Sabtu, 15 Desember 2012

KEREALISTISAN PIKIRAN DJENAR MAESA AYU DALAM CERPEN JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN KELAMINMU)


KEREALISTISAN PIKIRAN DJENAR MAESA AYU
DALAM CERPEN JANGAN MAIN-MAIN (DENGAN KELAMINMU)

Siti Lailatus Saadah
NIM 100210401110

Istilah ”kritik” (sastra) berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri berasal dari krinein ”menghakimi”; kriterion yang berarti ”dasar penghakiman” dan kritikos berarti ”hakim kasustraan” (Baribin, 1993:1, dikutip dari www.detektif-pujangga.blogspot.com). Kritik sastra, juga dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni (Sudiman, 1993:2, dikutip dari www.detektif-pujangga.blogspot.com). Abrams dalam Pengkajian sastra (2005:57, dikutip dari www.detektif-pujangga.blogspot.com), mendeskripsikan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra. Jadi, pada dasarnya kritik sastra merupakan kegiatan atau perbuatan mencari serta menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan kritikus dalam bentuk tertulis.
Kritik sastra merupakan salah satu cabang  studi sastra yang penting dalam kaitannya dengan ilmu sastra dan penciptaan sastra. Dalam bidang keilmuan sastra, kritik sastra tidak terpisah dengan cabang studi yang lain, yaitu teori sastra dan sejarah sastra (Wellek dan Warren dalam Pradopo, 2002:3). Dalam bidang penciptaan sastra, kritik sastra merupakan cabang studi sastra yang berhubungan  langsung  dengan karya sastra yang konkret itu (Wellek dalam Pradopo, 2002:3) dan mempunyai peranan penting dalam pengembangan sastra (Pradopo,2002:3).
Berdasarkan hal itu, sangatlah penting diteliti karya sastra seperti cerpen. Cerita pendek (cerpen) sendiri adalah salah satu genre sastra di samping puisi dan novel. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997:186-187), Cerita Pendek adalah karya sastra yang berupa kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).
Berdasarkan pengertian di atas, cerita pendek mengisahkan kehidupan sang tokoh yang berada dalam satu peristiwa atau satu kejadian. Tokoh yang dikisahkan dapat berupa tokoh imajinatif atau tokoh nyata yang dekat dengan kehidupan pengarangnya.
Cerita pendek (cerpen) juga merupakan jenis karya sastra yang dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, diantaranya dapat memberikan pelajaran atau norma-norma tentang kehidupan.
Dipilihnya cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) yang ditulis oleh Djenar Maesa Ayu bukan tanpa pertimbangan atau alasan, sebab cerpen ini memiliki keistimewaan  dibandingkan dengan cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain. Keistimewaannya terletak pada  nilai-nilai yang terkandung di dalam pengungkapan ceritanya yang sarkas. Hal ini pula yang menjadi titik tolak dalam  mengkritik karya Djenar.
Titik pandang yang diambil dalam  melakukan kritik terhadap cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu)  ini adalah kerealistisan terhadap norma atau nilai-nilainya yang khas. Norma atau nilai yang khas di sini dapat dilihat dari pengungkapan atau pengisahan ceritanya yang tercermin dari bahasa yang digunakan. Berikut contoh penggalan ceritanya:
Awalnya memang urusan kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging yang tak lagi segar. Ah... saya tak sampai hati menyampaikan apa yang diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan seorang istri dengan seonggok daging, apalagi daging yang tak segar. Bahkan ia mengatakan senam kebugaran tak akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak. Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan, katanya....
 Selain itu, pendekatan yang digunakan dalam melakukan kritik terhadap cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu)  adalah pendekatan mimetik. Pendekatan mimetik sendiri adalah pendekatan yang bertolak dari pemikiran bahwa karya sastra merupakan refleksi kehidupan nyata (dikutip dari www.pawoninspirasi.blogspot.com). Refleksi ini terwujud berkat tiruan dan gabungan imajinasi pengarang terhadap realitas kehidupan atau realitas alam. Hal tersebut didasarkan pandangan bahwa apa yang diungkapkan pengarang dalam karyanya pastilah merupakan refleksi atau potret kehidupan atau alam yang dilihatnya. Sedangkan menurut Plato, dasar pertimbangan pendekatan mimetik adalah dunia pengalarnan, yaitu karya sastra itu sendiri tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya, melainkan hanya sebagai peniruan (dikutip dari http://id.scribd.com). Oleh karena itu, pendekatan ini sesuai dengan kekhasan yang dapat mempermudah dalam mengkritik.
Djenar sendiri sebagai seorang pengarang dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu), cenderung mengangkat kehidupan sekitar dan apa yang dipikirkannya. Selain itu, ia juga termasuk penulis yang suka menawarkan tema-tema penuh pendobrakan, seperti seputar isu-isu atau pelecehan seksual seperti yang terdapat dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu) . Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, kekakuan masyarakat dalam memandang sesuatu hal yang menyuguhkan tentang seksualitas tersebut masih dianggap  hal tabu. Dampaknya, timbul spesifikasi tabu yang bersifat negatif dan pandangan umum (sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat) yang bersifat positif. Akibatnya, timbul ketertutupan suatu nilai positif dari ketabuan dalam realisme kehidupan. Salah satu contohnya adalah ketabuan dalam penggunaan bahasa yang  berbau seksualitas seperti dalam cerpen Djenar Maesa Ayu, dimana hal ini akan di anggap tabu oleh kebanyakan masyarakat.  Kerealisan analog informasi dalam karya Djenar Maesa Ayu yang dianggap tabu tersebut, dilakukan lewat aspek nilai-nilai yang terdapat dalam tatanan bahasa yang disuguhkan. Oleh karena itu, benarkah hal tabu tidak bersifat positif dan tidak ada norma realistis dalam kehidupan di masyarakat? Berikut ini akan dibuktikan melalui pembahasan topik: Kerealistisan sebagai unsur penting, dan bentuk-bentuk kerealistisan pikiran Djenar Maesa Ayu dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu).

