       -mendengar ialah kata kerja transitif
-radio ialah objek (kata nama)
Kata kerja transitif menggunakan imbuhan men, men ...i, men ...kan, memper, memper...i, dan memper...kan.
Contohnya:
1. Kucing itu menangkap seekor burung.
2. perempuan itu menjual sayur.
3. Bapa sedang menulis surat.
·         Kata kerja intransitif
 ialah kata kerja yang dapat berdiri sendiri dalam ayat, yakni tidak memerlukan objek lagi.  
Kata kerja intransitif ada yang berbentuk asal dan ada yang berimbuhan ber,men,ter,ber...an,dan ber...kan.
Contohnya: (a) Ravi belum datang lagi.
 (b) Murid-murid sedang belajar.
(c) Sungai itu mengalir deras.
Peringatan
Tiap-tiap kata kerja tak transitif boleh dijadikan kata kerja transitif dengan menambah ‘kan’ atau ‘ I’ di hujungnya.
Contohnya:
1. Mereka menjalankan jentera itu.
2. Emak sedang menidurkan adik.
3. Pekerja itu menurunkan barang-barang dari atas lori.
4. Halim mengikuti perbualan mereka.
5. Saya sudahi syarahan saya ini dengan ucapan salam.
·         Kata Kerja Pasif
1.      Kata kerja pasif
ialah kata kerja yang berasal daripada kata kerja transitif tetapi yang tidak berawalan men.
Contohnya:angkat, atasi, berikan, percepat, pelajari, persilakan, dan sebagainya.
2. Ada tiga jenis kata kerja pasif.
(a) kata kerja pasif diri pertama
Kata kerja pasif diri pertama ialah kata kerja pasif yang berimbuhan ku-.
Contohnya: kuangkat, kuatasi, kuberikan, kupercepat, kupelajari, dan kupersilakan.
(b) kata kerja pasif diri kedua
Kata kerja pasif diri kedua ialah yang berimbuhan ka-.
Contohnya: kauangkat, kauatasi, kauberikan, kaupercepat, kaupelajari, dan kaupersilakan.
(c) kata kerja pasif diri ketiga
 Kata kerja pasif diri ketiga ialah yang berimbuhan di-.
Contohnya: diangkat, diatasi, diberikan, dipercepat, dipelajari, dan dipersilakan
3.      Kata sifat atau Adjective
Contohnya:pintar,cantik,rajin,dll
4.      Kata ganti atau Pronoun
·         Kata ganti orang
Ø  Kata ganti orang pertama(tunggal:aku/saya;jamak:kami/kita)
Ø  Kata ganti orang kedua(tunggal:kamu;jamak:kalian)
Ø  Kata ganti orang ketiga(tunggal:dia/ia;jamak:mereka)
·         Kata ganti kepunyaan:misalnya “mu” dalam milikmu,dll
·         Kata ganti penunjuk:misalnya di sana,di situ,dll
5.      Kata keterangan atau Adverb
Contohnya:lusa,besok,hari ini,terkadang,kemarin,dll.
6.      Kata sambung atau Conjunction
Contohnya:sedangkan,dan,atau,namun.
7.      Kata bilangan atau Numeralia
Contohnya:satu,dua,tiga,pertama,kedua,ketiga.
8.      Kata depan atau Preposition
Contohnya:dari,pada,di atas,di bawah,di antara.
9.      Kata sandang atau Determiner
Contohnya:si,sang,seorang,dll.
10.  Kata seru atau Interjeksi
Contohnya:wah,wow,ah.
3)      Jenis-jenis frase:
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
1.      Frasa Endosentris
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga:
·         Frasa Endosentris Koordinatif
·         Frasa Endosentris Atributif
·         Frasa Endosentris Apositif
2.      Frasa Eksosentris

Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam:
1.      Frasa Nomina
2.      Frasa Verba
3.      Frasa Ajektifa
4.      Frasa Numeralia
5.      Frasa Preposisi
    1. Frasa Konjungsi

4)      Penjelasan jenis-jenis frase dan contohnya:
Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
    1. Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
·         Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
1.     rumah pekarangan
2.     suami istri dua tiga (hari)
3.     ayah ibu
4.     pembinaan dan pembangunan
5.     pembangunan dan pembaharuan
6.     belajar atau bekerja.

·         Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
1.     pembangunan lima tahun
2.     sekolah Inpres
3.     buku baru
4.     orang itu
5.     malam ini
6.     sedang belajar
7.     sangat bahagia.
Keterangan:
Kata-kata yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat, sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
·         Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad, …….sedang belajar.
……….anak Pak Sastro sedang belajar.
Unsur ‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan aposisi. Contoh lain:
1.     Yogya, kota pelajar
2.     Indonesia, tanah airku
3.     Bapak SBY, Presiden RI
4.     Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif

    1. Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah mahasiswa di teras.

Berdasarkan kategori kata yang menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam.
1.      Frasa Nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:
·         nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
·         pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
·         nama
contoh:
Dian itu manis
·         kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh:
dia rajinrajin itu menguntungkan
anaknya dua ekordua itu sedikit
dia berlariberlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.

    1. Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
    1. Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
4.      Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh lima orang.
5.      Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya

6.      Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis, ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.

1)      5 jenis klausa:
1.         Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
1.                   Klausa Lengkap
1.                   Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
2.                   Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
2.                   Klausa Tidak Lengkap
2.         Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
1.                   Klausa Positif
2.                   Klausa Negatif
3.         Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
    1. Klausa Nomina
    1. Klausa Verba
    1. Klausa Adjektiva
    1. Klausa Numeralia
    1. Klausa Preposisiona
    1. Klausa Pronomia
4.         Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
    1. Klausa Bebas
    1. Klausa terikat
5.         Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
    1. Klausa Atasan
    1. Klausa Bawahan
2)      Contoh  dari 5 jenis klausa:
2.         Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya, berikut klasifikasinya :
2.                   Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.Klausa ini diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
2.                   Klausa versi, yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
 Contoh :
-Kondisinya sudah baik.
-Rumah itu sangat besar.
-Mobil itu masih baru.
3.                   Klausa inversi, yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh :
-Sudah baik kondisinya.
-Sangat besar rumah itu.
-Masih baru mobil itu.
3.                   Klausa Tidak Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir. Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur inti yang lain dihilangkan.
3.         Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum, dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
2.                   Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang menegatifkan P.
 Contoh :
-Ariel seorang penyanyi terkenal.
-Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
-Mereka pergi ke kampus.
3.                   Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang menegaskan P.
Contoh :
-Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.
-Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
-Mereka tidak pergi ke kampus.
Keterangan:
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur, misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi, dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak mengambil sesuatu apapun', maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.

4.         Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat diklasifikasikan menjadi :
    1. Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa nomina. Contoh :
-Dia seorang sukarelawan.
-Mereka bukan sopir angkot.
-Nenek saya penari.
    1. Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa verba. Contoh :
-Dia membantu para korban banjir.
-Pemuda itu menolong nenek tua.
    1. Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa adjektiva.
Contoh :
-Adiknya sangat gemuk.
-Hotel itu sudah tua.
-Gedung itu sangat tinggi.
    1. Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori numeralia.
Contoh :
-Anaknya lima ekor.
-Mahasiswanya sembilan orang.
-Temannya dua puluh orang.
    1. Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh :
-Sepatu itu di bawah meja.
-Baju saya di dalam lemari.
-Orang tuanya di Jakarta.
    1. Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi ponomial.
Contoh :
-Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
-Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
5.         Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat dibedakan atas :
    1. Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu, sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
-Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
-Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
-Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
    1. Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor adalah konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan kalimat telegram.
Contoh :
-Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
-Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
-Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari orang tuanya.

6.         Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
    1. Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari klausa yang lain. Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.
    1. Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa yang lain. Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.
3)      Lima jenis kalimat:
1.    Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
1.    Kalimat minor. Kalimat minor dibedakan atas:
·         Kalimat minor berstruktur, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
Ø  Kalimat elips
Ø  Kalimat jawaban
Ø  Kalimat sampingan
Ø  Kalimat urutan
·         Kalimat minor tak berstruktur,dibedakan atas:
Ø  Panggilan.
Ø  Seruan
Ø  Judul
Ø  Semboyan
Ø  Salam
Ø  Inskripsi
2.    Kalimat mayor, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
·         Kalimat majemuk subordinatif
·         Kalimat majemuk koordinat
·         Kalimat majemuk rapatan
2.    Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
1.    Kalimat pernyataan
2.    Kalimat pertanyaan
3.    Kalimat perintah
3.    Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
1.    Kalimat aktif
2.    Kalimat pasif
3.    Kalimat medial
4.    Kalimat respirokal
4.    Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
1.    Kalimat firmatif
2.    Kalimat negative

4)      Penjelasan dari kelima jenis kalimat beserta contohnya:
*   Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
1.    Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor dibedakan atas:
·         Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa lain yang terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan sumber penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
Ø  Kalimat elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
Ø  Kalimat jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas pentanyaan-pertanyaan.
Contoh :
(Ada yang kau bawa itu?) Lukisan.
Ø  Kalimat sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat dari kalimat majemuk subordinat.
Contoh :
Cepat)
Meskipun hujan. (Dia tetap datang)
Ø  Kalimat urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain. (Samsuru, 1985:263)
Contoh :
Karena itu, harga minyak naik.
·         Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor yang muncul sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi, dibedakan atas:
Ø  Panggilan.
Contoh :
Bakso!
Ø  Seruan, biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.
Contoh :
Halo!
Ø  Judul, merupakan suatu ungkapan topic atau gagasan.
Contoh :
Dampak negative penayangan TV.
Ø  Semboyan, yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau kelengkapan sebuah klausa.
Contoh :
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
Ø  Salam
Contoh :
Selamat pagi!
Ø  Inskripsi, yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau persembahan pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.).
Contoh :
Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.
2.    Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang inti saja. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure pembentuk yang inti saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
·         Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk yang salah satu klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari klausa yang lain atau (b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang lain.
Contoh :
Yang berkaca mata hitam itu teman saya.
Orang itu badannya sangat gemuk.
Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.
·         Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang klausa-klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri, 1985:316).
Contoh :
Semalam suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.
Mula-mula dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.
Dalam perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita sendiri yang dibunuh.
·         Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk koordinatif yang klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan subjek, predikat objek, maupun keterangan.
Contoh :
Rumah itu baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.
Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.
Dengan susah payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya tinggal menempati saja.

*    Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
1.    Kalimat pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa mengharapkan response tertentu. Cirri untuk mengenal kalimat pernyataan ini yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan) dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti silahkan, dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).
Contoh :
Cita-cita anak itu sangat mulia.
Saya tidak membawa uang sama sekali.
Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.
2.    Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing response yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari pola intonasinya yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi kalimat pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya (?) dalam bahasa tulisan.
Contoh :
Kakak sudah menikah?
Mengapa anak itu tidak tidur?
Siapa pemilik rumah itu?
3.    Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk memancing responsi yang berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat perintah ditandai dengan tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya tidak dipakai kalau sifat perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya diikuti oleh partikel-lah. Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk menegatifkan kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian awal kalimat. Kaliamat perintah yang besifat negative beubah menjadi larangan.
Contoh :
Masuklah!
Marilah kita belajar bersama-sama!
Jangan membuang sampah di sembarang tempat!
*   Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
1.     Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor. Subjek kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive. Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan dengan –I atau –kan.
Contoh :
Anak itu memetik bunga di taman.
Ayah membelikan kakak baju baru.
Pembantu itu sedang menyapu halaman.
2.    Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan sebagai penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Contoh :
Badannya dilumuri minyak.
Kita apakan barang-barang ini?
Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.
3.    Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh predikat tersebut.
Contoh :
Jangan menyiksa diri sendiri.
Wanita itu berhias di depan cermin.
4.    Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan objeknya melakukan sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi sebagai predikat pada kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang didahului oleh kata dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan, verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).
Contoh :
Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
*   Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
1.    Kalimat firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh :
Petani itu membajak sawah.
Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.
Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.
2.    Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya terdapat unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada (tak), bukan, jangan. Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva, adverbial, dan frase preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure negatif bukan pada umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan pronominal/frase pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk menegatifkan kalimat printah (samsuri, 1985:250)
Contoh :
Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat.
Bukan buku itu yang saya cari.
Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.
5)      Jenis-jenis penalaran:
·         Perluasan (generalisasi)
·         Penyempitan (spesialisasi)
·         Penurunan (peyorasi)
·         Peninggian (ameliorasi)
·         Sinestesia
·         Asosiasi
·         Perubahan Makna Total
·         Penghalusan (eufimisme
·         Pengasaran (disfemia)
6)        Penjelasan  penalaran beserta contohnya:
·           Perluasan (generalisasi)
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya.
Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai macam kapal” (Darmawati, 2008).
·           Penyempitan (spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147).
Misalnya kata sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini bermakna “lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang sarjana sastra dari Univeristas Indonesia.
·           Peninggian (ameliorasi)
Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi dari asalnya.
Contoh: kata wanita yang dahulu berarti “perempuan biasa” sekarang menjadi “perempuan yang dihormati”.
·           Penurunan (peyorasi)
Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang kurang menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami peyorasi. Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami peyorasi menjadi “uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu menjual amplop dengan kalimat pejabat itu mendapat amplop.
·            Sinestesia
Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Contoh: kata pedas yang dahulu hanya digunakan untuk menggambarkan rasa cabe (indera pengecap) sekarang berarti “kasar”, “melukai perasaan” (indera pendengaran).
·            Asosiasi
Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat menyimpan surat” sekarang berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada amplop)”.
·           Perubahan Makna Total
Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya.
Misalnya kata ceramah dahulu bermakna “cerewet, banyak cakap”, sekarang bermakna “uraian mengenai suatu hal di muka orang banyak”.
·           Penghalusan (eufimisme)
Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih halus atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315).
Misalnya kata korupsi diganti dengan ungkapan menyalahgunakan jabatan. Kata menyalahgunakan dianggap lebih halus atau lebih sopan dari kata korupsi. Kata pemecatan diganti dengan ungkapan pemutusan hubungan kerja.
·           Pengasaran (disfemia)
Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau ungkapan memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.
7)          Lima jenis karangan:
a.       Narasi
b.      Deskripsi
c.       Eksposisi
d.      Argumentasi
e.       Persuasi
8)          Penjelasan dan contoh dari kelima jenis karangan:
a.       Narasi
Secara sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan berdasarkan plot atau alur.Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
·         Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
·         Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
·         Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik simba.
  1. (What) Apa yang akan diceritakan,
  2. (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
  3. (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
  4. (Who) Siapa pelaku ceritanya
  5. (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
  6. (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contohnya:
Soekarno mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama
Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Contoh narasi berisi fakta: saya hari ini akan tidur dan akan mati untuk selamanya
b.      Deskripsi
Karangan yang menggambarkan sesuatu atau melukiskan sesuatu,sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, merasakan, atau mengalami sendiri seperti hal atau sesuatu yang dideskripsikan.
Contohnya:
Tepat pukul 06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok seolah menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. serta dapat ku lihat burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan. Dari timur sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Aku berjalan ke halaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah jalan besar untuk berlalu lintas dari kejauhan tampak sawah-sawah milik petani yang ditanami padi masih berwarna hijau terlihat sangat sejuk, indah, dan damai. Dari kejauhan pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Didesaku rata-rata penduduknya sebagai petani. Pagi ini terlihat sangat sibuk, di jalan" terlihat ibu-ibu yang sedang berjalan menuju pasar untuk berjualan sayur. Tetanggaku seorang peternak bebek yang juga tidak kalah sibuknya dengan orang". Pagi-pagi sekali dia berjalan menggiring bebeknya kerawah dekat sawah untuk mencari makan, bebek yang pintar berbaris dengan rapi pengembalanya. Sungguh pemandangan yang sangat menarik dilihat ketika kita bangun tidur. Dihalaman rumah kakekku yang menghadap ketimur terdapat pohon-pohon yang rindang, ada pohon mangga yang berbuah sangat lebat, disamping kiri potehon mangga dapat pula pohon jambu air yang belum berbuah karena belum musimnya. Dan disebelah kanan rumah ada pohon rambutan yang buahnya sangat manis rasanya. sungguh pemandangan yang sangat indah yang sangat asri dan damai ini adalah tempat tinggal kakek ku dan tempat kelahiran ku. Desa yang bernama NAMBAHDADI ini adalah tempat yang paling aku kunjungi saat liburan. Selain bisa bertemu kakek dan nenek aku juga bias melihat pemandangan yang indah nan damai.
c.       Eksposisi
Karangan yang bersifat memaparkan, menjelaskan,  menerangkan, atau menguraiakan proses terjadinya sesuatu.
Langkah menyusun eksposisi:
* Menentukan topik/tema
* Menetapkan tujuan
* Mengumpulkan data dari berbagai sumber
* Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
*Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Contohnya:
Baru-baru ini, para ahli purbakala menemukan sebuah jaring laba-laba kuno di Timur Tengah. Menurut penelitian, jaring laba-laba yang tersimpan dalam batu ambar tersebut berusia sekitar 120 juta tahun. Batu ambar dulunya berasal dari getah pepohonan. Setelah berusia jutaan tahun, getah tersebut mengeras seperti batu. Karena getah tersebut berwarna bening, maka bagian tengah batu ambar pun terlihat dengan jelas. Biasanya batu ini berisi berbagai hewan kecil pada jaman purba, seperti serabngga dan laba-laba. Karena sangat keras, maka isi di dalamnya pun tersimpan dengan aman selama jutaan tahun.
d.      Argumentasi
Karangan ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut.
Langkah menyusun argumentasi:
*Menentukan topik/tema
*Menetapkan tujuan
*Mengumpulkan data dari berbagai sumber
*Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
*Mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi
Contohnya:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
e.       Persuasi
Karangan ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang besifat mengajak. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis dalam karangannya.
Langkah menyusun persuasi:
*Menentukan topik/tema
*Merumuskan tujuan
*Mengumpulkan data dari berbagai sumber
*Menyusun kerangka karangan
*Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan persuasi
Contohnya:
Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga, karena semua itu perlu proses dan cara yang berlanjut.
9)          Jenis-jenis imbuhan:
ü  Awalan (Prefiks)
ü  Sisipan (Infiks)
ü  Akhiran (Sufiks)
ü  Awalan Dan Akhiran (Konfiks)
10)      Penjelasan dan contoh dari jenis-jenis imbuhan:
ü  Awalan (Prefiks)
Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata.
Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-
·         Awalan me –
Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-
Contoh : 
melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat

Makna awalan me- :
1.      Melakukan perbuatan/tindakan.
Contoh :     mengambil, menjual.
2.      Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh  :    memotong, menyapu.
3.      Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh :     menurun, meluap.
4.      Membuat kesan.
Contoh :     mengalah, membisu.
5.      Menuju ke.
Contoh :     mendarat, menepi.
6.      Mencari.
Contoh :     mendamar, merotan.
·         Awalan di-
Awalan di mempunyai makna suatu perbuatan aktif.  Awalan di- merupakan kebalikan dari awalan me- yang bermakna aktif.
Contoh :  
di +  siram       à  disiram
di + tanam       à  ditanam
di + beli           à  dibeli
·         Awalan ber-
Pemakaian awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut.
1.      Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata dasar yang suku pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber berubah menjadi be-.
Contoh :    ber +  rantai    à  berantai
ber + kerja      à  bekerja
2.      Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber- berubah menjadi bel-
Contoh :     ber + ajar        à  belajar
3.      Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber- tetap tanpa perubahan.
Contoh :    ber + lari         à  berlari
ber + nyanyi    à  bernyanyi
Makna awaln ber-
1.      Mempunyai.
Contoh :     beranak, berhasil
2.      Memakai/menggunakan/mengendarai.
Contoh :     bersepeda, bersepatu
3.      Mengeluarkan.
Contoh :     berkata, bertelur
4.      Menyatakan sikap mental.
Contoh :     berbahagia, berbaik hati.
5.      Menyatakan jumlah.
Contoh :     berdua, berempat.
·         Awalan Pe-(N)
Pemakaian awalan pe-(n) memiliki variasi sebagaimana yang berkalu pada awalan me-(n).
Makna awalan pe-(n) :
1.      Menyatakan yang melakukan perbuatan.
Contoh :     penulis, pembaca.
2.      Menyatakan pekerjaan.
Contoh :     perpanjang, perlebar.
3.      Menyatakan alat.
Contoh :     penghapus, penggaris.
4.      Menyatakan memiliki sifat.
Contoh :     pemaaf, pemalu.
5.      Menyatakan penyebab.
Contoh :     pemanis, pemutih
·         Awalan Ke-
Makna awalan ke-
1.      Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah.
Contoh  :    kesebelasan.
2.      Menyatakan urutan.
Contoh  :    kesatu, kedua, ketiga
·         Awalan ter-
1.      Awalan ter- hampir sama dengan awalan di-.  Awalan ter- berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif.
Contoh :     ter +  tendang à  tertendang
 ter  +  bakar          à  terbakar
2.      Awalan ter- ada pula yang termasuk golongan kata sifat.
Contoh :     ter  +  pandai  à  terpandai
 ter  +  kecil            à  terkecil
Ø  Makna awalan ter-
1.      Sudah di atau dapat di.
Contoh :     tertutup, terbuka.
2.      Ketidaksengajaan.
Contoh :     terbawa, terlihat.
3.      Tiba-tiba.
Contoh :     teringat, terjatuh.
4.      Dapat atau kemungkinan.
Contoh  :    ternilai, terbagus.
5.      Pelaing atau super.
Contoh :     terpandai, tertua.
·         Awalan Pe-
Umumnya tidak bias digunakan secara mandiri.  Pemakaian awlan per- membutuhkan imbuhan lain misalnya –kan dan –an.
Contoh :          
per-kan + kembang     à  perkembangan
per-an   +  usaha         à  perusahaan
·         Awalan Se-
Makna awalan se-
1.      Menyatakan satu.
Contoh  :    selembar, seribu.
2.      Menyatakan seluruh.
Contoh  :  sekota, sedesa.
3.      Menyatakan sama.
Contoh  :    sepandai, seindah.
4.      Menyatakan setelah.
Contoh :     sekembali
ü  Sisipan (Infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata.
Contoh :  -el, -em, dan –er.
Makna sisipan :
1.      Menyatakan internsitas atau frekuensi.
Contoh :     geletar, gemetar
2.      Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contoh :     temali, gemerincing
3.      Memiliki sifat yang disebut dalam kata dasarnya.
Contoh :     temurun, gemilang, telunjuk, pelatuk, gelembung, telapak
ü  Akhiran (Sufiks)
Imbuhan yang diberikan di akhir kata.
Contoh :  -kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.
·         Akhiran -i
Makna akhiran –I :
1.      Mengandung arti membentuk kalimat perintah.
Contoh :Turuti perintahnya !
2.      Menyebabkan sesuatu jadi.
Contoh :menyakiti hati,  menghargai dia
3.      Menyarakan intensitas (pekerjaan yang berulang-ulang)
Contoh :menembaki, memukuli
·         Akhiran –kan
Makna akhiran –kan :
1.      Secara umum mengandung arti perintah.
Contoh :Dengarkan baik-baik !
2.      Menyatakan sebagai alat atau membuat dengan.
Contoh :menusukkan pisau, melemparkan batu
3.      Menyebabkan atau menjadikan sesuatu.
Contoh :membesarkan, menjatuhkan
4.      Menyatakan arti bahwa suatu pekerjaan dilakukan untuk orang lain.
Contoh :meminjamkan, mengembalikan
5.      Mentransitifkan kata kerja ke dinding
Contoh :memantulkan
·         Akhiran –an
Makna akhiran –an
1.      Menyatakan tempat.
Contoh :     pangkalan, kubangan
2.      Menyatakan alat.
Contoh :     ayunan, timbangan
3.      Menyatakan hal atau cara.
Contoh :     didikan, pimpinan
4.      Menyatakan akibat, hasil perbuatan.
Contoh :     hukuman, balasan
5.      Menyatakan sesuatu yang di.
Contoh :     catatan, suruhan
6.      Menyatakan seluruh, kumpulan.
Contoh :     lautan, sayuran
7.      Menyatakan menyerupai.
Contoh :     anak-anakan, kuda-kudaan
8.      Menyatakan tiap-tiap.
Contoh :     tahunan, mingguan
9.      Menyatakan mempunyai sifat.
Contoh :     asinan, manisan
·         Akhiran –isme dan –isasi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
-Makna akhiran –isme adalah  paham atau ajaran :
 Contoh : komunisme, animisme, liberalisme
-Makna akhiran –isasi adalah proses atau menjadikan sesuatu.
 Contoh : swastanisasi, lebelisasi
·         Akhiran – i , – iah,  – is, – wi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
- i berasal dari bahasa Inggris.
- iah, – is, – wi berasal dari bahasa Arab
Makna akhiran – i, – iah, – is, – wi adalah membentuk kata sifat.
Contohnya:
Insan              : memiliki sifat keinsanian
Alamiah         : memiliki sifat alamiah, natural
Agamais        : menujukkan sifat orang yang taat beragama
Manusiawi     : bersifat kemanusiaa
ü  Awalan Dan Akhiran (Konfiks)
Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran.
Contoh :  me-kan, pe-an, ber-an, se-nya, meper-kan
-Awalan dan Akhiran me-kan, dan memper-kan
·         Makna me-kan:
1.      Melakukan pekerjaan orang lain.
Contoh :     Adik memesankan ibu makanan.
2.      Menyebabkan atau membuat jadi.
Contoh  :    Lemparan bola itu memecahkan kaca jendela kamar.
3.      Melakukan perbuatan.
Contoh   :    Gajah menyemburkan air dari belalainya.
4.      Mengarahkan.
Contoh :      Ayah meminggirkan kendaraannya.
5.      Memasukkan.
Contoh  :     Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan POLDA.
·         Makna memper-kan :
1.      Menyebabkan atau membuat jadi :
Contoh  :    Rini mempertotonkan kebolehannya bermain biola.
-Awalan dan Akhiran ber – an
Makna :
1.      Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.
Contoh  :    berdatangan, berterbangan
2.      Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh   :    bergulingan, berlompatan
3.      Menyatakan hubungan antara dua pihak.
Contoh  :    bersamaan, bersebelahan, berduaan.
4.      Menyatakan hubungan timbal balik.
Contoh  :     bersahutan, bersalaman
-Awalan dan Akhiran pe – an
Makna :
1.      Menyatakan hal
Contoh  :    pendidikan, penanaman
2.      Menyatakan proses atau perbuatan.
Contoh  :    pendaftaran, penelitian.
3.      Menyatakan hasil.
Contoh   :   pengakuan, peghasilan
4.      Menyatakan tempat.
Contoh  :    penampungan, pemandian
5.      Menyatakan alat.
Contoh  :     penglihatan, pendengaran
-Awalan dan Akhiran per- an
Makna :
1.      Menyatakan tempat.
Contoh  :    perhentian, perusahaan
2.      Menyatakan daerah.
Contoh  :    perempatan, pertigaan
3.      Menyatakan hasil perbuatan.
Contoh  :    pertahanan, perbuatan
4.      Menyatakan perihal.
Contoh  :    perbukuan, perkelahian
5.      Menyatakan banyak.
Contoh  :    persyaratan, persaudaraan
-Awalan dan Akhiran se –nya
Makna :
1.                   Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.
Contoh  :          sebagus-bagusnya, setinggi-tingginya
1.                   Sering disertai dengan kata ulang.
Contoh  :          sebaik-baiknya, semerah-merahnya
11)      Jenis-jenis kata ulang:
*      Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga
*      Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian
*      Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi fonem
*      Kata ulang suku awal atau dwipurwa
*      kataulang semu atau kata dasar berulang
12)      Penjelasan dan contoh jenis-jenis kata ulang:
Kata ulang adalah kata jadian yang terbentuk dengan pengulangan kata.
Bentuk kata ulang :
*      Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau dwilingga, yaitu pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh : -ibu-ibu w hitam-hitam
               -kuda-kuda w danau-danau
*      Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian, yaitu bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan,akhiran atau gabungan imbuhasebelum atau sesudah kata dasarnyadiulang.
Contoh :- berlari-lari – bermain-main
- menari-nari – hormat-menghormati
- bunga-bungaan – kekanak-kanakan
*      Kata ulang berubah bunyi atau bervariasifonem, baik vokal maupun konsonan.
Contoh :- lauk-pauk
- serta-merta
- warna-warni
- gerak-gerik- mondar-mandir
*      Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitubentuk pengulangan suku pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.
Contoh :- lelaki
  laki-laki ~ lalaki ~ lelakiè
- sesama
   sama-sama ~ sasama ~ sesamaè
- tetangga
   tangga-tangga ~ tatangga ~ tetanggaè
Selain bentuk kata ulang di atas, terdapat kataulang semu atau kata dasar berulang.
Contoh :
- cumi-cumi
- paru-paru
- laba-laba
- pura-pura
- biri-biri
   -kura-kura
   - kupu-kupu
   - kunang-kunang
13)      Jenis-jenis perubahan makna:
A.    Perluasan(generalisasi)
B.     Penyempitan(spesialisasi)
C.     Peninggian(ameliorasi)
D.    Penurunan(peyorasi)
E.     Sinestesia
F.      Asosiasi
G.    Perubahan Makna Total
H.    Penghalusan(eufimisme)
I.       Pengasaran(disfemia)
14)      Penjelasan dan contoh enis-jenis perubahan makna:
A.    Perluasan(generalisasi)
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya. Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai macam kapal” (Darmawati, 2008).

B.    Penyempitan(spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147). Misalnya kata sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini bermakna “lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang sarjana sastra dari Univeristas Indonesia.

C.Peninggian(ameliorasi)
Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi dari asalnya. Contoh: kata wanita yang dahulu berarti “perempuan biasa” sekarang menjadi “perempuan yang dihormati”.

D.Penurunan(peyorasi)
Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang kurang menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami peyorasi. Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami peyorasi menjadi “uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu menjual amplop dengan kalimat pejabat itu mendapat amplop.

E.Sinestesia
Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda. Contoh: kata pedas yang dahulu hanya digunakan untuk menggambarkan rasa cabe (indera pengecap) sekarang berarti “kasar”, “melukai perasaan” (indera pendengaran).

F.Asosiasi
Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat menyimpan surat” sekarang berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada amplop)”.

G.Perubahan Makna Total
Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya. Misalnya kata ceramah dahulu bermakna “cerewet, banyak cakap”, sekarang bermakna “uraian mengenai suatu hal di muka orang banyak”.

H.Penghalusan(eufimisme)
Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih halus atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315). Misalnya kata korupsi diganti dengan ungkapan menyalahgunakan jabatan. Kata menyalahgunakan dianggap lebih halus atau lebih sopan dari kata korupsi. Kata pemecatan diganti dengan ungkapan pemutusan hubungan kerja.

I.Pengasaran(disfemia)
Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau ungkapan memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.
15)      Macam-macamnya teknik pidato:
(a)Metode Naskah
(b)Metode Menghafal
(c) Metode Spontanitas
(d) Metode Penjabaran Kerangka
16)      Penjelasan tentang macam-macamnya teknik pidato:
(a)Metode Naskah,
yaitu pidato yang digunakan untuk pidato resmi dan dibacakan secara langsung. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi, akan disebarluaskan dan dijadikan figur oleh masyarakat dan dikutuip oleh media massa.
(b)Metode Menghafal,
 yaitu naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan untuk dihafal.
(c) Metode Spontanitas,
yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan/pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak.
 (d) Metode Penjabaran Kerangka.
 yaitu metode berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang terpola secara lengkap adalah teknik yang sangat dianjurkan dalam berpidato. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus disiapkan garis-grais besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap paling penting untuk disampaikan.
17)      Penjelasan tentang singkatan dan akronim:
·         Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
·         Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
*Keterangan:
Khusus untuk pembentukan akronim, hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengn mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

Pedoman pembentukan singkatan dan akronim diatur dalam Keputusan Mendikbud RI Nomor 0543a/U/198, tanggal 9 September 1987 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
1. Singkatan
a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
Muh. Yamin
Suman Hs.
M.B.A. (master of business administration)
M.Sc. (master of science)
S.Pd. (Sarjana Pendidikan)
Bpk. (bapak)
Sdr. (saudara)
Kol. (Kolonel)
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
MPR (Majelis Perwakilan Rakyat)
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)
KTP (Kartu Tanda Penduduk)
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
Mislnya :
dsb. (dan sebagainya)
hlm. (halaman)
sda. (sama dengan atas)
d. Singkatan umum yang terdiri atas dua huruf, setiap huruf diikuti titik.
Mislnya :
a.n. (atas nama)
d.a. (dengan alamat)
u.b. (untuk beliau)
u.p. (untuk perhatian)
e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
Cu (kuprum)
cm (sentimeter)
l (liter)
kg (kilogram)
Rp (rupiah)
2. Akronim
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya :
ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
LAN (Lembaga Administrasi Negara)
SIM (surat izin mengemudi)
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
Iwapi (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia)
Sespa (Sekolah Staf Pimpinan Administrasi)
Pramuka (Praja Muda Karana)
c. Akronim yang buka nama diri yang berupa gabungan, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu( pemilihan umum)
rapim (rapat pimpinan)
rudal (peluru kendali)
tilang (bukti pelanggaran)
18)      Contoh penulisan daftar pustaka dengan 4 nama:
*      Nama penulis lebih dari satu kata
Jika nama penulis terdiri atas 2 nama atau lebih, cara penulisannya menggunakan nama keluarga atau nama utama diikuti dengan koma dan singkatan nama-nama lainnya masing-masing diikuti titik.
Contoh :Soeparna Darmawijaya ditulis : Darmawijaya, S.
                                       Shepley L. Ross ditulis : Ross, S. L.
*      Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama utama atau nama keluarga yang diikuti dengan singkatan, ditulis sebagai nama yang menyatu.
Contoh : Mawardi A.I. ditulis : Mawardi, A.I.
                William D. Ross Jr., ditulis Ross Jr., W.D.
*      Nama dengan garis penghubung
Nama yang lebih dari dua kata tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dirangkai dengan garis penghubung.
Contoh : Ronnie McDouglas ditulis: McDouglas, R.
               Hassan El-Bayanu ditulis: El-Bayanu, H.
                         Edwin van de Sart ditulis: van de Sart, E.

19)      Bagian-bagian surat dinas:
1.              Kepala Surat.
Berisi nama organisasi, lambang organisasi, alamat dan garis penutup.
2.              Tanggal Surat.
Diketik di sebelah kanan sebaris dengan nomor surat jika ada kepala surat, tanggal tidak diberi tempat/ daerah pembuatan surat.
3.              Nomor Surat.
Berisikan nomor urut surat, kode jabatan, kode unit kerja, kode hal, dan tahun pembuatan surat.   
4.              Lampiran Surat.
Diketik di bawah nomor dan tidak diketik apabila tidak ada yang dilampirkan.
5.              Hal Surat.
Diketik dibawah kata lampiran.
6.              Alamat yang dituju.
Diketik dibawah kata hal dan diawali dengan singkatan Yth. Kemudian diikuti nama orang yang dituju.Nama tempat alamat tujuan surat tidak didahului kata di.
7.              Paragraf pembuka surat.
Awal kalimat pembuka diketik di bawah dan sejajar dengan alamat tujuan surat.
8.              Paragraf isi surat
Berisikan uraian dari inti surat.
9.              Paragraf penutup surat.
Berisikan kalimat penutup yang mengakhiri Surat Dinas.
10.          Penutup surat Dinas :
*         Nama jabatan penanda tangan,
*         Tanda tangan,
*         Nama pejabat,
*         Nomor Induk Pegawai (NIP),
*         Tembusan, (jika ada).
20)      Unsur intrinsik karya satra:
Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
21)      Penjelasan  unsur Intrinsik Karya Sastra:
Unsur intrinsik karya satra:
adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
       Contoh unsur intrinsik:
• Contoh-contoh Unsur Intrinsik Menurut M. Saleh Saad
tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pusat pengisahan.
• Unsur intrinsik prosa menurut Stanton adalah:
(1) tokoh
(2) alur
(3) latar,
(4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
CATATAN:
Ada sementara orang yang masih memisahkan istilah struktur (bentuk) dengan tema/ amanat/ isi. Akan tetapi pada perkembangan terakhir cenderung memandang struktur sebagai keseluruhan bangunan karya sastra. Jadi isi, tidak terpisah dari bentuk.

Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
Keterangan:

q Karakter/tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-  peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
    Keterangan:
Pembedaan Tokoh:
              A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character)
yaitu tokoh yang diutamakan
penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character)
penceritaan relatif pendek (tidak
mendominasi)
              B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis
memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
• Tokoh protagonis adalah tokoh yang:
1. kita kagumi
2. Pengejawantahan norma-norma
3. pengejawantahan nilai-nilai ideal
4. menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita
5. pengejawantahan harapan-harapan kita
2. Antagonis
- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
- beroposisi dengan tokoh protagonis
- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)
Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Bagaimana memilah antara tokoh antagonis dan protagonis?
• menentukannya memang tidak mudah
• tokoh yang tak mencerminkan harapan dan norma kita kadang justru yang diberi simpati
• kemungkinan tokoh yang lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan visinya lebih banyak mendapat simpati.
• misalnya seorang penjahat jika cerita ditulis dari kacamata seorang penjahat, maka simpati akan tertuju padanya.
• pencuri, pembunuh, pemerkosa, penipu, bisa mendapatkan simpati pembaca jika diberi kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara faktual ia dibenci oleh masyarakat.
             C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat
Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round
Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.
Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
             D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis
adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
• Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih
             E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal
pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral
tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.

q Plot /alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.
q Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu.
θ  Konflik
Konflik  adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
-Konflik internal
Individu-diri sendiri: Konflik ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
-Konflik eksternal                                                                                                                                           Individu – Individu: konflik yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam.                                           Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
θ Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.
q Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.
θ  Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
·                Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
·                Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
·                Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia.
22)      Unsur ekstrinsik karya sastra:
1)      Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
2)      Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
3)      Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4)      Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
dll.
23)      Penjelasan unsur ekstrinsik karya sastra:
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu, unsur esktrinsik karya sastra harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Unsur-unsur Ekstrinsik
Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Menurut Wellek & Warren (1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut adalah sebagai berikut.
1.             Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
2.             Keadaan psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
3.              Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4.              Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
Latar belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya sastra.
Menurut Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Unsur-usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai contoh, novel Siti Nurbaya sangat kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini sesuai dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang berasal dari daerah Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal dari daerah Kalimantan.
Begitu pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian. Mata pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari damar dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional. 
Selain budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga dapat memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel Atheis dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel Kubah, atau Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.
Latar belakang kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi karya sastra. Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan kehidupan masyarakat desa dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Dengan demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan rasa terhadap karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai makna. Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.
24)      Jenis-jenis majas:

*      Majas perbandingan

1.              Personifikasi
2.              Metafora
3.              Simile/Perumpamaan
4.              Alegori
*      Majas pertentangan
1.              Hiperbola
2.              Litotes
3.              Ironi
4.              Oksimoron
*      Majas pertautan
1.              Metonimia
2.              Sinekdoke
3.              Alusio
4.              Inversi
*      Majas perulangan
1.              Aliterasi
2.              Antanaklaris
3.              Repetisi
4.              Paralelisme
25)      Penjelasan dan contoh dari jenis-jenis majas:
Majas atau gaya bahasa adalah bahasa kias yang digunakan untuk mempertajam maksud.

*      Majas perbandingan

5.              Personifikasi, yaitu majas yang membandingkan benda yang tidak bernyawa seolah-olah dapat bertindak seperti manusia.
Contoh :
a.               Bulan menangis menyaksikan manusia saling bunuh.
b.              Daun-daun memuji angin yang telah menyapanya.
6.              Metafora, yaitu membandingkan dua hal/benda tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh :       
a.               Bumi itu perempuan jalang.
b.              Tuhan adal;ah warga negara yang paling modern.
7.              Simile/Perumpamaan, yaitu membandingkan dua hal/benda dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh :
a.               Wajahnya bagai bola api.
b.              Tatapannya laksana matahari.
c.               Seperti angin aku melayang kian kemari.
8.              Alegori, membandingkan hal/benda secara berkelanjutan membentuk sebuah cerita.
Contoh :
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.

*      Majas pertentangan

5.              Hiperbola, mempertentangkan secara berlebih-lebihan.
Contoh :
a.               Saya telah berusaha setengah mati menyelesaikan soal itu.
b.              Kekayaannya selangit.
6.              Litotes, mempertentangkaan dengan merendahkan diri.
Contoh :
a.               Kalau sempat mampirlah ke gubukku.
b.              Ah, saya ini khan cuma kacung.
7.              Ironi, mempertentangkan yang bertujuan menyindir dengan menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan fakta yang sebenarnya.
Contoh :
a.               Hebat betul, pertanyaan semudah itu tidak bisa kaujawab.
b.              Rajin betul, jam sepuluh baru datang!
8.              Oksimoron, mempertentangkan secara berlawanan bagian demi bagian.
Contoh :
a.               Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.
b.              Kesedihan adalah awal kebahagiaan.

*      Majas pertautan

5.              Metonimia, menghubungkan ciri benda satu dengan benda lain yang disebutkan.
Contoh :
a.               Kakakku sedang membaca Pramudya Ananta Toer.
b.              Belikan aku gudang garam filter.
6.              Sinekdoke, mernyebut sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto) atau keseluruhan untuk sebagian (totum pro part).
Contoh :
a.              SMA Stella Duce 2 Yogyakarta berhasil masuk final pertandingan basket.
b.             Roda duanya mogok.
7.              Alusio, mempertautkan hal dengan peribahasa.
Contoh :
a.              Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.
b.             Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi dalam kehidupan kita, semakin berisi semakin tunduk.
8.              Inversi, mengubah susunan kalimat.
Contoh :
a.               Hancurlah hatinya menyaksikan kekasihnya berpaling ke lelaki lain.
b.              Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.

*      Majas perulangan

5.              Aliterasi, mengulang bunyi konsonan yang sama.
Contoh :
a.               Malam kelam suram hatiku semakin muram.
b.              Gadis manis menangis hatinya teriris iris.
6.              Antanaklaris, memgulang kata yang sama dengan arti yang berbeda.
Contoh :
a.               Buah hatinya menjadi buah bibir tetangganya.
b.              Hatinya memintanya berhati-hati.
7.              Repetisi, mengulang-ulang kata, frase, atau klausa yang dipentingkan.
Contoh :
a.              Di Stella Duce 2 Yogyakarta ia mulai meraih prestasi, di Stella Duce 2 Yogyakarta ia menemukan tambatan hati, di Stella Duce 2 Yogyakarta pula ia menunggu hari tuanya.
b.             Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang, dan terus berjuang.
8.              Paralelisme, mengulang ungkapan yang sama dengan tujuan memperkuat nuansa makna.
Contoh :
a.              Sunyi itu duka, sunyi itu kudus, sunyi itu lupa, sunyi itu mati.
b.             Hidup adalah perjuangan, hidup adalah persaingan, hidup adalah kesia-siaan.
26)      Perbedaan karangan argumentasi dan eksposisi:
*      Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang  memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan,memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
       Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
a)    Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
b)    Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data faktual)
c)    Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan  kehendak
d)   Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada.
e)    Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu
*      Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi adalah karangan yang isinya, bertujuan meyakinkan atau  mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata.
  Ciri-ciri/karakteristik karangan Argumentasi
a)    Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui oleh pembaca
b)   Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta,grafik, tabel, gambar
c)    Dalam argumentasi pengarang berusaha  mengubah sikap, pendapat atau pandangan  pembaca
d)   Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan  menjauhkan subjektivitas
e)    Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian
27)      Penjelasan tentang biografi:
Biografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi, tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu.
Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.
Biografi adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang bersumber pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk pengalaman pribadi.


Macam-macam Biografi :
1.      Berdasarkan sisi penulis
2.       Berdasarkan Isinya
3.       Berdasarkan persoalan yang dibahas
4.      Berdasarkan penerbitannya
Berdasarkan sisi penulis
1. Autobiografi.
Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya
2. Biografi.
Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :
*Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuam tokoh didalamnya
*Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)
Berdasarkan Isinya
*Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.
*Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.
Berdasarkan persoalan yang dibahas
Biografi politik.
yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.
Intelektual biografi
yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.
Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra
yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan wawancara.
Berdasarkan penerbitannya
Buku Sendiri.
Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.
Buku Subdisi.
Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.
28)      Penjelasan tentang autobiografi:
Pengertian autobiografi adalah :
biografi yang ditulis oleh seorang tokoh tentang perjalanan kehidupanan pribadi yang dialaminya. Umumnya ditulis dimulai dari masa kecil sampai waktu yang ditentukan oleh penulis itu sendiri.

Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan didasarkan pada memori sang penulis. Di negara maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap sebagai suatu karya sastra yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Menurut Sallie Mcfaqua, autobiografi dan tulisan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati karena di dalamnya terdapat sebuah
kisah kehidupan yang nyata.
29)      Penjelasan tentang bibliografi:
Kata bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata Biblion: yang berarti buku dan Graphein: yang berarti menulis, maka kata Bibliografi secara harfiah berarti penulisan buku.Dalam hal ini maka bibliografi berarti kegiatan teknis membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliofrafi adalah untuk mengetahui adanya suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan.
*      Unsur-Unsur Bibliografi dan Contoh Penulisannya
a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid
buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah,
atau surat kabar, tanggal dan tahun.
*      Penyusunan Bibliografi
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk refrensi
kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan
garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Namun, jarak
antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.
*      Jenis-Jenis Bibliografi
Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi sekunder akan tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar. Misalnya akan dibuat daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku yang dimiliki perpustakaan, maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar katalog. Sementara jika daftar yang disusun berdasarkan judul artikel suatu majalah, maka daftar tersebut dapat disebut daftar isi.
Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi:
• Bibliogrfi deskriptif:
Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat dari gambaran fisik
yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau majalah, judul
artikel, nama pengarang, data terbitan (impresium), kolasi serta kata kunci dan abstrak
yang tertulis.
• Bibliografi evaluatif:
Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan pustaka.
Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka atau
artikel.
*      Cakupan Bibliografi
Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi:
• Bibliografi retrospektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan pada jaman
yang lampau. Misalnya “Bibliografi sejarah perang Dipenogoro”
• Bibliografi terkini/current :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit saat ini.
Contohnya Ulrich’s International Periodicals Directory.
• Bibliografiselektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu.
Misalnya “Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah”.
• Bibliografi subjek :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang ilmu dan
subjek tertentu. Misalnya “Bibliografi khusus ternak kelinci”.
• Biliografi nasional :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah regional
tertentu. Contohnya “Bibliografi Nasional Indonesia”.
Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan berbagai
pertimbangan antara lain :
• Permintaan pengguna
• Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu
• Dokumentasi koleksi yang dimiliki
• Mandat instansi
*      Bagian-bagian Bibliografi
Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :
Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan
Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan
korporasi
Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana informasi
tersebut berada.
Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan tahun
terbit
Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel ditemukan.
Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak
Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number,
perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya
*      Manfaat Bibliografi
Pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain:
Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang kajiannya
Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan meningkat
jumlahnya
Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang cepat dan
tepat

Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi mempunyai fungsi utama untuk membantu pemakai mencari dan menelusuri informasi tertentu. Fungsi lain dari bibliografi adalah sebagai bagian dari jasa pelayanan perpustakaan kepada pemakai. Dengan menerbitkan suatu bibliografi, pustakawan dapat menawarkan koleksinya kepada pemakai tanpa harus mengeluarkan seluruh koleksi yang dimilikinya, serta dapat menjangkau pengguna yang tinggal jauh dari perpustakaan.
Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai:
Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan
Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan
Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan
sebagainya.
30)      Penjelasan tentang penulisan catatan kaki:
·         FOOTNOTE (CATATAN KAKI)
Istilah Catatan Kaki (footnote)
Catatan kaki, atau dikenal dengan istilah footnote adalah keterangan tambahan yang
terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah garissepanjang dua puluh ketukan (dua puluh karakter)
1.Kegunaan Catatan Kaki (footnote)
1) Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks (catatan kakisumber atau reference footnote).
2) Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting, tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
3) Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan katakata: Lihat …,Bandingkan …, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam …, dan sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan kesan pamer.
Penggunaan ungkapan tersebut perlu secara konsisten dan benar.
Note:
Catatan kaki sebaiknya tidak melebihi sepertiga halaman. Sekiranya halaman tidak
memungkinkan, sebagian dari catatan kaki dapat diletakkan di halaman berikutnya.
·         TEKNIK PENULISAN FOOTNOTE
Ø UNTUK BUKU
Unsur yang diperlukan dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang,
2. Judul Buku yang ditulis dengan huruf italic,
3. Jilid,
4. Cetakan,
5. Tempat Penerbit,
6. Nama Penerbit,
7. Tahun diterbitkan, dan
8. Halaman (disingkat h. saja, baik untuk satu halaman maupun beberapa halaman)
dari mana referensi itu berasal.
Note: Data penerbitan, mulai dari cetakan, tempat penerbit, nama penerbit, dan tahun diterbitkan, diletakkan di dalam kurung.
Contohnya:
1Muhammad Ibn ‘Abdillah alZarkasyiy, alBurhân fî ‘Ulum alQur’an, Juz IV (Cet. I; Cairo: Dar Ihya’ alKutub alArabiyah, 1958 M/1377 H), h. 3435.

Ø UNTUK ARTIKEL DALAM SURAT KABAR DAN MAJALAH
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang/Penulis Artikel (kalau ada),
2. Judul Artikel (di antara tanda kutip),
3. Nama Surat Kabar (huruf italic),
4. Nomor Edisi, Tanggal, dan Halaman.
Note: Jika yang dikutip bukan artikel tetapi berita atau tajuk atau lainnya, maka yang dicantumkan adalah judul tajuk atau beritanya (di antara tanda kutip), diikuti dengan penjelasan apakah itu tajuk atau berita yang dituliskan di antara kurung siku [ ], diikuti nama surat kabar (huruf italic), nomor terbitan, tanggal, dan halaman.
Contohnya:
2Sayidiman Suryohadiprojo, “Tantangan Mengatasi Berbagai Kesenjangan”,Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6.
3”PWI Berlakukan Aturan Baru” [Berita], Republika, No. 346/II, 28 Desember 1994, h. 16.
4Bachrawi Sanusi, “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi,” Panji Masyarakat,No. 808, 110 Nopember 1994, h. 30.
Ø UNTUK BUKU YANG MEMUAT ARTIKELATIKEL DARI BERBAGAI PENGARANG
Bila mengutip buku yang seperti ini, maka perlu diperhatikan artikel yang dikutip, dan siapa
pengarangnya. Unsur yang perlu disebutkan adalah:
1. Nama Penulis Artikel,
2. Judul Artikelnya di antara tanda kutip,
3. Nama Editor Buku (kalau ada) atau Nama Pengarang Artikel Pertama, diikuti istilah etal. atau dkk. (karena tentu banyak orang yang menyumbangkan artikel),
4. Data Penerbitan, dan
5. Halaman.
Contohnya:
5M. Dawam Rahadjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan,”dalam Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim (eds.), Metodologi Penelitian Agama(Cet. II; Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), h. 24.
6Sahiron Syamsuddin, “Hamka’s Political Thougt as Expressed in His Tafsir Al Azhar,” dalam Sry Mulyati dkk., Islam & Development: A Politico Religious Response (Montreal, Canada: Permika, 1997), h. 244.
Ø UNTUK ARTIKEL ATAU ENTRI DAN ENSIKLOPEDIA
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Penulis Entri (jika ada),
2. Judul Entri di antara dua tanda kutip,
3. Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada),
4. Nama Ensiklopedia (huruf italic),
5. Jilid,
6. Data Penerbitan, dan
7. halaman.
Contohnya:
                                7Beatrice Edgel, “Conception”, dalam James Hastings (ed.), Encyclopedia of Religion and Ethics, jilid 3 (New York: Charles Schribner’s Son, 1979), h. 769.
Ø KUTIPAN DARI UNDANGUNDANG DAN PENERBITAN RESMI PEMERINTAH
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Instansi yang berwenang,
2. Judul Naskah (huruf italic).
Note:
Jika data dikutip dari sumber sekunder, maka unsur sumber tersebut dicantumkan dengan menambahkan unsurunsur nama buku (huruf italic), dan data penerbitan. Jika sumber sekunder tersebut mempunyai penyusun, maka nama penyusun ditempatkan sebelum nama buku dan nama penerbit dimasukkan sebagai data penerbit.
Contoh:
8Republik Indonesia, Undangundang Dasar 1945, Bab I, pasal 1.
9Republik Indonesia, “UndangUndang RI Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Perubahan atas UndangUndang No. 15 Tahun 1969,” dalam UndangUndangKeormasan (Parpol & Golkar) 1985 (Jakarta: Dharma Bhakti, t.th.), h. 4.
10Republik Indonesia, “UndangUndang RI Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,” dalam S.F.. Marbun, Peradilan Tata Usaha Negara(Yogyakarta: Liberty, 1988), h. 198.
Ø PENOMORAN
Catatan kaki diberi nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait. Penomoran dimulai pada setiap awal bab. Nomor diketik setengah spasi di awal catatan kaki dengan jarak tujuh ketukan dari margin kiri.
Contohnya:
11’Ali Rida, alMarja’ fi alLugat al‘Arabiyyah (Beirut: Dar alFikr, t.th.), h.254.
12Ibid., h. 300.
Ø PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
a. Bila catatan kaki lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya diketik di awal margin kiri.
b. Antara baris terakhir teks dengan nomor catatan kaki diberi garis sepanjang dua puluh ketukan sebagai pembatas. Antara baris terakhir teks dengan garis pembatas itu berjarak dua spasi, sedang jarak antara garis pembatas itu dengan teks catatan kaki berjarak dua spasi juga.
c.  Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki dengan baris pertama catatan kaki
berikutnya adalah dua spasi.
d. Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam karyanya.Tak ada “pembalikan” nama seperti dalam Daftar Pustaka.
e.  Pada catatan kaki harus disebutkan halaman buku yang dikutip dengan
menggunakan singkatan h. baik untuk satu halaman atau pun lebih. Contohnya:h. 5567; bukan hh. 5567.
f. Pemakaian hasil wawancara yang disebutkan dalam teks hendaknya dibatasi
karena sifatnya hanya sebagai pelengkap. Jika penelitian memerlukan
wawancara sebagai sumber data utama maka catatan kakinya ditulis dengan
menyebutkan nama orang yang diwawancarai dan jabatannya, yang didahului dengan kalimat: Hasil wawancara dengan, kemudian tanggal dan tempat wawancara. Untuk wawancara tidak menggunakan op. cit., loc. cit., dan ibid,sehingga keterangannya harus diulang terus.

Ø ISTILAH Ibid, op. cit. DAN loc. cit.
Istilah Ibid. (singkatan dari ibidem) digunakan untuk menunjuk sumber yang sama, yang baru saja disebut tanpa ada yang mengantarai keduanya (sama halaman atau tidak). Jika halaman yang dikutip sama, maka nomor halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid. terletak di awal catatan kaki, huruf awalnya ditulis dengan huruf capital (Ibid), sedang bila terletak di tengah kalimat, misalnya sesudah katakata “Disadur dari” maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid).
Istilah op. cit. (singkatan dari opera citato, dan singkatan harus diberi spasi diantaranya, op. cit., bukan op.cit.) menunjuk kepada sumber yang sama telah disebut terdahulu tetapi di antarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya. Istilah ini (op. cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama pengarang. Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc.cit. (singkatan dari loco citato).
Contohnya:
14Muhammad Ali alSabuniy, alTibyan fi ‘Ulum alQur’an (Cet. I; Beirut:‘Alam alKutub, 1985), h. 22.
15Ronny Hanitijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I; Jakarta:Ghalia Indonesia, 1983), h. 35.
16Ibid., h. 40.
17 Muhammad Ali alSabuny, op. cit., h. 30.
18Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.
Ø UNTUK DUA KARYA ATAU LEBIH DARI SEORANG PENULIS
Sering terjadi dua karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan dalam sebuah bab,dicantumkan sandi untuk masingmasing karya tersebut, tanpa perlu menggunakan singkatan op. cit. atau loc. cit. Sandi diambil dari kata yang terdapat dalam judul karya.
Contohnya:
19Muhammad Ali alSabuniy, Rawa’i alBayan fi Tafsir alAhkam min alQur’an, Jilid I (t.t.: Dar alFikr, t.th.), h. 57.
20Ronny Ngatijo Sumitro, loc. cit.
21Muhammad Ali alSabuniy, Rawa’i, h. 54.
Dalam catatan kaki no. 21 di atas, kata Rawa’i adalah sandi untuk membedakan referensi dari buku alSabuniy lainnya yang juga digunakan dalam penulisan skripsi/tesis/disertasi, yaitu alTibyan, yang sebutkan dalam catatan kaki no. 14.
Ø MENGUTIP DARI BUKU YANG DITERJEMAHKAN
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang Asli,
2. Judul (huruf italic, kalau diketahui), diikuti dengan kalimat: diterjemahkan oleh,diikuti nama penerjemah,
3. judul buku terjemahan (huruf italic),
4. data penerbitan, dan
5. halaman.
Note: Bila judul asli tidak disebutkan, maka judul terjemahan saja yang dicantumkan.
Contohnya:
22Wahbah alZuhayliy, alQur’an alKarim, Bunyatuh alTasyri’iyyah wa
Khasa’isuh alHadariyyah, diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri dengan judul alQur’an: Paradigma Hukum dan
Peradaban (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 141. dalam contoh di atas, judul aslinya tidak diketahui, maka kalimat teks footnote ini adalah sebagai berikut:
22Wahbah alZuhayliy, AlQur’an: Paradigma Hukum dan Peradaban,
diterjemahkan oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri
(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 141.

·         PENULISAN REFERENSI DENGAN ENDNOTE

Endnote adalah catatan akhir, yakni referensi yang diletakkan di akhir suatu karya ilmiah,sebelum Daftar Pustaka.Dalam program komputer, cara pembuatan endnote persis sama dengan footnote, hanya letaknya saja yang harus diset di akhir karya ilmiah. Ketentuanketentuan yang berlaku untuk footnote, juga berlaku untuk endnote, termasuk ketentuan untuk Daftar Pustaka. Parenthetical Reference parenthetic(al) ks. 1 yang disisipkan. 2 dalam tanda kurung. parentthetically kk. dengan sisipan, sambil lalu.Referensi seperti ini hanya berfungsi untuk menunjukkan referensi suatu pernyataan, baik itu saduran atau kutipan langsung. Parenthetical reference diletakkan di dalam teks, diapit oleh kurung. Informasi yang perlu disebutkan adalah nama akhir pengarang yang langsung diikuti tahun terbitnya buku referensi, diikuti oleh koma, kemudian diikuti oleh nomor halaman.
Contohnya:
… Ini berarti bahwa kita harus mencari kenyataan pemikiran Islam yang dapat
dikatakan mewakili Indonesia, namun pada waktu yang sama juga mempunyai
kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam secara umum (Madjid 1995, 23).

31)      Penjelasan tentang kalimat berobjek:
Ciri-ciri kalimat berobjek:
*      Predikatnya berupa kata kerja transitif.
*      Objeknya berupa kata benda.
*      Objeknya terletak di belakang predikat kata kerja transitif.
*      Kalimat aktif dapat diubah ke dalam bentuk pasif.
*      Objek pada kalimat aktif menduduki jabatan subjek dalam kalimat pasif.
*      Objeknya dapat diganti –nya.
Dalam bahasa Indonesia dikenal lima (5) sebutan fungsi kalimat, yakni Subjek (S), Predikat (P), Objek (O) Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). kelima fungsi tersebut kedudukannya antara lain dapat dilihat dalam contoh kalimat berikut.
1. Ayah Kresna menulis buku pelajaran.
           S               P               O
2. Kaosnya bergambarkan burung merpati.
        S                 P                     Pel
3. Kakak membelikan Anto buku pelajaran.
     S             P           O          Pel
Jika diperhatikan dalam kalimat di atas, fungsi objek (O) dan pelengkap (Pel) selalu di belakang predikat (P). Atas dasar itu, antara keduanya sering dipersamakan. Padahal di antara keduanya terdapat karakteristik yang berbeda. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat pada table berikut.
No.
Objek
Pelengkap
1.
Katagori katanya berupa nomina atau benda.
Kresna membaca buku.
Selain nomina, pelengkap bisa diisi olehajektif
Adik bermain bola.
Bajunya berwarna hijau.