FAKTA KEMANUSIAAN CERPEN JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN KELAMINMU)
KARYA DJENAR MAESA AYU (TINJAUAN STRUKTURALISME
GENETIK)
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan mata kuliah sosiologi
sastra
Oleh
Siti Lailatus Saadah
NIM 100210402110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosiologi
adalah pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku dan perkembangan
masyarakat. Sosiologi sendiri berasal dari kata Latin socius
yang berarti “kawan atau masyarakat” dan kata Yunani logos yang berarti “ilmu”. Jadi sosiologi adalah ilmu mengenai
masyarakat. Secara harfiah sosiologi berarti ilmu tentang cara bergaul yang
baik dalam masyarakat(dalam Ekarini, 2003:2).
Menurut Ian Watt, sosiologi sastra sendiri merupakan tampilan dari keadaan
masyarakat dan fakta-fakta sosial dalam karyanya. Sosiologi sastra memandang
karya sastra berhubungan dengan masyarakat. Seperti dikatakan oleh Baribin,
bahwa cara kerja pendekatan sosiologi dipandu oleh hubungan karya sastra dengan
kelompok sosial, hubungan selera masyarakat dengan kualitas karya sastra, serta
hubungan gejala yang timbul di sekitar pengarang dengan karyanya (dalam Ekarini, 2003:11). Perspektif sosiologi
sastra disini, dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu (1) memandang sastra sebagai dokumen
sosial, (2) memandang situasi sosial pengarang, (3) memandang cara yang dipakai
pengarang dalam membuat karyanya berkaitan dengan kondisi sosial budaya dan
peristiwa sejarah.
Adapun hubungan antara sosiologi dan sastra yang dikemukakan oleh Damono (1978:6), bahwa “sosiologi adalah telaah
objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga
dan proses sosial”. Selanjutnya, Damono (1978:7) juga mengungkapkan bahwa “sosiologi mencari
tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana
ia tetap ada”.
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan tentang sosiologi sastra di
atas, sangatlah penting diteliti karya sastra seperti
cerpen. Cerita
pendek adalah salah satu genre sastra di samping puisi dan novel. Cerita pendek
(cerpen) juga merupakan jenis karya sastra yang dapat memberikan manfaat kepada
pembacanya, diantaranya dapat memberikan pelajaran atau norma-norma tentang
kehidupan. Oleh sebab itu, penelitian terhadap karya sastra penting dilakukan
untuk mengetahui relevansi karya sastra dengan kenyataan yang ada dalam
masyarakat.
Dipilihnya
cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu bukan tanpa pertimbangan atau
alasan sebab cerpen ini memiliki keistimewaan (bagi penulis) dibandingkan
dengan cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain. Keistimewaannya
terletak pada fakta kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. Hal lain yang
mendukung penulis tertarik adalah pengungkapan
bahasanya yang berani (dalam mengangkat ketabuan), akan tetapi dikemas dalam
bentuk yang unik. Oleh sebab itu, penulis memilih
cerpen tersebut untuk dikaji lebih dalam mengenai fakta kemanusiaan yang terkandung di dalamnya.
Titik pandang yang diambil dalam mengkaji
sosiologi
sastra terhadap cerpen
Jangan main-main(dengan kelaminmu) ini adalah fakta kemanusiaan yang terkandung di dalamnya. Fakta kemanusiaan disini
dapat dilihat dari penggunaan bahasanya yang khas, sehingga dalam mengkaji sosiologi cerpen
tersebut, bisa lebih gampang dalam
memahami dan menemukan maksud yang terkandung didalamnya. Selain itu,
pendekatan yang digunakan dalam melakukan sosiologi terhadap cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) adalah pendekatan strukturalisme genetik. Pendekatan strukturalisme genetik sendiri
adalah pendekatan terhadap karya sastra
yang mencari struktur dari asal-usulnya (genetik) di dalam proses sejarah suatu
masyarakat (Lucien Goldman dalam Ekarini, 2003:76).
Oleh karena itu, pendekatan ini sesuai dengan kekhasan yang terdapat dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) dan mempermudah penulis dalam memahami cerpen tersebut serta membantu dalam
menemukan fakta kemanusiaan yang terdapat didalamnya lewat bahasa-bahasa yang
digunakan.
Membaca suatu
cerpen merupakan suatu cara untuk memahaminya. Lalu mencari makna dari
kata-kata atau dialog-dialog yag terdapat dalam cerpen. Metode ini lebih
mengarah kepada titik pandang dan pendekatan yang di angkat. Jadi, menerapkan
metode ini dengan dimulai dari membaca
secara keseluruhan. Lalu mulai mengidentifikasikan makna dari dialog-dialog
atau kata-kata yang terdapat dalam cerpen. Dengan demikian, barulah dapat
ditentukan fakta kemanusiaan yang
terkandung di dalam cerpen tersebut.
Berangkat dari permasalahan yang sudah diuraikan di
atas, penulis mencoba mengkaji fakta
kemanusiaan, dengan dikaitkan dengan pengungkapan bahasa yang digunakannya.
Dengan harapan, hasil pengkajian ini dapat memberikan gambaran tentang fakta kemanusiaan yang
bisa dijadikan pelajaran dalam kehidupan nyata.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
penulis mencoba mengidentifikasi masalah. Identifikasi masalahnya sebagai
berikut:
1. Bagaimana unsur intrinsik cerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu?
2. Bagaimanakah fakta kemanusiaan yang
terkandung dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu)?
1.3 Tujuan
Tujuan di buat makalah ini adalah sebagai salah satu tugas ujian semester
mata kuliah sosiologi sastra. Mahasiswa
dapat mengetahui kajian sosiologi cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) dengan
menggunakan pendekatan strukturalisme genetik dan mahasiswa juga dapat mengetahui
fakta kemanusiaan yang
terkandung dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) .
1.4 Landasan
Teori
Konsep
sosiologi sastra yang dikemukakan Wellek dan Warren (dalam Ekarini, 2003:12) melibatkan sosiologi pengarang, sosiologi
karya dan sosiologi pembaca. Makalah ini menitik beratkan kepada sosiologi karya sastra. Sosiologi karya
sastra maksudnya adalah isi karya sastra, tujuan serta hal-hal lain yang
tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan
masalah-masalah sosial. Sosiologi karya mencakup beberapa pendekatan, pertama,
pendekatan yang mempelajari sastra sebagai dokumen sosial, sebagai potret
kenyataan sosial. Kedua, dokumen sosial sastra dipakai untuk menguraikan
ikhtisar sejarah sosial. Ketiga, penelusuran tipe-tipe sosial. Keempat,
perlunya pendekatan linguistik. Sebelum
melakukan pengkajian sosiologi sastra, sebelumnya dilakukan pengkajian
strukturalisme terlebih dahulu. Strukturalisme mengkaji unsur-unsur pembentuk
karya sastra. Unsur-unsur intrinsik novel menurut Lucien Goldmann adalah:
1)
Akar cerita atau gagasan utama yang sekaligus memaknai keseluruhan isi cerita;
disebut juga tema.
2) Plot; alur cerita, alur yang mengembang
menjadi cerita.
3) Garis edar, yaitu alur kecil yang
fungsinya mempertemukan para tokoh.
4)
Latar adalah tempat di mana tokoh melaksanakan tugasnya dalam rangka
keseluruhan cerita. Latar dibagi dua, yaitu secara geografis dan secara
antropologis. Secara geografis berarti tempat secara materi seperti di rumah,
di kantor, dan sebagainya. Latar antropologis berarti lingkungan sosial budaya,
moral etika, budaya tradisi, pemikiran, dan lain-lain.
5) Penokohan, yaitu tokoh-tokoh ciptaan
yang merupakan pelaksana cerita. Tokoh dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama
dan tokoh pendukung. Menurut karakternya, tokoh berkarakter baik disebut
protagonis, tokoh berkarakter sebaliknya disebut antagonis.
6) Sudut pandang yang digunakan penulis.
7) Atmosfer, yaitu situasi tokoh seperti
suasana hati, pikiran, atau juga keadaan sekitarnya.
Setelah
itu, barulah penulis mulai mengkaji fakta kemanusiaan lewat pendekatan
strukturalisme genetiknya. Fakta kemanusiaan disini adalah segala aktivitas
atau perilaku manusia baik yang verbal maupun fisik. Disini penulis hanya
mengambil fakta sosialnya.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1.1 Sinopsis Novel
Dalam novel ini pembaca disuguhkan cerita tentang konflik batin antara
suami dan istri yang sudah bosan menjalani kehidupan rumah tangganya karena
istri sudah berubah tidak sesegar dulu lagi, sehingga suami merasa jenuh dalam
keadaan tersebut, akhirnya suami pun berselingkuh dengan perempuan lain.
Padahal Istri sudah berupaya untuk tetap merawat kebugarannya dengan melakukan
senam dan fitness. Pada akhir cerita ini suami ditinggalkan oleh
Istri dan Selingkuhannya.
“sudah saatnya saya bertindak tegas. Tidak seperti
dirinya yang hanya dapat bergumam, saya akan menentukan dan memilih kebahagiaan
saya sendiri (hal.12)
“sudah saatnya saya bertindak tegas.
Saya berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri (hal.12) “Saya hanya main-main, Ma… saya cinta kamu. Beri kesempatan saya
untuk memperbaiki kesalahan saya.”
“Saya sering katakana, jangan main api nanti
terbakar.”
“Saya tidak main-main. I’m leaving you…”
“Saya tidak main-main. I’m leaving you…”
Ini tidak main-main!
Jakarta,
8 Desember 2002, 8:52:47
2.1.2 Unsur Instrinsik
Dalam cerpen yang berjudul Jangan Main-Main (Dengan
Kelaminmu). pengarang menyuguhkan satu cerita tentang perselingkuhan suami.
Itu memang hal yang biasa, namun pengarang menyajikan dengan sangat unik melaui
berbagai macam sudut pandang. Sehingga pembaca bisa menjadi seseorang yang
berbeda didalam satu cerita dan merasakan apa yang para tokoh yang semuanya
dijadikan sudut pandang pengarang. Perselingkuhan memang hal yang sangat
menyakitkan, namun setelah membaca cerpen tersebut, kita tahu alasan mengapa
adanya perselingkuhan. Entah itu karena “penyakit” yang sudah menjadi kebiasaan
atau pun karena sang istri tidak bisa menjaga penampilannya agar suami merasa
nyaman.
Awalnya memang urusan kelamin,
ketika pada suatu hari ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging,
sebangkol lemak, gulungan kerut merut hingga suara kaleng rombeng. Saya sudah
terbiasa mendengar keluhan suami-suami tentang istri-istri mereka. Saya juga
tahu, mereka senang, sayang sampai cinta pada saya, awal mulanya pasti urusan
fisik, urusan mata, urusan syahwat, mana mungkin bertemu langsung sayang, pasti
senang dulu, dan senang itu bukan urusan perasaan tapi pemandangan
bukan? Sebenarnya, saya tidak terlalu nyaman mendengar keluhanya itu. Saya toh
sorang perempuan yang suatu saat akan menjadi istri, yang berlemak,
berkerut-merut dan cerewet seperti kaleng rombeng, yang suatu saat nanti
mungkin akan dicampakan dan dilupakan
seperti istrinya sekarang. Tapi sekarang ya sekarang,
nanti ya nanti. Saya cantik, ia mapan. Saya butuh uang, ia butuh kesenangan.
Serasi, bukan? Namun begitu, saya sering menasehatinya supaya tidak teralalu kejam
begitu pada istri. Sekali-sekali, tak ada salahnya member istri sentuhan dan
kepuasan. Bukannya sok pahlawan. Bukannya saya sok bermoral. Bukannya saya
membela perempuan. Tapi saya memang tak ada beban. Target saya hanya kawin
urat, bukan kawin surat. Tapi ia kerap menjawab, “kalau saya saja jengah
bertemu, apalagi kelamin saya?” (Hal:6)
1. Tokoh- tokoh yang terdapat pada novel ini,yaitu:
a)
Suami (diceritakan pada paragraf
pertama)
b)
Sahabat suami (diceritakan
pada setiap paragraf kedua)
c)
Pacar sang suami /selingkuhan
(diceritakan pada setiap paragraf ketiga)
d) Istri (diceritakan pada paragraf keempat)
2. Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur maju.
3. Latar :
a. Latar tempat
·
Tempat tidur. Latar tempat ini
diceritakan pada awal cerita. Hal tersebut terlihat dari pernyataan dibawah
ini:
” Ketika pada suatu hari saya
terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging tak segar
dipenuhi gajih yang tak akan mudah hilang “. (hal. 3).
·
Dijalan, dikantor, dirumah Seperti
pada kutipan di bawah ini:
” Sebentar
kemudian saya akan terjebak kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan, dan
karyawan yang tak berhenti minta tanda tangan, rutinitas yang membosankan.
Anehnya, sejak hari itu, saya lebih memilih lekas-lekas berada ditengah-tengah
kemacetan dan segudang rutinitas yang membosankan itu ketimbang lebih lama di
rumah”. (hal.5).
b. Latar Suasana
·
Kecewa
“Ketika pada suatu hari saya terbangun dan
terperanjat di sisi seonggok daging tak segar dipenuhi gajih yang tak akan
mudah hilang dengan latihan senam maupun fitness(hal.3)
·
Sedih
”Mungkin
saya sudah terlalu merendahkan diri saya sendiri dengan
membiarkannya menginjak-injak harga diri saya selama pernikahan
kami.” (hal.12)
·
Senang
“Saya
butuh uang, ia butuh kesenangan. Serasi, bukan.” (hal. 6).
·
Gelisah
“Saya heran.
kehamilan saya sepertinya tidak juga membuatnya bahagia” (hal.12)
4.
Sudut pandang:
a)
Sudut pandang dalam novel ini
terdiri dari empat orang dengan sudut pandangnya masing-masing( Suami,Sahabat
suami , Wanita simpanan dan Istri).
b)
Sudut pandang orang pertama, ( Suami
dan istri)
c)
Sudut pandang orang ketiga,
(Sahabat suami dan Pacar sang suami /selingkuhan)
5.
Tema
Djenar menyajikan sebuah dunia yang dipenuhi karakter manusia yang terluka,
oleh norma masyarakat, dan pengkhianatan.
6.
Amanat yang terkandung adalah
a)
Hati-hatilah dalam bermain dengan
kelamin! kalau tidak ingin mengatakan jangan main-main dengan kelamin! suatu pelajaran hidup bahwa jika
kita mencintai seseorang jangan melihat dari fisik, karena keindahan fisik akan
berubah.
b)
Sebagai seorang istri haruslah
pintar-pintar merawat diri agar suami betah dirumah dan tidak
selingkuh
2.2 Fakta Kemanusiaan yang Terdapat Dalam
Cerpen Jangan Main-Main (Dengan
Kelaminmu)
Fakta
kemanusiaan dalam tinjauan makalah ini adalah fakta sosial yang terkandung di dalam cerpen,
yang mana hal ini diharapkan dapat memberikan pencerahan baru untuk proses
sejarah dalam masyarakat. Tinjauan fakta sosial disini, dilihat dari sosiologi
karyanya.
Fakta sosial sendiri bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion). Fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan
manusia. Tindakan individu merupakan hasil proses pendefinisian reslitas
sosial, serta bagaimana orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasari
adalah bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia
sosialnya sendiri.
Fakta sosial
inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi.
Fakta social dinyatakan oleh Emile Durkheim sebagai barang sesuatu (Thing) yang
berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu
pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni
(spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar
pemikiran manusia. Fakta sosial ini menurut Durkheim terdiri atas dua macam :
1.
Dalam bentuk material : Yaitu
barang sesuatu yang dapat disimak, ditangkap, dan diobservasi. Fakta sosial
inilah yang merupakan bagian dari dunia nyata contohnya arsitektur dan norma
hukum.
2. Dalam
bentuk non-material : Yaitu sesuatu yang ditangkap nyata ( eksternal ). Fakta
ini bersifat inter subjective yang hanya muncul dari dalam kesadaran manusia,
sebagai contoh egoisme,opini,dll.
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut
Pokok persoalan yang harus menjadi pusat perhatian penyelidikan sosiologi menurut
paradigma ini adalah
fakta-fakta sosial. Secara garis besar fakta sosial terdiri atas dua tipe,
masing-masing adalah struktur sosial dan pranata sosial. Secara lebih
terperinci fakta sosial itu terdiri atas : kelompok, kesatuan masyarakat
tertentu, system sosial, peranan, nilai-nilai, keluarga, pemerintahan dan
sebagainya. Menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta social:
1.
Nilai-nilai
umum ( common values )
2.
Norma yang
terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.
Jadi, fakta
sosial yang terapat dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu, yaitu:
1.
Nilai-nilai
umum ( common values )
a.
Nilai Sosial merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat, dan nilai social berhubungan dengan cara
seseorang berintrinsik dan bersosialisasi, seperti yang ada dalam kutipan di
bawah ini:” Peselingkuhan di masyarakat umum merupakan hal yang sangat
sensitive dan merupakan norma sosial yang dilarang.
Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali
pun terlintas di kepala kami tentang pernikahan. Tapi jika saya katakan
hubungan kami itu hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan
tegas saya akan menolak. saya sangat tahu aturan main. Bagi wanita secantik
saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga
main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam
lima tahun?
...
Awalnya memang urusan kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun dan
terperanjat di sisi seonggok daging yang tak lagi segar. Ah... saya tak sampai
hati menyampaikan apa yang diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan
seorang istri dengan seonggok daging, apalagi daging yang tak segar. Bahkan ia
mengatakan senam kebugaran tak akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak.
Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan, katanya. Setelah itu pun harus
pandai-pandai merawatnya. Dan kerut-merut yang menggelayut di wajah istrinya,
hanya dapat diselamatkan dengan cara bedah plastik. Akupunktur hanyalah sia-sia
belaka. Sebenarnya kalimat sia-sia belaka pun sudah saya perhalus. Yang ia
katakan adalah, diperlukan berjuta-juta jarum untuk mengembalikan kulit
istrinya ke kenyalan semula. Lebih gilanya lagi, ia menanyakan apakah ada
teknologi yang dapat mengubah pita suara manusia. Suara istrinya bagai kaleng
rombeng, bagai robot. Ia lebih memilih terjebak kemacetan, bertemu klien yang
menyebalkan, ketimbang berlama-lama di rumah. Dan dengan santai dengan muatan gurau
ia berkata,“Kalau saya saja sudah jengah bertemu, apalagi kelamin saya?”
...
Saya heran. Ternyata saya hamil. Padahal jarang sekali
ia menyentuh saya. Benar-benar hanya sekali dalam tiga bulan, bahkan tidak
jarang sampai lima bulan. Itu pun dengan lampu yang dipadamkan dan matanya pun
selalu terpejam. Seolah-olah ia sedang tidak bersama saya. Ia sedang berada di
dunia lain dan tidak mau berbagi dengan saya. Tapi saya hamil. Saya akan
memberikannya seorang anak. Mungkin perkawinan kami bisa terselamatkan dengan
kelahiran anak kami kelak. Ah... saya tidak bisa bayangkan, apa yang akan
terjadi setelah saya melahirkan?
b.
Nilai Agama
Perselingkuhan menurut Islam
merupakan perbuatan yang sangat tercela berikut dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Quran:
“Dan janganlah kamu mendekati
zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah) dan
suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32).
Allah S.W.T berfirman, “Perempuan yang jahat untuk
lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan
yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang
baik.” (an-Nur':26).
Dalam cerpen tersebut bisa dilihat dari cuplikan
berikut:
“Saya hanya main-main, Ma... saya cinta kamu.
Beri kesempatan
saya untuk memperbaiki kesalahan saya.”
“Saya sering katakan, jangan main api nanti terbakar.”
“Saya tidak main-main. I'm leaving you...”
“Saya tidak main-main. I'm leaving you...”
Ini tidak
main-main!
2.
Norma
yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.
Melihat nilai-nilai umum diatas, norma yang
terwujuf dalam kebudayaan jika berangkat dari cerpen tersebut adalah adanya suatu cerminan dalam sebuah
keluarga bahwa perselingkuhan itu dilarang karena akan merugikan banyak pihak,
terutama istri dan anaknya. Hal ini amat terasa kental sekali dalam lingkungan
Indonesia, dimana dilarang adanya perselingkuhan. Akan tetapi, penyikapan
terhadap perselingkuhan ini, berbeda jauh sekali jika dilihat dalam kultur
masyarakat Suku Mosuo di Cina. Suku ini menjadi suku
paling memuja kaum wanita di Negri China, wanita di suku ini
lebih di hargai dibandingkan pria dan uniknya wanita di suku ini boleh bergonta ganti pasangan seks pria dengan bebas bahkan sampai
hamil tidak ada pernikahan di Suku Mosuo. Melihat hal tersebut, terlihat jelas bahwa
penyikapan dalam kebudayaan terhadap suatu kadar norma atau penetapan norma itu
berbeda-beda. Hal lain yang mendorong wujud dari pelarangan keras terhadap
perselingkuhan dalam judul cerpen tersebut Jangan
main-main(dengan kelaminmu adalah sebagai berikut:
“Saya hanya main-main, Ma... saya cinta kamu.
Beri kesempatan
saya untuk memperbaiki kesalahan saya.”
“Saya sering katakan, jangan main api nanti terbakar.”
“Saya tidak main-main. I'm leaving you...”
“Saya tidak main-main. I'm leaving you...”
Ini tidak
main-main!
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Unsur intrinsik cerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu :
a)
Tokoh- tokoh yang terdapat pada
novel ini,yaitu: 1)Suami, 2) Sahabat suami), 3) Pacar sang suami /selingkuhan, 4) Istri.
b)
Alur yang digunakan dalam novel ini
adalah alur maju.
c)
Latar :
Latar tempat:Tempat tidur, di jalan, di kantor, di rumah
Latar Suasana:kecewa, sedih, senang, gelisah
d) Sudut pandang: sudut
pandang orang pertama, ( Suami dan istri), sudut pandang orang ketiga, (Sahabat suami dan Pacar sang
suami /selingkuhan)
e)
Tema: Djenar menyajikan sebuah dunia yang dipenuhi karakter manusia yang terluka,
oleh norma masyarakat, dan pengkhianatan.
f)
Amanat yang terkandung adalah
Hati-hatilah dalam bermain dengan kelamin, kalau tidak ingin mengatakan jangan
main-main dengan kelamin, suatu
pelajaran hidup bahwa jika kita mencintai seseorang jangan melihat dari fisik,
karena keindahan fisik akan berubah.
2. Fakta Kemanusiaan yang Terdapat Dalam Cerpen Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)
Fakta
kemanusiaan dalam tinjauan makalah ini adalah
fakta sosial yang terkandung di dalam cerpen, menurut Peter Blau ada dua tipe dasar dari fakta
social:
(1)
Nilai-nilai
umum ( common values )
Nilai Sosial merupakan hal-hal yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat, dan nilai social berhubungan dengan cara
seseorang berintrinsik dan bersosialisasi, seperti yang ada dalam kutipan di
bawah ini:” Peselingkuhan di masyarakat umum merupakan hal yang sangat
sensitive dan merupakan norma sosial yang dilarang.
(2)
Nilai Agama
Perselingkuhan menurut Islam
merupakan perbuatan yang sangat tercela.
3.
Norma
yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam subkultur.
Melihat nilai-nilai umum diatas, norma yang
terwujuf dalam kebudayaan jika berangkat dari cerpen tersebut adalah adanya suatu cerminan dalam sebuah
keluarga bahwa perselingkuhan itu dilarang karena akan merugikan banyak pihak,
terutama istri dan anaknya. Hal ini amat terasa kental sekali dalam lingkungan
Indonesia, dimana dilarang adanya perselingkuhan. Akan tetapi, penyikapan
terhadap perselingkuhan ini, berbeda jauh sekali jika dilihat dalam kultur
masyarakat Suku Mosuo di Cina. Suku ini menjadi suku paling memuja kaum wanita di Negri
China, wanita di suku ini lebih di hargai dibandingkan pria dan uniknya wanita di suku ini boleh
bergonta ganti pasangan
seks pria dengan bebas bahkan sampai hamil tidak ada pernikahan di Suku Mosuo. Melihat
hal tersebut, terlihat jelas bahwa penyikapan dalam kebudayaan terhadap suatu
kadar norma atau penetapan norma itu berbeda-beda. Hal lain yang
mendorong wujud dari pelarangan keras terhadap perselingkuhan, tercermin
dalam judul cerpen tersebut Jangan main-main(dengan kelaminmu yang mengisyaratka untuk tidak melakukan hal yang main-main, apalagi sampai
merugikan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Damono,Sapardji Djoko. 1979. Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa.
Kinayati
Djojosuroto, Teori Sastra: Diktat Perkuliahan Kesastraan. (FBS/PPS UNJ,
2010), pp. 23-24.
Saraswati,Ekarini. 2003. Sosiologi
Sastra. Malang: Bayu Media.
Che. 2009. Sosiologi
Perspektif Fakta Sosial. http://de-kill.blogspot.com/2009/05/sosiologi-perspektif-fakta-sosial.html. [ 12 September 2012]
Download Ebook Freeware. 2012. http://download-ebook-freeware.blogspot.com/2012/01/e-book-jangan-main-main-dengan.html. 12 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar