KEREALISTISAN
PIKIRAN DJENAR MAESA AYU
DALAM
CERPEN JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN
KELAMINMU)
Siti
Lailatus Saadah
NIM
100210401110
Istilah
”kritik” (sastra) berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri berasal dari krinein ”menghakimi”; kriterion yang berarti ”dasar
penghakiman” dan kritikos berarti
”hakim kasustraan” (Baribin, 1993:1, dikutip dari
www.detektif-pujangga.blogspot.com). Kritik sastra, juga dapat diartikan
sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan
analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni
(Sudiman, 1993:2, dikutip dari www.detektif-pujangga.blogspot.com). Abrams
dalam Pengkajian sastra (2005:57, dikutip dari
www.detektif-pujangga.blogspot.com), mendeskripsikan bahwa kritik sastra
merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan,
dan penilaian karya sastra. Jadi, pada dasarnya kritik sastra merupakan
kegiatan atau perbuatan mencari serta menentukan nilai hakiki karya sastra
lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan kritikus dalam bentuk
tertulis.
Kritik
sastra merupakan salah satu cabang studi
sastra yang penting dalam kaitannya dengan ilmu sastra dan penciptaan sastra.
Dalam bidang keilmuan sastra, kritik sastra tidak terpisah dengan cabang studi
yang lain, yaitu teori sastra dan sejarah sastra (Wellek dan Warren dalam
Pradopo, 2002:3). Dalam bidang penciptaan sastra, kritik sastra merupakan
cabang studi sastra yang berhubungan
langsung dengan karya sastra yang
konkret itu (Wellek dalam Pradopo, 2002:3) dan mempunyai peranan penting dalam
pengembangan sastra (Pradopo,2002:3).
Berdasarkan
hal itu, sangatlah penting diteliti karya sastra seperti cerpen. Cerita pendek
(cerpen) sendiri adalah salah satu genre sastra di samping puisi dan novel. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997:186-187), Cerita Pendek adalah
karya sastra yang berupa kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang
memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam
satu situasi (pada suatu ketika).
Berdasarkan pengertian di atas, cerita pendek mengisahkan kehidupan sang tokoh yang berada dalam satu peristiwa atau satu kejadian. Tokoh yang dikisahkan dapat berupa tokoh imajinatif atau tokoh nyata yang dekat dengan kehidupan pengarangnya.Cerita pendek (cerpen) juga merupakan jenis karya sastra yang dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, diantaranya dapat memberikan pelajaran atau norma-norma tentang kehidupan.
Berdasarkan pengertian di atas, cerita pendek mengisahkan kehidupan sang tokoh yang berada dalam satu peristiwa atau satu kejadian. Tokoh yang dikisahkan dapat berupa tokoh imajinatif atau tokoh nyata yang dekat dengan kehidupan pengarangnya.Cerita pendek (cerpen) juga merupakan jenis karya sastra yang dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, diantaranya dapat memberikan pelajaran atau norma-norma tentang kehidupan.
Dipilihnya
cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu bukan tanpa pertimbangan atau
alasan, sebab cerpen ini memiliki keistimewaan
dibandingkan dengan cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain.
Keistimewaannya terletak pada nilai-nilai yang terkandung di dalam pengungkapan
ceritanya yang sarkas. Hal ini pula yang menjadi titik tolak dalam mengkritik karya Djenar.
Titik
pandang yang diambil dalam melakukan
kritik terhadap cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) ini adalah kerealistisan terhadap norma atau
nilai-nilainya yang khas. Norma atau nilai yang khas di sini dapat dilihat dari
pengungkapan atau pengisahan ceritanya yang tercermin dari bahasa yang
digunakan. Berikut contoh penggalan ceritanya:
Awalnya memang
urusan kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok
daging yang tak lagi segar. Ah... saya tak sampai hati menyampaikan apa yang
diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan seorang istri dengan seonggok
daging, apalagi daging yang tak segar. Bahkan ia mengatakan senam kebugaran tak
akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak. Hanya sedot lemak yang dapat
menyelamatkan, katanya....
Selain itu, pendekatan yang digunakan dalam
melakukan kritik terhadap cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) adalah pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik sendiri adalah pendekatan yang bertolak dari
pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata (dikutip dari www.pawoninspirasi.blogspot.com).
Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap
realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa
apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau
potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Sedangkan menurut Plato, dasar pertimbangan
pendekatan mimetik adalah dunia pengalarnan, yaitu karya sastra itu sendiri tidak bisa mewakili
kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan (dikutip dari http://id.scribd.com). Oleh
karena itu, pendekatan ini sesuai dengan kekhasan yang dapat mempermudah dalam mengkritik.
Djenar sendiri sebagai seorang pengarang dalam cerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu), cenderung mengangkat kehidupan
sekitar dan apa yang dipikirkannya. Selain itu, ia juga termasuk penulis yang
suka menawarkan tema-tema penuh pendobrakan, seperti seputar isu-isu atau
pelecehan seksual seperti yang terdapat dalam cerpen Jangan main-main(dengan
kelaminmu) . Bahkan dalam kehidupan
sehari-hari, kekakuan masyarakat dalam memandang sesuatu hal yang menyuguhkan tentang seksualitas tersebut masih dianggap hal tabu. Dampaknya, timbul spesifikasi tabu
yang bersifat negatif dan pandangan umum (sesuai dengan norma dan nilai-nilai
yang ada dalam masyarakat) yang bersifat positif. Akibatnya, timbul
ketertutupan suatu nilai positif dari ketabuan dalam realisme kehidupan. Salah
satu contohnya adalah ketabuan dalam penggunaan bahasa yang berbau seksualitas seperti dalam cerpen
Djenar Maesa Ayu, dimana hal ini akan di anggap tabu oleh kebanyakan
masyarakat. Kerealisan analog informasi
dalam karya Djenar Maesa Ayu yang dianggap
tabu tersebut, dilakukan lewat aspek nilai-nilai yang terdapat dalam tatanan
bahasa yang disuguhkan. Oleh karena itu, benarkah hal tabu tidak bersifat
positif dan tidak ada norma realistis dalam kehidupan di masyarakat? Berikut ini
akan dibuktikan melalui pembahasan topik: Kerealistisan sebagai unsur penting,
dan bentuk-bentuk kerealistisan pikiran Djenar Maesa Ayu dalam cerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu).
KEREALISTISAN
SEBAGAI UNSUR PENTING
Perkembangan
terhadap pandangan tabu tentang sesuatu yang bersifat vulgar sudah menjadi
budaya dalam masyarakat. Hal ini memberikan ruang sempit terhadap cara pandang
positif terhadap sesuatu, terutama hal yang dianggap tabu. Akan tetapi,
sebenarnya sesuatu hal yang ada dalam dunia ini selalu memilki sisi positif dan
sisi negatif, hanya yang membedakan adalah kadarnya. Untuk menyikapi hal-hal
tersebut diperlukan cara pandang atau cara berfikir yang realistis.
Realistis
menurut KBBI adalah bersifat nyata atau wajar. Dengan kata lain, realistis
adalah menyesuaikan dengan keadaan dan
kemampuan (keahlian). Dalam kehidupan nyata, menyikapi hal tabu seperti dalam
karya sastra yang sering disebut sastra
wangi (karya sastra yang ditulis oleh para wanita pengarang) memang di
perlukan salah satu pandangan atau cara berpikir, yaitu realistis, baik dari
segi penggunaan tatanan bahasa atau komposisi, ideologi, atau suasana cerita.
Akan tetapi, kalau hal ini bisa disikapi dengan positif, maka pembaca pun bisa
juga mendapatkan sesuatu hal yang positif. Hal positif tersebut bisa berupa
nilai-nilai atau norma-norma yang biasanya jarang terkuak dalam karya sastra
lainnya. Bahkan dalam memandang sesuatu hal (seperti sastra wangi), jika tanpa cara pandang yang realistis, maka apa
yang akan didapatpun akan berat sebelah dan terkesan memihak atau bisa
dikatakan tidak sesuai dengan kenyataan.
Dalam pandangan agama
islam, berpikir realistis adalah syarat
utama untuk menjadi seorang Muslim, karena dengan berpikir realistis, manusia
bisa menerima realitas dan kebenaran. Sedangkan menurut pandangan filsafat,
realistis adalah salah satu tujuan dari keberadaan filsafat itu sendiri. Oleh
karena itu, kerealistisan merupakan unsur penting dalam mengkaji segala
sesuatu, terutama dalam mengkaji karya sastra. Berikut contoh cara pandang
realistis terhadap karya Djenar dalam Jangan main-main(dengan kelaminmu):
Saya heran, selama lima tahun kami menjalin
hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala kami tentang pernikahan. Tapi
jika saya katakan hubungan kami itu hanya main-main, apalagi hanya sebatas
hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. saya sangat tahu aturan main.