KEREALISTISAN SEBAGAI UNSUR PENTING
            Perkembangan terhadap pandangan tabu tentang sesuatu yang bersifat vulgar sudah menjadi budaya dalam masyarakat. Hal ini memberikan ruang sempit terhadap cara pandang positif terhadap sesuatu, terutama hal yang dianggap tabu. Akan tetapi, sebenarnya sesuatu hal yang ada dalam dunia ini selalu memilki sisi positif dan sisi negatif, hanya yang membedakan adalah kadarnya. Untuk menyikapi hal-hal tersebut diperlukan cara pandang atau cara berfikir yang realistis.
            Realistis menurut KBBI adalah bersifat nyata atau wajar. Dengan kata lain, realistis adalah  menyesuaikan dengan keadaan dan kemampuan (keahlian). Dalam kehidupan nyata, menyikapi hal tabu seperti dalam karya sastra yang sering disebut sastra wangi (karya sastra yang ditulis oleh para wanita pengarang) memang di perlukan salah satu pandangan atau cara berpikir, yaitu realistis, baik dari segi penggunaan tatanan bahasa atau komposisi, ideologi, atau suasana cerita. Akan tetapi, kalau hal ini bisa disikapi dengan positif, maka pembaca pun bisa juga mendapatkan sesuatu hal yang positif. Hal positif tersebut bisa berupa nilai-nilai atau norma-norma yang biasanya jarang terkuak dalam karya sastra lainnya. Bahkan dalam memandang sesuatu hal (seperti sastra wangi), jika tanpa cara pandang yang realistis, maka apa yang akan didapatpun akan berat sebelah dan terkesan memihak atau bisa dikatakan tidak sesuai dengan kenyataan.
Dalam pandangan agama islam, berpikir realistis  adalah syarat utama untuk menjadi seorang Muslim, karena dengan berpikir realistis, manusia bisa menerima realitas dan kebenaran. Sedangkan menurut pandangan filsafat, realistis adalah salah satu tujuan dari keberadaan filsafat itu sendiri. Oleh karena itu, kerealistisan merupakan unsur penting dalam mengkaji segala sesuatu, terutama dalam mengkaji karya sastra. Berikut contoh cara pandang realistis terhadap karya Djenar dalam Jangan main-main(dengan kelaminmu):
Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala kami tentang pernikahan. Tapi jika saya katakan hubungan kami itu hanya main-main, apalagi hanya sebatas hasrat seksual, dengan tegas saya akan menolak. saya sangat tahu aturan main. Bagi wanita secantik saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?
...
Awalnya memang urusan kelamin. Pada suatu hari, ia terbangun dan terperanjat di sisi seonggok daging yang tak lagi segar. Ah... saya tak sampai hati menyampaikan apa yang diutarakannya pada saya. Tak pantas menyamakan seorang istri dengan seonggok daging, apalagi daging yang tak segar. Bahkan ia mengatakan senam kebugaran tak akan menyelamatkan istrinya dari serbuan lemak. Hanya sedot lemak yang dapat menyelamatkan, katanya. Setelah itu pun harus pandai-pandai merawatnya. Dan kerut-merut yang menggelayut di wajah istrinya, hanya dapat diselamatkan dengan cara bedah plastik. Akupunktur hanyalah sia-sia belaka. Sebenarnya kalimat sia-sia belaka pun sudah saya perhalus. Yang ia katakan adalah, diperlukan berjuta-juta jarum untuk mengembalikan kulit istrinya ke kenyalan semula. Lebih gilanya lagi, ia menanyakan apakah ada teknologi yang dapat mengubah pita suara manusia. Suara istrinya bagai kaleng rombeng, bagai robot. Ia lebih memilih terjebak kemacetan, bertemu klien yang menyebalkan, ketimbang berlama-lama di rumah. Dan dengan santai dengan muatan gurau ia berkata,“Kalau saya saja sudah jengah bertemu, apalagi kelamin saya?”