Bagi wanita secantik saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai
main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa
saya lakukan dalam lima tahun?
...
Awalnya memang urusan kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun
dan terperanjat di sisi seonggok daging yang tak lagi segar. Ah... saya tak
sampai hati menyampaikan apa yang diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan
seorang istri dengan seonggok daging, apalagi daging yang tak segar. Bahkan ia
mengatakan senam kebugaran tak akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak.
Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan, katanya. Setelah itu pun harus
pandai-pandai merawatnya. Dan kerut-merut yang menggelayut di wajah istrinya,
hanya dapat diselamatkan dengan cara bedah plastik. Akupunktur hanyalah sia-sia
belaka. Sebenarnya kalimat sia-sia belaka pun sudah saya perhalus. Yang ia
katakan adalah, diperlukan berjuta-juta jarum untuk mengembalikan kulit
istrinya ke kenyalan semula. Lebih gilanya lagi, ia menanyakan apakah ada teknologi
yang dapat mengubah pita suara manusia. Suara istrinya bagai kaleng rombeng,
bagai robot. Ia lebih memilih terjebak kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan,
ketimbang berlama-lama di rumah. Dan dengan santai dengan muatan gurau ia
berkata,“Kalau saya saja sudah jengah bertemu, apalagi kelamin saya?”
Dalam
beberapa cuplikan cerpen diatas, tergambar bahwa Djenar ingin menyampaikan
pemikiran realistis tentang sebuah kehidupan yang dilihat dari sisi pandang
sang perempuan. Salah satunya memandang kental masalah atribut biologis wanita
sebagai sesuatu yang harus diagungkan dan dirawat betul oleh para wanita. Dengan
pesan-pesan yang kental juga, seperti: (1) berhati-hatilah dalam bermain dengan
kelamin, (2) jika kita mencintai seseorang jangan melihat dari fisik, karena
keindahan fisik akan berubah, (3) seorang istri juga haruslah pintar-pintar
merawat diri agar suami betah dirumah
dan tidak selingkuh.
Djenar
sendiri,memang tidak jarang dalam menulis setiap karyanya, selalu disertai kontroversi. Dia tak segan
memasukan sejumlah tema-tema krusial seksualitas berikut idiom dan frasanya,
seperti hubungan tak lazim dalam dunia seks, dan sejumlah tema pemberontakan
perempuan yang selama ini masih jarang dijamah penulis lain. Karya-karya Djenar
memang banyak mendobrak hal tabu dan tak jarang dinilai vulgar. Namun di sisi
lain banyak yang menilai karyanya mencerahkan. Oleh karena itu, relistis
merupakan unsur penting dalam menyikapi berbagai hal, terutama jika tujuan
penyikapannya bernilai positif. Kerealistisan disini juga berfungsi untuk
membuka pesan baru, mencerahkan, dan mungkin bisa mengganti pandangan lama
terhadap penyikapan kepada sesuatu hal yang dianggap tabu.
BENTUK
KEREALISTISAN PIKIRAN DJENAR MAESA AYU
Mengingat pentingnya peranan kerealistisan dalam
kehidupan, terutama dalam melihat pengisahan-pengisahan cerpen Djenar Jangan
main-main(dengan kelaminmu) yang
kental sekali dengan norma sehari-hari, hal ini akan semakin menambah eratnya semangat
penulis dalam melakukan kritik. Jadi, dengan mempelajari kerealistisan
dalam pandangan Djenar, diharapkan bisa membuka selambu baru bagi semua orang
untuk lebih terbuka dan menimbang kembali minat lurus dalam membaca sebuah
karya sastra. Berikut akan disajikan, pandangan-pandangan Djenar dalam cerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu).
1.
Kelamin
sebagai Anugrah
Manusia dilahirkan di dunia dengan segala anugrah, baik dari sisi
mana manusia itu memandangnya. Bahkan jika dikaitkan dengan terciptanya
manusia, artibut bologis manusia (kelamin) adalah sumber utama yang berperan
dalam perantara terciptanya manusia tersebut. Dalam Jangan main-main(dengan
kelaminmu karya Djenar, tergambar bahwa atribut tersebut
merupakan anugrah. Apalagi jika dalam sebuah keluarga, atribut tersebut
berperan penting untuk melanjutkan
keturunan.
Seperti dalam cuplikan
cerpen berikut:
Saya heran. Ternyata saya hamil. Padahal jarang
sekali ia menyentuh saya. Benar-benar hanya sekali dalam tiga bulan, bahkan
tidak jarang sampai lima bulan. Itu pun dengan lampu yang dipadamkan dan
matanya pun selalu terpejam. Seolah-olah ia sedang tidak bersama saya. Ia
sedang berada di dunia lain dan tidak mau berbagi dengan saya. Tapi saya hamil.
Saya akan memberikannya seorang anak. Mungkin perkawinan kami bisa
terselamatkan dengan kelahiran anak kami kelak. Ah... saya tidak bisa
bayangkan, apa yang akan terjadi setelah saya melahirkan?
Dari cuplikan di atas,
tergambar bahwa atribut biologis manusia (kelamin) menjadi suatu anugrah,
terutama di dalam kehidupan keluarga (yang terdapat dalam cerpen Djenar).
Menurut Djenar (dalam http://rustikaherlambang.wordpress.com/2009/02/28/djenar-maesa-ayu/),
“Karya saya berasal dari kehidupan sekitar dan apa yang saya pikirkan.Walaupun
saya tidak ngalamin, tapi saya bisa merasakan, Walaupun tidak riil,
tapi rasa sakitnya terasa riil. Itulah sebabnya saya menganggapnya sebagai
problem saya juga “. Jika dikaitkan dengan maraknya seks bebas dalam kehidupan masa kini.
Alangkah lebih baiknya pembelajaran terkait dengan hal-hal seperti ini tidak di
tabukan secara dominan, sebab masyarakat perlu tahu lebih dalam tentang masalah
yang terkait dengan atribut biologis manusia agar tidak disalah gunakan dengan
bebasnya. Menurut pengakuan Djenar lainnya
(dalam http://rustikaherlambang.wordpress.com/2009/02/28/djenar-maesa-ayu/),
“Seks bebas adalah seks yang tidak bertanggung-jawab, baik kepada diri sendiri
maupun terhadap pasangan. Segala sesuatu ada konsekuensinya. Harga yang harus
kita bayar karena melakukan seks dengan tidak bertanggung jawab amatlah mahal.
Selain kehamilan di luar keinginan, konsekuensi yang lain adalah penyakit
kelamin. Boleh saja kita berganti-ganti pasangan asal kita menjaga benar
kesehatan reproduksi”. Jadi, sebagai seorang manusia hendaknya kembali memahami
alasan Tuhan memberikan anugrah artibut biologis manusia (kelamin) kepada manusia,
terutama kepada perempuan agar tidak mudah bermain-main dengan kelamin.
2.
Kelamin
sebagai pusat dan sumber inspirasi
Dalam cerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu karya Djenar, kelamin tergambar sebagai
sumber inspirasi dalam sebuah hubungan, terutama dalam hubungan keluarga.
Karena kelamin dianggap sebagai kebutuhan baik fisik maupun batin. Hal ini tergambar dari beberapa culplikan
cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu berikut ini:
Awalnya memang urusan kelamin...
Saya heran, selama lima tahun kami menjalin
hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan...Bagi
pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main
mata hingga main kelamin. Bayangkan!
Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?
Saya heran, selama lima tahun mereka menjalin
hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala mereka tentang pernikahan...Bagi
mereka, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga
main kelamin. Bayangkan!
Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?
Dalam
cerpen tersebut jelas bahwa Djenar ingin memberikan gambaran, jika kelamin
merupakan kebutuhan yang menjadi inspirasi dalam suatu hubungan. Hal ini pula yang bisa menyebabkan munculnya
laki-laki playboy, seperti yang tergambar dalam cerpen tersebut, ia memiliki
istri, tapi masih juga memiliki orang lain diluar hubungan keluarga. Hal itu menunjukkan betapa
kelamin bisa menjadi sumber inspirasi.
3.
Kelamin
sebagai pusat konflik
Kelamin
sebagai pusat konflik merupakan salah satu kerealistisan pikiran Djenar yang
dijadikan alasan kenapa dalam sebuah keluarga bisa terjadi konflik-konflik.
Bahkan meskipun sang istri (dalam keluarga) sudah hamil, tidak juga bisa
menjamin keselamatan sebuah keluarga. Seperti tergambar dalam kutipan cerpen Jangan
main-main(dengan kelaminmu karya Djenar berikut.
Saya heran. Bisa juga seonggok daging itu hamil.
Padahal saya hanya menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun
karena kasihan. Juga dengan
ritual, terlebih dulu minum ginseng supaya ereksi. Juga dengan catatan, lampu
harus mati dan mata terpejam. Karena saya sudah terbiasa melihat dan menikmati
keindahan. Tubuh tinggi semampai. Kaki belalang. Rambut panjang. Leher jenjang.
Pinggang bak gitar. Dan buah dada besar. Ah... seperti apakah bentuknya nanti
setelah melahirkan?
Saya heran. Kehamilan saya sepertinya tidak juga membuatnya
bahagia. Ia lebih kelihatan bingung. Saya merasa kehamilan ini bukanlah karunia
baginya melainkan derita yang kelak akan memerangkapnya untuk tetap bertahan
dalam mahligai rumah tangga. Saya tidak
berlebihan. Ia lebih jarang ada di rumah sekarang. Mungkin saya sudah terlalu
lama merendahkan diri saya sendiri dengan membiarkannya menginjak-injak harga
diri saya selama pernikahan kami. Tapi jangan harap ia bisa melakukan hal yang
sama kepada anak saya. Sudah saatnya saya bertindak tegas. Saya berhak menentukan
dan memilih kebahagiaan saya sendiri.
Dalam gambaran cerpen diatas, tercermin rasa sedih dan
kecewa dari seorang istri karena sang istri sudah memberikan semuanya, mengurus
rumah tangga, memberikan ia anak, akan tetapi ia(suami) tidak bisa menghargai.
Bahkan sang suami malah melakukan perselingkuhan.
Bahkan jika dilihat dari norma
masyarakat dan agama, kalau berbicara masalah
perselingkuhan memang merupakan hal yang sensitif dan hal tersebut dilarang. Bahkan menurut
agama Islam, perselingkuhan merupakan perbuatan yang sangat tercela berikut
dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Quran:
“Dan
janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji (fahisyah) dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32).
Allah S.W.T
berfirman, “Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang
jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik
dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik.” (an-Nur':26).
Sehingga, kelamin
sebagai pusat konflik merupakan salah satu kerealistisan pikiran Djenar yang
kebanyakan dalam kehidupan nyata juga sudah banyak terlihat kebenarannya.
Dengan mempelajari
cerpen tersebut, banyak hal dan nilai yag didapat. Hal tabu yang sering
menghambat pemikiran kita dalam mengkaji sesuatu/pandangan yang dikemas baru
seperti sastra wangi salah satu karya Djenar ini, kita rehatkan sejenak dan mulai
berpikir realistis.
SIMPULAN
Berangkat
dari kerealistisan pikiran Djenar dalam cerpen Jangan main-main(dengan
kelaminmu), diharapkan bisa membuka selambu baru bagi semua orang untuk
lebih terbuka dan menimbang kembali minat lurus dalam membaca sebuah karya
sastra, terutama karya sastra yang tergolong sastra wangi yang sering dianggap
tabu untuk dibaca. Dengan berpijak pada kerealistisan pikiran Djenar tersebut,
berikut pandangan-pandangan Djenar dalam cerpen Jangan main-main(dengan
kelaminmu): 1) kelamin sebagai
anugrah, 2) kelamin sebagai sumber inspirasi, 3) kelamin sebgai sumber konflik.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996
Pradopo, R.Dj., 2002, Kritik Sastra Indonesia Modern, Yogyakarta:
Gama Media.
Al-Shia.
2012. Konsepsi Realitas. http://www.al-shia.org/html/id/books/ensan-jahan/08.htm. [8
Desember 2012]
Pawoninspirasi. 2011. Pendekatan Dalam Pengkajian Sastra. http://pawoninspirasi.blogspot.com/2011/06/pendekatan-dalam-pengkajian-sastra-m-h.html.
[26 Juli 2012]
Scribd.
2012. Pendekatan Dalam Penelitian Sastra.
http://id.scribd.com/doc/19072121/Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra. [19
November 2012]
Van.
2012. Dasar Tujuan dan Peranan Filsafat. http://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/. [12 September 2012]
BalasHapusthanks infonya gan.
OBAT HIPERTIROID