                  Dalam beberapa cuplikan cerpen diatas, tergambar bahwa Djenar ingin menyampaikan pemikiran realistis tentang sebuah kehidupan yang dilihat dari sisi pandang sang perempuan. Salah satunya memandang kental masalah atribut biologis wanita sebagai sesuatu yang harus diagungkan dan dirawat betul oleh para wanita. Dengan pesan-pesan yang kental juga, seperti: (1) berhati-hatilah dalam bermain dengan kelamin, (2) jika kita mencintai seseorang jangan melihat dari fisik, karena keindahan fisik akan berubah, (3) seorang istri juga haruslah pintar-pintar merawat diri agar suami betah dirumah dan tidak selingkuh.
            Djenar sendiri,memang tidak jarang dalam menulis setiap karyanya,  selalu disertai kontroversi. Dia tak segan memasukan sejumlah tema-tema krusial seksualitas berikut idiom dan frasanya, seperti hubungan tak lazim dalam dunia seks, dan sejumlah tema pemberontakan perempuan yang selama ini masih jarang dijamah penulis lain. Karya-karya Djenar memang banyak mendobrak hal tabu dan tak jarang dinilai vulgar. Namun di sisi lain banyak yang menilai karyanya mencerahkan. Oleh karena itu, relistis merupakan unsur penting dalam menyikapi berbagai hal, terutama jika tujuan penyikapannya bernilai positif. Kerealistisan disini juga berfungsi untuk membuka pesan baru, mencerahkan, dan mungkin bisa mengganti pandangan lama terhadap penyikapan kepada sesuatu hal yang dianggap tabu.
BENTUK KEREALISTISAN PIKIRAN DJENAR MAESA AYU
Mengingat  pentingnya peranan kerealistisan dalam kehidupan, terutama dalam melihat pengisahan-pengisahan cerpen Djenar Jangan main-main(dengan kelaminmu) yang kental sekali dengan norma sehari-hari, hal ini  akan semakin menambah eratnya semangat penulis dalam melakukan kritik. Jadi, dengan mempelajari kerealistisan dalam pandangan Djenar, diharapkan bisa membuka selambu baru bagi semua orang untuk lebih terbuka dan menimbang kembali minat lurus dalam membaca sebuah karya sastra. Berikut akan disajikan, pandangan-pandangan Djenar dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu).
1.        Kelamin sebagai Anugrah
Manusia dilahirkan  di dunia dengan segala anugrah, baik dari sisi mana manusia itu memandangnya. Bahkan jika dikaitkan dengan terciptanya manusia, artibut bologis manusia (kelamin) adalah sumber utama yang berperan dalam perantara terciptanya manusia tersebut. Dalam Jangan main-main(dengan kelaminmu karya Djenar, tergambar bahwa atribut tersebut merupakan anugrah. Apalagi jika dalam sebuah keluarga, atribut tersebut berperan penting  untuk melanjutkan keturunan.
Seperti dalam cuplikan cerpen berikut:
Saya heran. Ternyata saya hamil. Padahal jarang sekali ia menyentuh saya. Benar-benar hanya sekali dalam tiga bulan, bahkan tidak jarang sampai lima bulan. Itu pun dengan lampu yang dipadamkan dan matanya pun selalu terpejam. Seolah-olah ia sedang tidak bersama saya. Ia sedang berada di dunia lain dan tidak mau berbagi dengan saya. Tapi saya hamil. Saya akan memberikannya seorang anak. Mungkin perkawinan kami bisa terselamatkan dengan kelahiran anak kami kelak. Ah... saya tidak bisa bayangkan, apa yang akan terjadi setelah saya melahirkan?

Dari cuplikan di atas, tergambar bahwa atribut biologis manusia (kelamin) menjadi suatu anugrah, terutama di dalam kehidupan keluarga (yang terdapat dalam cerpen Djenar). Menurut Djenar (dalam http://rustikaherlambang.wordpress.com/2009/02/28/djenar-maesa-ayu/), “Karya saya berasal dari kehidupan sekitar dan apa yang saya pikirkan.Walaupun saya tidak ngalamin, tapi saya bisa merasakan, Walaupun tidak riil, tapi rasa sakitnya terasa riil. Itulah sebabnya saya menganggapnya sebagai problem saya juga “. Jika dikaitkan dengan  maraknya seks bebas dalam kehidupan masa kini. Alangkah lebih baiknya pembelajaran terkait dengan hal-hal seperti ini tidak di tabukan secara dominan, sebab masyarakat perlu tahu lebih dalam tentang masalah yang terkait dengan atribut biologis manusia agar tidak disalah gunakan dengan bebasnya.  Menurut pengakuan Djenar lainnya (dalam http://rustikaherlambang.wordpress.com/2009/02/28/djenar-maesa-ayu/), “Seks bebas adalah seks yang tidak bertanggung-jawab, baik kepada diri sendiri maupun terhadap pasangan. Segala sesuatu ada konsekuensinya. Harga yang harus kita bayar karena melakukan seks dengan tidak bertanggung jawab amatlah mahal. Selain kehamilan di luar keinginan, konsekuensi yang lain adalah penyakit kelamin. Boleh saja kita berganti-ganti pasangan asal kita menjaga benar kesehatan reproduksi”. Jadi, sebagai seorang manusia hendaknya kembali memahami alasan Tuhan memberikan anugrah artibut biologis manusia (kelamin) kepada manusia, terutama kepada perempuan agar tidak mudah bermain-main dengan kelamin.

2.        Kelamin sebagai pusat dan sumber inspirasi
Dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu karya Djenar, kelamin tergambar sebagai sumber inspirasi dalam sebuah hubungan, terutama dalam hubungan keluarga. Karena kelamin dianggap sebagai kebutuhan baik fisik maupun batin.  Hal ini tergambar dari beberapa culplikan cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu berikut ini:
Awalnya memang urusan kelamin...
Saya heran, selama lima tahun kami menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala saya tentang pernikahan...Bagi pria semapan saya, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?
Saya heran, selama lima tahun mereka menjalin hubungan, tidak sekali pun terlintas di kepala mereka tentang pernikahan...Bagi mereka, hanya dibutuhkan beberapa jam untuk main-main, mulai main mata hingga main kelamin. Bayangkan! Berapa banyak main-main yang bisa saya lakukan dalam lima tahun?

Dalam cerpen tersebut jelas bahwa Djenar ingin memberikan gambaran, jika kelamin merupakan kebutuhan yang menjadi inspirasi dalam suatu hubungan. Hal  ini pula yang bisa menyebabkan munculnya laki-laki playboy, seperti yang tergambar dalam cerpen tersebut, ia memiliki istri, tapi masih juga memiliki orang lain diluar  hubungan keluarga. Hal itu menunjukkan betapa kelamin bisa menjadi sumber inspirasi.

3.        Kelamin sebagai pusat konflik
Kelamin sebagai pusat konflik merupakan salah satu kerealistisan pikiran Djenar yang dijadikan alasan kenapa dalam sebuah keluarga bisa terjadi konflik-konflik. Bahkan meskipun sang istri (dalam keluarga) sudah hamil, tidak juga bisa menjamin keselamatan sebuah keluarga. Seperti tergambar dalam kutipan cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu karya Djenar berikut.
Saya heran. Bisa juga seonggok daging itu hamil. Padahal saya hanya menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun karena kasihan. Juga dengan ritual, terlebih dulu minum ginseng supaya ereksi. Juga dengan catatan, lampu harus mati dan mata terpejam. Karena saya sudah terbiasa melihat dan menikmati keindahan. Tubuh tinggi semampai. Kaki belalang. Rambut panjang. Leher jenjang. Pinggang bak gitar. Dan buah dada besar. Ah... seperti apakah bentuknya nanti setelah melahirkan?
Saya heran. Kehamilan saya sepertinya tidak juga membuatnya bahagia. Ia lebih kelihatan bingung. Saya merasa kehamilan ini bukanlah karunia baginya melainkan derita yang kelak akan memerangkapnya untuk tetap bertahan dalam mahligai rumah tangga. Saya tidak berlebihan. Ia lebih jarang ada di rumah sekarang. Mungkin saya sudah terlalu lama merendahkan diri saya sendiri dengan membiarkannya menginjak-injak harga diri saya selama pernikahan kami. Tapi jangan harap ia bisa melakukan hal yang sama kepada anak saya. Sudah saatnya saya bertindak tegas. Saya berhak menentukan dan memilih kebahagiaan saya sendiri.
           
            Dalam gambaran cerpen diatas, tercermin rasa sedih dan kecewa dari seorang istri karena sang istri sudah memberikan semuanya, mengurus rumah tangga, memberikan ia anak, akan tetapi ia(suami) tidak bisa menghargai. Bahkan sang suami malah melakukan perselingkuhan.
Bahkan jika dilihat dari norma masyarakat dan agama, kalau berbicara masalah  perselingkuhan memang merupakan hal yang sensitif  dan hal tersebut dilarang. Bahkan menurut agama Islam, perselingkuhan merupakan perbuatan yang sangat tercela berikut dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Quran:
“Dan janganlah kamu mendekati zina,sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji (fahisyah) dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Isra’: 32).
Allah S.W.T berfirman, “Perempuan yang jahat untuk lelaki yang jahat dan lelaki yang jahat untuk perempuan yang jahat, perempuan yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk perempuan yang baik.” (an-Nur':26).
Sehingga, kelamin sebagai pusat konflik merupakan salah satu kerealistisan pikiran Djenar yang kebanyakan dalam kehidupan nyata juga sudah banyak terlihat kebenarannya.
Dengan mempelajari cerpen tersebut, banyak hal dan nilai yag didapat. Hal tabu yang sering menghambat pemikiran kita dalam mengkaji sesuatu/pandangan yang dikemas baru seperti sastra wangi salah satu karya Djenar ini, kita rehatkan sejenak dan mulai berpikir realistis.
SIMPULAN
Berangkat dari kerealistisan pikiran Djenar dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu), diharapkan bisa membuka selambu baru bagi semua orang untuk lebih terbuka dan menimbang kembali minat lurus dalam membaca sebuah karya sastra, terutama karya sastra yang tergolong sastra wangi yang sering dianggap tabu untuk dibaca. Dengan berpijak pada kerealistisan pikiran Djenar tersebut, berikut pandangan-pandangan Djenar dalam cerpen Jangan main-main(dengan kelaminmu): 1) kelamin sebagai anugrah, 2) kelamin sebagai sumber inspirasi, 3) kelamin sebgai sumber konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1996
Pradopo, R.Dj., 2002, Kritik Sastra Indonesia Modern, Yogyakarta: Gama Media.



Al-Shia. 2012. Konsepsi Realitas. http://www.al-shia.org/html/id/books/ensan-jahan/08.htm. [8 Desember 2012]
Pawoninspirasi. 2011. Pendekatan Dalam Pengkajian Sastra. http://pawoninspirasi.blogspot.com/2011/06/pendekatan-dalam-pengkajian-sastra-m-h.html. [26 Juli 2012]
Scribd. 2012. Pendekatan Dalam Penelitian Sastra. http://id.scribd.com/doc/19072121/Pendekatan-Dalam-Penelitian-Sastra. [19 November 2012]
Van. 2012. Dasar Tujuan dan Peranan Filsafat. http://van88.wordpress.com/dasar-tujuan-dan-peranan-filsafat/. [12 September 2012]

1 komentar: