1)
10 jenis kata:
1. Kata
benda atau Noun
2. Kata
kerja atau Verb
3. Kata
sifat atau Adjective
4. Kata
ganti atau Pronoun
5. Kata
keterangan atau Adverb
6. Kata
sambung atau Conjunction
7. Kata
bilangan atau Numeralia
8. Kata
depan atau Preposition
9. Kata
sandang atau Determiner
10. Kata
seru atau Interjeksi
2)
Contoh dari 10 jenis kata:
1. Kata
benda atau Noun
·
Kata benda nyata:
Contohnya:
kereta,kuda.penggaris,dll.
·
Kata benda abstrak:
Contohnya:keadilan,kemanusiaan,kecantikan,dll.
2. Kata
kerja atau Verb
·
Kata kerja transitif
ialah kata kerja yang mesti disertai oleh objek, yaitu kata nama.
Contohnya: Atan mendengar radio.
-mendengar
ialah kata kerja transitif
-radio ialah objek (kata nama)
Kata kerja transitif menggunakan imbuhan men, men ...i, men ...kan, memper,
memper...i, dan memper...kan.
Contohnya:
1. Kucing itu menangkap seekor
burung.
2. perempuan itu menjual sayur.
3. Bapa sedang menulis surat.
·
Kata kerja intransitif
ialah kata kerja yang dapat berdiri sendiri dalam ayat, yakni
tidak memerlukan objek lagi.
Kata kerja
intransitif ada yang berbentuk asal dan
ada yang berimbuhan ber,men,ter,ber...an,dan
ber...kan.
Contohnya:
(a) Ravi belum datang lagi.
(b) Murid-murid sedang belajar.
(c) Sungai itu mengalir deras.
Peringatan
Tiap-tiap
kata kerja tak transitif boleh dijadikan kata kerja transitif dengan menambah
‘kan’ atau ‘ I’ di hujungnya.
Contohnya:
1. Mereka
menjalankan jentera itu.
2. Emak
sedang menidurkan adik.
3. Pekerja
itu menurunkan barang-barang dari atas lori.
4. Halim
mengikuti perbualan mereka.
5. Saya
sudahi syarahan saya ini dengan ucapan salam.
·
Kata Kerja Pasif
1.
Kata kerja pasif
ialah kata kerja yang berasal daripada kata kerja transitif tetapi yang tidak
berawalan men.
Contohnya:angkat,
atasi, berikan, percepat, pelajari, persilakan, dan sebagainya.
2. Ada tiga
jenis kata kerja pasif.
(a) kata
kerja pasif diri pertama
Kata kerja
pasif diri pertama ialah kata kerja pasif yang berimbuhan ku-.
Contohnya:
kuangkat, kuatasi, kuberikan, kupercepat, kupelajari, dan kupersilakan.
(b) kata
kerja pasif diri kedua
Kata kerja
pasif diri kedua ialah yang berimbuhan ka-.
Contohnya:
kauangkat, kauatasi, kauberikan, kaupercepat, kaupelajari, dan kaupersilakan.
(c) kata
kerja pasif diri ketiga
Kata kerja pasif diri ketiga ialah yang
berimbuhan di-.
Contohnya:
diangkat, diatasi, diberikan, dipercepat, dipelajari, dan dipersilakan
3. Kata
sifat atau Adjective
Contohnya:pintar,cantik,rajin,dll
4. Kata
ganti atau Pronoun
·
Kata ganti orang
Ø Kata
ganti orang pertama(tunggal:aku/saya;jamak:kami/kita)
Ø Kata
ganti orang kedua(tunggal:kamu;jamak:kalian)
Ø Kata
ganti orang ketiga(tunggal:dia/ia;jamak:mereka)
·
Kata ganti kepunyaan:misalnya “mu” dalam
milikmu,dll
·
Kata ganti penunjuk:misalnya di sana,di
situ,dll
5. Kata
keterangan atau Adverb
Contohnya:lusa,besok,hari
ini,terkadang,kemarin,dll.
6. Kata
sambung atau Conjunction
Contohnya:sedangkan,dan,atau,namun.
7. Kata
bilangan atau Numeralia
Contohnya:satu,dua,tiga,pertama,kedua,ketiga.
8. Kata
depan atau Preposition
Contohnya:dari,pada,di
atas,di bawah,di antara.
9. Kata
sandang atau Determiner
Contohnya:si,sang,seorang,dll.
10. Kata
seru atau Interjeksi
Contohnya:wah,wow,ah.
3)
Jenis-jenis frase:
Berdasarkan
persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua,
yaitu Frasa Endosentris dan Frasa Eksosentris.
1. Frasa
Endosentris
Frasa endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga:
·
Frasa Endosentris Koordinatif
·
Frasa Endosentris Atributif
·
Frasa Endosentris Apositif
2.
Frasa Eksosentris
Berdasarkan kategori kata yang
menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam:
1. Frasa Nomina
2. Frasa Verba
3. Frasa Ajektifa
4. Frasa Numeralia
5. Frasa Preposisi
- Frasa Konjungsi
4)
Penjelasan jenis-jenis frase dan
contohnya:
Berdasarkan persamaan
distribusi dengan unsurnya (pemadunya), frasa dibagi menjadi dua, yaitu Frasa
Endosentris dan Frasa Eksosentris.
- Frasa Endosentris, kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu, dpat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu yang disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh:
Sejumlah
mahasiswa(S) diteras(P).
Kalimat
tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata
mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah
frasa endosentris.
Frasa
endosentris sendiri masih dibagi menjadi tiga.
·
Frasa Endosentris Koordinatif, yaitu frasa endosentris
yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang berbeda
diantara unsurnya terdapat (dapat diberi) ‘dan’ atau ‘atau’.
Contoh:
1.
rumah pekarangan
2.
suami istri dua tiga (hari)
3.
ayah ibu
4.
pembinaan dan pembangunan
5.
pembangunan dan pembaharuan
6.
belajar atau bekerja.
·
Frasa Endosentris Atributif, yaitu frasa endosentris
yang disamping mempunyai unsur pusat juga mempunyai unsur yang termasuk
atribut. Atribut adalah bagian frasa yang bukan unsur pusat, tapi menerangkan
unsur pusat untuk membentuk frasa yang bersangkutan.
Contoh:
1.
pembangunan lima tahun
2.
sekolah Inpres
3.
buku baru
4.
orang itu
5.
malam ini
6.
sedang belajar
7.
sangat bahagia.
Keterangan:
Kata-kata
yang dicetak miring dalam frasa-frasa di atasseperti adalah unsur pusat,
sedangkan kata-kata yang tidak dicetak miring adalah atributnya.
·
Frasa Endosentris Apositif, yaitu frasa endosentris
yang semua unsurnya adalah unsur pusat dan mengacu pada hal yang sama. Unsur
pusat yang satu sebagai aposisi bagi unsur pusat yang lain.
Contoh:
Ahmad, anak
Pak Sastro, sedang belajar.
Ahmad,
…….sedang belajar.
……….anak Pak
Sastro sedang belajar.
Unsur
‘Ahmad’ merupakan unsur pusat, sedangkan unsur ‘anak Pak Sastro’ merupakan
aposisi. Contoh lain:
1.
Yogya, kota pelajar
2.
Indonesia, tanah airku
3.
Bapak SBY, Presiden RI
4.
Mamad, temanku.
Frasa yang hanya terdiri atas satu kata tidak dapat dimasukkan ke dalalm
frasa endosentris koordinatif, atributif, dan apositif, karena dasar pemilahan
ketiganya adalah hubungan gramatik antara unsur yang satu dengan unsur yang
lain. Jika diberi aposisi, menjadi frasa endosentris apositif. Jika diberi
atribut, menjadi frasa endosentris atributif. Jika diberi unsur frasa yang
kedudukannya sama, menjadi frasa endosentris koordinatif
- Frasa Eksosentris, adalah frasa yang tidak mempunyai persamaan distribusi dengan unsurnya. Frasa ini tidak mempunyai unsur pusat. Jadi, frasa eksosentris adalah frasa yang tidak mempunyai UP.
Contoh:
Sejumlah
mahasiswa di teras.
Berdasarkan kategori
kata yang menjadi unsur pusatnya., frasa dibagi menjadi enam.
1.
Frasa Nomina, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:
·
nomina sebenarnya
contoh:
pasir ini digunakan
utnuk mengaspal jalan
·
pronomina
contoh:
dia itu musuh saya
·
nama
contoh:
Dian itu manis
·
kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah
menjadi nomina
contoh:
dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit
dia berlari → berlari itu menyehatkan
kata rajin pada kaliat pertam awalnya adalah frasa ajektiva,
begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari
yang awalnya adalah frasa verba.
- Frasa Verba, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Dia berlari.
Secara
morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat
diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
- Frasa Ajektifa, frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh:
Rumahnya besar.
Ada
pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang
mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang
terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh:
menakutkan
(memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’. Tetapi
bisa diberi kata ‘sangat’).
4.
Frasa Numeralia, frasa yang UP-nya berupa kata yang
termasuk kategori numeralia. Yaitu kata-kata yang secara semantis mengatakan
bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi)
kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
dua buah
tiga ekor
lima biji
duapuluh
lima orang.
5.
Frasa Preposisi, frasa yang ditandai adanya preposisi
atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan
klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda
(preposisi) + Petanda (kata
atau kelompok kata) di teras
ke rumah teman
dari sekolah
untuk saya
6.
Frasa Konjungsi, frasa yang ditandai adanya konjungsi
atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena
penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu
mempunyai predikat.
Contoh:
Penanda
(konjungsi) + Petanda
(klausa, mempunyai P)
Sejak kemarin dia terus diam(P)
di situ.
Dalam buku Ilmu Bahasa Insonesia, Sintaksis,
ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan
menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.
1)
5 jenis klausa:
1.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
1.
Klausa Lengkap
1.
Klausa versi,
yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
2.
Klausa inversi,
yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
2.
Klausa Tidak
Lengkap
2.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara
gramatik menegatifkan P.
1.
Klausa Positif
2.
Klausa Negatif
3.
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
- Klausa Nomina
- Klausa Verba
- Klausa Adjektiva
- Klausa Numeralia
- Klausa Preposisiona
- Klausa Pronomia
4.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
- Klausa Bebas
- Klausa terikat
5.
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
- Klausa Atasan
- Klausa Bawahan
2) Contoh dari 5 jenis klausa:
2.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya.
Klasifikasi klausa berdasarkan struktur internnya mengacu pada hadir
tidaknya unsur inti klausa, yaitu S dan P. Dengan demikian, unsur ini klausa
yang bisa tidak hadir adalah S, sedangkan P sebagai unsur inti klausa selalu
hadir. Atas dasar itu, maka hasil klasifikasi klausa berdasarkan struktur
internnya, berikut klasifikasinya :
2.
Klausa Lengkap
Klausa lengkap ialah klausa yang semua unsur intinya hadir.Klausa ini
diklasifikasikan lagi berdasarkan urutan S dan P menjadi :
2.
Klausa versi,
yaitu klausa yang S-nya mendahului P.
Contoh :
-Kondisinya sudah baik.
-Rumah itu sangat besar.
-Mobil itu masih baru.
3.
Klausa inversi,
yaitu klausa yang P-nya mendahului S.
Contoh :
-Sudah baik kondisinya.
-Sangat besar rumah itu.
-Masih baru mobil itu.
3.
Klausa Tidak
Lengkap
Klausa tidak lengkap yaitu klausa yang tidak semua unsur intinya hadir.
Biasanya dalam klausa ini yang hadir hanya S saja atau P saja. Sedangkan unsur
inti yang lain dihilangkan.
3.
Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi yang secara
gramatik menegatifkan P.
Unsur negasi yang dimaksud adalah tidak, tak, bukan, belum,
dan jangan. Klasifikasi klausa berdasarkan ada tidaknya unsur negasi
yang secara gramatik menegatifkan P menghasilkan :
2.
Klausa Positif
Klausa poisitif ialah klausa yang ditandai tidak adanya unsur negasi yang
menegatifkan P.
Contoh :
-Ariel seorang penyanyi terkenal.
-Mahasiswa itu mengerjakan tugas.
-Mereka pergi ke kampus.
3.
Klausa Negatif
Klausa negatif ialah klausa yang ditandai adanya unsur negasi yang
menegaskan P.
Contoh :
-Ariel bukan seorang penyanyi terkenal.
-Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
-Mereka tidak pergi ke kampus.
Keterangan:
Kata negasi yang terletak di depan P secara gramatik menegatifkan P, tetapi
secara sematik belum tentu menegatifkan P. Dalam klausa Dia tidak tidur,
misalnya, memang secara gramatik dan secara semantik menegatifkan P. Tetapi,
dalam klausa Dia tidak mengambil pisau, kata negasi itu secara sematik
bisa menegatifkan P dan bisa menegatifkan O. Kalau yang dimaksudkan 'Dia tidak
mengambil sesuatu apapun', maka kata negasi itu menegatifkan O. Misalnya dalam
klausa Dia tidak mengambil pisau, melainkan sendok.
4.
Klasifikasi klausa berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P.
Berdasarkan kategori frasa yang menduduki fungsi P, klausa dapat
diklasifikasikan menjadi :
- Klausa Nomina
Klausa nomina ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa nomina. Contoh :
-Dia seorang sukarelawan.
-Mereka bukan sopir angkot.
-Nenek saya penari.
- Klausa Verba
Klausa verba ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategori
frasa verba. Contoh :
-Dia membantu para korban banjir.
-Pemuda itu menolong nenek tua.
- Klausa Adjektiva
Klausa adjektiva ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori frasa adjektiva.
Contoh :
-Adiknya sangat gemuk.
-Hotel itu sudah tua.
-Gedung itu sangat tinggi.
- Klausa Numeralia
Klausa numeralia ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk
kategori numeralia.
Contoh :
-Anaknya lima ekor.
-Mahasiswanya sembilan orang.
-Temannya dua puluh orang.
- Klausa Preposisiona
Klausa preposisiona ialah klausa yang P-nya berupa
frasa yang termasuk kategori frasa preposisiona.
Contoh :
-Sepatu itu di bawah meja.
-Baju saya di dalam lemari.
-Orang tuanya di Jakarta.
- Klausa Pronomia
Klausa pronomial ialah klausa yang P-nya berupa frasa yang termasuk kategoi
ponomial.
Contoh :
-Hakim memutuskan bahwa dialah yang bersalah.
-Sudah diputuskan bahwa ketuanya kamu dan wakilnya saya.
5.
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat
Klasifikasi klausa berdasarkan potensinya untuk menjadi kalimat dapat
dibedakan atas :
- Klausa Bebas
Klausa bebas ialah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat
mayor. Jadi, klausa bebas memiliki unsur yang berfungsi sebagai subyek dan yang
berfungsi sebagai predikat dalam klausa tersebut. Klausa bebas adalah sebuah
kalimat yang merupakan bagian dari kalimat yang lebih besar. Dengan perkataan
lain, klausa bebas dapat dilepaskan dari rangkaian yang lebih besar itu,
sehingga kembali kepada wujudnya semula, yaitu kalimat.
Contoh :
-Anak itu badannya panas, tetapi kakinya sangat dingin.
-Dosen kita itu rumahnya di jalan Ambarawa.
-Semua orang mengatakan bahwa dialah yang bersalah.
- Klausa terikat
Klausa terikat ialah klausa yang tidak memiliki potensi untuk menjadi
kalimat mayor, hanya berpotensi untuk menjadi kalimat minor. Kalimat minor
adalah konsep yang merangkum : pangilan, salam, judul, motto, pepatah, dan
kalimat telegram.
Contoh :
-Semua murid sudah pulang kecuali yang dihukum.
-Semua tersangkan diinterograsi, kecuali dia.
-Ariel tidak menerima nasihat dari siapa pun selain dari
orang tuanya.
6.
Klasifikasi klausa berdasarkan criteria tatarannya dalam kalimat.
Oscar Rusmaji (116) berpendapat mengenai beberapa jenis klausa. Menurutnya klausa juga
dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria tatarannya dalam kalimat.
Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, klausa dapat dibedakan atas :
- Klausa Atasan
Klausa atasan ialah klausa yang tidak menduduki f ungsi sintaksis dari
klausa yang lain. Contoh :
Ketika paman datang, kami sedang belajar.
Meskipun sedikit, kami tahu tentang hal itu.
- Klausa Bawahan
Klausa bawahan ialah klausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi
unsur dari klausa yang lain. Contoh :
Dia mengira bahwa hari ini akan hujan.
Jika tidak ada rotan, akarpun jadi.
3) Lima jenis
kalimat:
1.
Berdasarkan jumlah dan jenis klausa yang terdapat di
dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas kalimat minor dan kalimat mayor.
1.
Kalimat minor. Kalimat minor dibedakan atas:
·
Kalimat minor berstruktur, kalimat minor berstruktur
dibedakan atas:
Ø Kalimat
elips
Ø Kalimat
jawaban
Ø Kalimat
sampingan
Ø Kalimat
urutan
·
Kalimat minor tak berstruktur,dibedakan atas:
Ø Panggilan.
Ø Seruan
Ø Judul
Ø Semboyan
Ø Salam
Ø Inskripsi
2. Kalimat
mayor, kalimat mayor dapat dibedakan atas:
·
Kalimat majemuk subordinatif
·
Kalimat majemuk koordinat
·
Kalimat majemuk rapatan
2.
Berdasarkan response yang diharapkan, kalimat
dibedakan atas :
1.
Kalimat pernyataan
2.
Kalimat pertanyaan
3.
Kalimat perintah
3.
Berdasarkan hubungan actor-aksi, kalimat dapat
dibedakan atas :
1.
Kalimat aktif
2.
Kalimat pasif
3.
Kalimat medial
4.
Kalimat respirokal
4.
Bedasarkan ada tidaknya unsure negative pada klausa
utama, kalimat dibedakan atas :
1.
Kalimat firmatif
2.
Kalimat negative
4)
Penjelasan dari kelima jenis kalimat beserta
contohnya:
Berdasarkan
jumlah dan jenis klausa yang terdapat di dalamnya, kalimat dapat dibedakan atas
kalimat minor dan kalimat mayor.
1.
Kalimat minor adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Kalimat minor
dibedakan atas:
·
Kalimat minor berstruktur, yaitu kalimat minor yang
muncul sebagai lanjutan, pelengkap, atau penyempurna kalimat utuh atau klausa
lain yang terdahulu dalam wacana (Samsuri, 1985:278). Berdasarkan sumber
penurunnya, kalimat minor berstruktur dibedakan atas:
Ø Kalimat
elips, yaitu kalimat minor yang terjadi karena pelepasan beberapa bagian dari
klausa kalimat tunggal.
Contoh:
Terserah saja. (Penyelesainnya terserah kamu saja)
Ø Kalimat
jawaban, yaitu kalimat minor yang bertindak sebagai jawaban atas
pentanyaan-pertanyaan.
Contoh :
(Ada yang kau bawa itu?) Lukisan.
Ø Kalimat
sampingan, yaitu kalimat minor yang terjadi penurunan klausa terikat dari
kalimat majemuk subordinat.
Contoh :
Cepat)
Meskipun hujan. (Dia tetap datang)
Ø Kalimat
urutan, yaitu kalimat mayor, tetapi didahului oleh konjungsi, sehingga
menyatakan bahwa kalimat tersebut merupakan bagian kalimat lain. (Samsuru,
1985:263)
Contoh :
Karena itu, harga minyak naik.
·
Kalimat minor tak berstruktur, yaitu kalimat minor
yang muncul sebagai akibat pengisian wacana yang ditentukan oleh situasi,
dibedakan atas:
Ø Panggilan.
Contoh :
Bakso!
Ø Seruan,
biasanya terdiri dari kata yang menyatakan ungkapan perasaan.
Contoh :
Halo!
Ø Judul, merupakan
suatu ungkapan topic atau gagasan.
Contoh :
Dampak
negative penayangan TV.
Ø Semboyan,
yaitu uangkapan ide secara tegas, tepat dan tanpa hiasan bahasa atau
kelengkapan sebuah klausa.
Contoh :
Bersatu kita
teguh, bercerai kita runtuh.
Ø Salam
Contoh :
Selamat
pagi!
Ø Inskripsi,
yaitu kalimat minor tak berstruktur yang berisi penghormatan atau persembahan
pada awal sebuah karya (buku, lukisan dsb.).
Contoh :
Untuk para pengikrar Sumpah Pemuda 1928.
2. Kalimat
mayor adalah kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya satu klausa bebas.
Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, pembentuk yang inti saja.
Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsure pembentuk yang inti
saja, berdasarkan jumlah klausa yang terdapat didalamnya, kalimat mayor dapat
dibedakan atas:
·
Kalimat majemuk subordinatif, yaitu kalimat majemuk
yang salah satu klausanya menduduki : (a) salah satu fungsi sintaksis dari
klausa yang lain atau (b) atribut dari salah satu fungsi sintaksis klausa yang
lain.
Contoh :
Yang berkaca mata hitam itu teman saya.
Orang itu badannya sangat gemuk.
Polisi telah mengatakan bahwa kabar itu bohong.
·
Kalimat majemuk koordinat, yaitu kalimat majemuk yang
klausa-klausanya tidak menduduki fungsi sintaksis dari klausa lain (Samsuri,
1985:316).
Contoh :
Semalam
suntuk saya tidur di kursi, dan orang-orang itu bermain kartu.
Mula-mula
dinyalakannya api, lalu ditaruhnya cerek diatasnya.
Dalam
perang, kita harus berani membunuh lawan, kalau tidak kita sendiri yang
dibunuh.
·
Kalimat majemuk rapatan, yaitu kalimat majemuk
koordinatif yang klausa-klausanya mempunyai kesamaan-kesamaan, baik kesamaan
subjek, predikat objek, maupun keterangan.
Contoh :
Rumah itu
baru saja diperbaiki, tetapi sekarang sudah rusak.
Saya mengerjakana bagian depan, adik bagian belakang.
Dengan susah
payah orang tuaku membangun rumah ini, tetapi saya tinggal menempati saja.
Berdasarkan
response yang diharapkan, kalimat dibedakan atas :
1. Kalimat
pernyataan adalah kalimat yang dibentuk untuk menyiarkan informasi tanpa
mengharapkan response tertentu. Cirri untuk mengenal kalimat pernyataan ini
yaitu melalui pola intonasinya yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan)
dan tanda titik (.) seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, seperti silahkan,
dipersilahkan; dan kata larangan (jangan) (Ramlan, 1981:10).
Contoh :
Cita-cita anak itu sangat mulia.
Saya tidak membawa uang sama sekali.
Menurut teori Darwin, manusia merupakan keteturunan kera.
2.
Kalimat pertanyaan adalah kalimat yang dibentuk untuk
memancing response yang berupa jawaban. Kalimat pertanyaan dapat dikenal dari
pola intonasinya yang bernada akhir naik serta nada terakhir dan pola intonasi
kalimat pertanyaan. Nada akhir kalimat pertanyaan ditandai dengan tanda Tanya
(?) dalam bahasa tulisan.
Contoh :
Kakak sudah menikah?
Mengapa anak itu tidak tidur?
Siapa pemilik rumah itu?
3.
Kalimat perintah adalah kalimat yang dibentuk untuk
memancing responsi yang berupa tindakan (Samsuri, 1985:276-278). Kalimat
perintah ditandai dengan tanda seru (!). tetapi penggunaan seru ini biasanya
tidak dipakai kalau sifat perintah itu menjadi lemah, demikian juga predikatnya
diikuti oleh partikel-lah. Kalimat perintah dapat bersifat negative. Untuk
menegatifkan kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan
pada bagian awal kalimat. Kaliamat perintah yang besifat negative beubah
menjadi larangan.
Contoh :
Masuklah!
Marilah kita belajar bersama-sama!
Jangan membuang sampah di sembarang tempat!
Berdasarkan
hubungan actor-aksi, kalimat dapat dibedakan atas :
1. Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku actor. Subjek
kalimat aktif berperan sebagai perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Predikat kalimat aktif tediri atas verba transitif dan verba intransitive.
Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata yang berfungsi sebagai perdikat
kalimat aktif ialah meN- dan ber- yang dapat dikombinasikan
dengan –I atau –kan.
Contoh :
Anak itu
memetik bunga di taman.
Ayah
membelikan kakak baju baru.
Pembantu itu
sedang menyapu halaman.
2.
Kalimat pasif adalah kalimat yanmhg subjeknya berperan
sebagai penderita. Subjek dalam kalimat pasif berperan sebagai penderita
perbuatan yang dinyatakan oleh predikat kalimat tersebut.
Predikat
kalimat pasif terdiri atas verba verba yang berpredikat di- yang dapat bekombinasi
dengan sufiks –i dan –kan, beprefiks ter-, berkonfiks ke-an, dan verba yang
didahului oleh pronominal persona (Samsuri, 1985:434)
Contoh :
Badannya dilumuri minyak.
Kita apakan barang-barang ini?
Tidak terlihat olehku benda yang kau tujukan itu.
3.
Kalimat medial adalah kalimat yang subjeknya berperan
baik sebagai pelaku maupun sebagai penderita perbuatan yang dinyatakan oleh
predikat tersebut.
Contoh :
Jangan menyiksa diri sendiri.
Wanita itu berhias di depan cermin.
4.
Kalimat respirokal adalah kalimat yang subjek dan
objeknya melakukan sesuatu pebuatan yang berbalas-balasan. Verba yang berfungsi
sebagai predikat pada kalimat respirokal adalah verba yang beprefiks me- yang
didahului oleh kata dasarnya, verba berulang yang berkombinasi dengan konfiks ber-kan,
verba dasar yang diikuti oleh kata baku, dan saling yang diikuti oleh veba yang
berprefiks me- atau me-i/kan (Samsuri, 1985:198).
Contoh :
Kedua Negara itu tuduh-menuduh tentang pelanggaran perbatasan.
Dua bersaudara itu saling mencintai dan saling menyayangi.
Pemuda-pemuda tanggung itu berbaku hantam d tanah lapang.
Bedasarkan
ada tidaknya unsure negative pada klausa utama, kalimat dibedakan atas :
1. Kalimat
firmatif, yaitu kalimat yang berpredikat utamanya tidak tedapat unsure
negative, peniadaan, atau penyangkalan.
Contoh :
Petani itu membajak sawah.
Di Surabaya diresmikan patung Jendral Sudirman.
Kami mendengar kabar bahwa pemberontakan di Iran sudah berakhir.
2.
Kalimat negative, yaitu kalimat yang predikat utamanya
terdapat unsure negative, peniadaan, atau penyangkalan, seperti tidak, tiada
(tak), bukan, jangan. Unsure negative tidak dipakai di depan verba, adjektiva,
adverbial, dan frase preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Unsure
negatif bukan pada umumnya dipakai di depan nomina/frase nomina dan
pronominal/frase pronominal. Unsure negative jangan digunakan untuk
menegatifkan kalimat printah (samsuri, 1985:250)
Contoh :
Sedikitpun aku tidak ingin berbuat jahat.
Bukan buku itu yang saya cari.
Jangan kau biarkan adikmu bergaul dengan dia.
5)
Jenis-jenis penalaran:
·
Perluasan (generalisasi)
·
Penyempitan (spesialisasi)
·
Penurunan (peyorasi)
·
Peninggian (ameliorasi)
·
Sinestesia
·
Asosiasi
·
Perubahan Makna Total
·
Penghalusan (eufimisme
·
Pengasaran (disfemia)
6)
Penjelasan
penalaran beserta contohnya:
·
Perluasan (generalisasi)
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya.
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya.
Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti
“mengarungi lautan dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut
dengan berbagai macam kapal” (Darmawati, 2008).
·
Penyempitan (spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147).
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147).
Misalnya kata sarjana yang tadinya bermakna “orang
cerdik pandai”, tetapi kini bermakna “lulusan perguruan tinggi” seperti pada
kalimat Ardi adalah seorang sarjana sastra dari Univeristas Indonesia.
·
Peninggian (ameliorasi)
Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi dari asalnya.
Ameliorasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi dari asalnya.
Contoh: kata wanita yang dahulu berarti “perempuan
biasa” sekarang menjadi “perempuan yang dihormati”.
·
Penurunan (peyorasi)
Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang kurang menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami peyorasi. Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami peyorasi menjadi “uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu menjual amplop dengan kalimat pejabat itu mendapat amplop.
Menurut Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata dan pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang kurang menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami peyorasi. Misalnya kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami peyorasi menjadi “uang sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu menjual amplop dengan kalimat pejabat itu mendapat amplop.
·
Sinestesia
Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Menurut Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda.
Contoh: kata pedas yang dahulu hanya digunakan untuk
menggambarkan rasa cabe (indera pengecap) sekarang berarti “kasar”, “melukai perasaan”
(indera pendengaran).
·
Asosiasi
Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Asosiasi (Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat
menyimpan surat” sekarang berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada
amplop)”.
·
Perubahan Makna Total
Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya.
Menurut Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga menambahkan makna yang dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya.
Misalnya kata ceramah dahulu bermakna “cerewet,
banyak cakap”, sekarang bermakna “uraian mengenai suatu hal di muka orang banyak”.
·
Penghalusan (eufimisme)
Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih halus atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315).
Penghalusan adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih halus atau lebih sopan (Chaer, 2003: 314-315).
Misalnya kata korupsi diganti dengan ungkapan
menyalahgunakan jabatan. Kata menyalahgunakan dianggap lebih halus atau lebih
sopan dari kata korupsi. Kata pemecatan diganti dengan ungkapan pemutusan
hubungan kerja.
·
Pengasaran (disfemia)
Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau ungkapan memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.
Menurut Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Misalnya kata mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau ungkapan memasukkan ke penjara diganti dengan menjebloskan ke penjara.
7)
Lima jenis karangan:
a. Narasi
b. Deskripsi
c.
Eksposisi
d. Argumentasi
e. Persuasi
8)
Penjelasan dan contoh dari kelima jenis karangan:
a. Narasi
Secara
sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik
merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga
unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan
berdasarkan plot atau alur.Narasi dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut
narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi
sugestif. Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah
pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung,
ataupun cergam.
Pola narasi secara sederhana
berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
·
Awal narasi biasanya berisi pengantar
yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar
dapat mengikat pembaca.
·
Bagian tengah
merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks,
secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
·
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan
bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada
pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca
untuk menebaknya sendiri.
Langkah
menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui
proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan menggali ide. Oleh karena itu, cerita dirangkai
dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat disingkat menjadi adik
simba.
- (What) Apa yang akan diceritakan,
- (Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
- (When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
- (Who) Siapa pelaku ceritanya
- (Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
- (How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contohnya:
Soekarno
mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Soekarno bersama Mohammad Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948. Soekarno dikembalikan ke Yogya dan dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
Contoh narasi berisi fakta: saya hari
ini akan tidur dan akan mati untuk selamanya
b. Deskripsi
Karangan yang menggambarkan sesuatu atau melukiskan
sesuatu,sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, merasakan, atau mengalami
sendiri seperti hal atau sesuatu yang dideskripsikan.
Contohnya:
Tepat pukul
06.00 aku terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok seolah
menyanyi sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. serta dapat ku lihat
burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan.
Dari timur sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya.
Aku berjalan ke halaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah jalan besar
untuk berlalu lintas dari kejauhan tampak sawah-sawah milik petani yang
ditanami padi masih berwarna hijau terlihat sangat sejuk, indah, dan damai.
Dari kejauhan pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang
belum ditanami tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk
makan binatang peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Didesaku
rata-rata penduduknya sebagai petani. Pagi ini terlihat sangat sibuk, di
jalan" terlihat ibu-ibu yang sedang berjalan menuju pasar untuk berjualan
sayur. Tetanggaku seorang peternak bebek yang juga tidak kalah sibuknya dengan
orang". Pagi-pagi sekali dia berjalan menggiring bebeknya kerawah dekat
sawah untuk mencari makan, bebek yang pintar berbaris dengan rapi
pengembalanya. Sungguh pemandangan yang sangat menarik dilihat ketika kita
bangun tidur. Dihalaman rumah kakekku yang menghadap ketimur terdapat
pohon-pohon yang rindang, ada pohon mangga yang berbuah sangat lebat, disamping
kiri potehon mangga dapat pula pohon jambu air yang belum berbuah karena belum
musimnya. Dan disebelah kanan rumah ada pohon rambutan yang buahnya sangat
manis rasanya. sungguh pemandangan yang sangat indah yang sangat asri dan damai
ini adalah tempat tinggal kakek ku dan tempat kelahiran ku. Desa yang bernama
NAMBAHDADI ini adalah tempat yang paling aku kunjungi saat liburan. Selain bisa
bertemu kakek dan nenek aku juga bias melihat pemandangan yang indah nan damai.
c.
Eksposisi
Karangan
yang bersifat memaparkan, menjelaskan, menerangkan, atau menguraiakan proses
terjadinya sesuatu.
Langkah
menyusun eksposisi:
* Menentukan
topik/tema
* Menetapkan
tujuan
*
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
* Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
*Mengembangkan
kerangka menjadi karangan eksposisi.
Contohnya:
Baru-baru ini, para ahli purbakala menemukan sebuah jaring laba-laba kuno di Timur Tengah. Menurut penelitian, jaring laba-laba yang tersimpan dalam batu ambar tersebut berusia sekitar 120 juta tahun. Batu ambar dulunya berasal dari getah pepohonan. Setelah berusia jutaan tahun, getah tersebut mengeras seperti batu. Karena getah tersebut berwarna bening, maka bagian tengah batu ambar pun terlihat dengan jelas. Biasanya batu ini berisi berbagai hewan kecil pada jaman purba, seperti serabngga dan laba-laba. Karena sangat keras, maka isi di dalamnya pun tersimpan dengan aman selama jutaan tahun.
Baru-baru ini, para ahli purbakala menemukan sebuah jaring laba-laba kuno di Timur Tengah. Menurut penelitian, jaring laba-laba yang tersimpan dalam batu ambar tersebut berusia sekitar 120 juta tahun. Batu ambar dulunya berasal dari getah pepohonan. Setelah berusia jutaan tahun, getah tersebut mengeras seperti batu. Karena getah tersebut berwarna bening, maka bagian tengah batu ambar pun terlihat dengan jelas. Biasanya batu ini berisi berbagai hewan kecil pada jaman purba, seperti serabngga dan laba-laba. Karena sangat keras, maka isi di dalamnya pun tersimpan dengan aman selama jutaan tahun.
d.
Argumentasi
Karangan ini
bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta
sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran
pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan
sebagai penyokong opini tersebut.
Langkah
menyusun argumentasi:
*Menentukan
topik/tema
*Menetapkan
tujuan
*Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
*Menyusun
kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
*Mengembangkan
kerangka menjadi karangan argumentasi
Contohnya:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan karena dengan jiwa
kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat berjalan dengan sukses. Jiwa
kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai dan sifat kepribadian yang
luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab, berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta
terhadap sesama. Semua sifat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung pembangunan
di berbagai bidang.
e.
Persuasi
Karangan ini
bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang besifat
mengajak. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik berupa
perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan penulis
dalam karangannya.
Langkah menyusun persuasi:
*Menentukan
topik/tema
*Merumuskan
tujuan
*Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
*Menyusun
kerangka karangan
*Mengembangkan
kerangka karangan menjadi karangan persuasi
Contohnya:
Salah satu
penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran
pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu
mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat
yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga, karena semua itu perlu
proses dan cara yang berlanjut.
9)
Jenis-jenis imbuhan:
ü Awalan (Prefiks)
ü Sisipan (Infiks)
ü Akhiran (Sufiks)
ü Awalan Dan Akhiran (Konfiks)
10) Penjelasan
dan contoh dari jenis-jenis imbuhan:
ü Awalan (Prefiks)
Awalan
adalah imbuhan yang diberikan di awal kata.
Contoh : me-, ber- di-, ke-, pe-, ter-
·
Awalan me –
Pemakaian
awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-
Contoh :
melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan
mengecat
Makna awalan me- :
1.
Melakukan perbuatan/tindakan.
Contoh
: mengambil, menjual.
2.
Melakukan perbuatan dengan alat.
Contoh
: memotong, menyapu.
3.
Menjadi atau dalam keadaan.
Contoh
: menurun, meluap.
4.
Membuat kesan.
Contoh
: mengalah, membisu.
5.
Menuju ke.
Contoh :
mendarat, menepi.
6.
Mencari.
Contoh
: mendamar, merotan.
·
Awalan di-
Awalan di
mempunyai makna suatu perbuatan aktif. Awalan di- merupakan kebalikan dari
awalan me- yang bermakna aktif.
Contoh :
di + siram
à disiram
di + tanam à
ditanam
di +
beli à dibeli
·
Awalan ber-
Pemakaian
awalan ber- mempunyai kaidah sebagai berikut.
1.
Apabila diikuti kata dasar yang berhuruf (r) dan beberapa kata dasar yang suku
pertamanya berakhir huruf (er), bentuk awalan ber berubah menjadi be-.
Contoh :
ber + rantai à berantai
ber +
kerja à bekerja
2.
Apabila awalan ber- bertemu dengan kata dasar ajar, ber- berubah menjadi bel-
Contoh
: ber + ajar à
belajar
3.
Apabila awalan ber- diikuti kata dasar selain yang disebutkan di atas, ber-
tetap tanpa perubahan.
Contoh
: ber + lari
à berlari
ber +
nyanyi à bernyanyi
Makna awaln ber-
1. Mempunyai.
Contoh : beranak, berhasil
2.
Memakai/menggunakan/mengendarai.
Contoh : bersepeda, bersepatu
3. Mengeluarkan.
Contoh : berkata, bertelur
4. Menyatakan sikap
mental.
Contoh : berbahagia, berbaik hati.
5. Menyatakan jumlah.
Contoh : berdua, berempat.
·
Awalan Pe-(N)
Pemakaian
awalan pe-(n) memiliki variasi sebagaimana yang berkalu pada awalan me-(n).
Makna awalan
pe-(n) :
1.
Menyatakan yang melakukan perbuatan.
Contoh
: penulis, pembaca.
2.
Menyatakan pekerjaan.
Contoh
: perpanjang, perlebar.
3.
Menyatakan alat.
Contoh
: penghapus, penggaris.
4.
Menyatakan memiliki sifat.
Contoh
: pemaaf, pemalu.
5.
Menyatakan penyebab.
Contoh
: pemanis, pemutih
·
Awalan Ke-
Makna awalan ke-
1. Menyatakan kumpulan
yang terdiri dari jumlah.
Contoh : kesebelasan.
2. Menyatakan urutan.
Contoh : kesatu, kedua, ketiga
·
Awalan ter-
1.
Awalan ter- hampir sama dengan awalan di-. Awalan ter- berfungsi untuk
membentuk kata kerja pasif.
Contoh : ter + tendang
à tertendang
ter
+ bakar à terbakar
2. Awalan ter- ada pula
yang termasuk golongan kata sifat.
Contoh : ter +
pandai à terpandai
ter
+ kecil
à terkecil
Ø Makna awalan
ter-
1. Sudah di atau dapat
di.
Contoh : tertutup, terbuka.
2. Ketidaksengajaan.
Contoh : terbawa, terlihat.
3. Tiba-tiba.
Contoh : teringat, terjatuh.
4. Dapat atau
kemungkinan.
Contoh : ternilai, terbagus.
5. Pelaing atau super.
Contoh : terpandai, tertua.
·
Awalan Pe-
Umumnya
tidak bias digunakan secara mandiri. Pemakaian awlan per- membutuhkan
imbuhan lain misalnya –kan dan –an.
Contoh
:
per-kan +
kembang à perkembangan
per-an
+ usaha à
perusahaan
·
Awalan Se-
Makna awalan se-
1. Menyatakan satu.
Contoh : selembar, seribu.
2. Menyatakan seluruh.
Contoh : sekota, sedesa.
3. Menyatakan sama.
Contoh : sepandai, seindah.
4. Menyatakan setelah.
Contoh : sekembali
ü Sisipan (Infiks)
Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata.
Contoh : -el, -em, dan –er.
Makna
sisipan :
1.
Menyatakan internsitas atau frekuensi.
Contoh :
geletar, gemetar
2.
Menyatakan banyak dan bermacam-macam.
Contoh
: temali, gemerincing
3.
Memiliki sifat yang disebut dalam kata dasarnya.
Contoh
: temurun, gemilang, telunjuk, pelatuk, gelembung,
telapak
ü Akhiran (Sufiks)
Imbuhan yang diberikan di akhir kata.
Contoh : -kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.
·
Akhiran -i
Makna akhiran –I :
1. Mengandung arti
membentuk kalimat perintah.
Contoh :Turuti perintahnya !
2. Menyebabkan sesuatu
jadi.
Contoh :menyakiti hati, menghargai dia
3. Menyarakan intensitas
(pekerjaan yang berulang-ulang)
Contoh :menembaki, memukuli
·
Akhiran –kan
Makna akhiran –kan :
1. Secara umum
mengandung arti perintah.
Contoh :Dengarkan baik-baik !
2. Menyatakan sebagai
alat atau membuat dengan.
Contoh :menusukkan pisau, melemparkan batu
3. Menyebabkan atau menjadikan
sesuatu.
Contoh :membesarkan, menjatuhkan
4.
Menyatakan arti bahwa suatu pekerjaan dilakukan untuk orang lain.
Contoh :meminjamkan, mengembalikan
5. Mentransitifkan kata
kerja ke dinding
Contoh :memantulkan
·
Akhiran –an
Makna akhiran –an
1. Menyatakan tempat.
Contoh : pangkalan, kubangan
2. Menyatakan alat.
Contoh : ayunan, timbangan
3. Menyatakan hal atau
cara.
Contoh : didikan, pimpinan
4. Menyatakan akibat,
hasil perbuatan.
Contoh : hukuman, balasan
5. Menyatakan sesuatu
yang di.
Contoh : catatan, suruhan
6. Menyatakan seluruh,
kumpulan.
Contoh : lautan, sayuran
7. Menyatakan
menyerupai.
Contoh : anak-anakan,
kuda-kudaan
8. Menyatakan tiap-tiap.
Contoh : tahunan, mingguan
9. Menyatakan mempunyai
sifat.
Contoh : asinan, manisan
·
Akhiran –isme dan –isasi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
-Makna akhiran –isme adalah paham atau ajaran :
Contoh : komunisme,
animisme, liberalisme
-Makna akhiran –isasi adalah proses atau menjadikan
sesuatu.
Contoh : swastanisasi,
lebelisasi
·
Akhiran – i , – iah, – is, – wi
Merupakan jenis imbuhan serapan.
- i berasal dari bahasa Inggris.
- iah, – is, – wi berasal dari bahasa Arab
Makna akhiran – i, – iah, – is, – wi adalah membentuk
kata sifat.
Contohnya:
Insan :
memiliki sifat keinsanian
Alamiah : memiliki
sifat alamiah, natural
Agamais : menujukkan
sifat orang yang taat beragama
Manusiawi : bersifat
kemanusiaa
ü Awalan Dan Akhiran (Konfiks)
Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang
berupa gabungan dari awalan dan akhiran.
Contoh : me-kan, pe-an,
ber-an, se-nya, meper-kan
-Awalan dan Akhiran me-kan,
dan memper-kan
·
Makna me-kan:
1. Melakukan pekerjaan
orang lain.
Contoh : Adik memesankan ibu
makanan.
2. Menyebabkan atau
membuat jadi.
Contoh : Lemparan bola itu
memecahkan kaca jendela kamar.
3. Melakukan perbuatan.
Contoh : Gajah
menyemburkan air dari belalainya.
4. Mengarahkan.
Contoh : Ayah meminggirkan kendaraannya.
5. Memasukkan.
Contoh :
Polisi memenjarakan penjahat itu di tahanan POLDA.
·
Makna memper-kan
:
1. Menyebabkan atau
membuat jadi :
Contoh : Rini mempertotonkan
kebolehannya bermain biola.
-Awalan dan Akhiran ber – an
Makna :
1.
Menyatakan jumlah pelaku yang banyak.
Contoh :
berdatangan, berterbangan
2.
Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang
Contoh :
bergulingan, berlompatan
3.
Menyatakan hubungan antara dua pihak.
Contoh :
bersamaan, bersebelahan, berduaan.
4.
Menyatakan hubungan timbal balik.
Contoh
: bersahutan, bersalaman
-Awalan dan Akhiran pe – an
Makna :
1. Menyatakan hal
Contoh : pendidikan, penanaman
2. Menyatakan proses
atau perbuatan.
Contoh : pendaftaran,
penelitian.
3. Menyatakan hasil.
Contoh : pengakuan,
peghasilan
4. Menyatakan tempat.
Contoh : penampungan, pemandian
5. Menyatakan alat.
Contoh :
penglihatan, pendengaran
-Awalan dan Akhiran per- an
Makna :
1. Menyatakan tempat.
Contoh : perhentian, perusahaan
2. Menyatakan daerah.
Contoh : perempatan, pertigaan
3. Menyatakan hasil
perbuatan.
Contoh : pertahanan, perbuatan
4. Menyatakan perihal.
Contoh : perbukuan,
perkelahian
5. Menyatakan banyak.
Contoh : persyaratan, persaudaraan
-Awalan dan Akhiran se –nya
Makna :
1.
Menyatakan makna tingkatan yang paling tinggi yang
dapat dicapai.
Contoh
: sebagus-bagusnya,
setinggi-tingginya
1.
Sering disertai dengan kata ulang.
Contoh
: sebaik-baiknya, semerah-merahnya
11) Jenis-jenis
kata ulang:
Kata ulang murni atau pengulangan
seluruh atau dwilingga
Kata ulang berimbuhan atau kata ulang
sebagian
Kata ulang berubah bunyi atau bervariasi
fonem
Kata ulang suku awal atau dwipurwa
kataulang semu atau kata dasar berulang
12) Penjelasan
dan contoh jenis-jenis kata ulang:
Kata ulang adalah kata jadian yang
terbentuk dengan pengulangan kata.
Bentuk kata ulang :
Kata ulang murni atau pengulangan seluruh atau
dwilingga, yaitu pengulangan seluruh kata dasar.
Contoh : -ibu-ibu w hitam-hitam
-kuda-kuda w danau-danau
Contoh : -ibu-ibu w hitam-hitam
-kuda-kuda w danau-danau
Kata ulang berimbuhan atau kata ulang sebagian,
yaitu bentuk pengulangan kata dengan mendapat awalan, sisipan,akhiran atau
gabungan imbuhasebelum atau sesudah kata dasarnyadiulang.
Contoh :- berlari-lari
– bermain-main
- menari-nari – hormat-menghormati
- bunga-bungaan – kekanak-kanakan
- menari-nari – hormat-menghormati
- bunga-bungaan – kekanak-kanakan
Kata ulang berubah bunyi atau bervariasifonem,
baik vokal maupun konsonan.
Contoh :- lauk-pauk
- serta-merta
- warna-warni
- gerak-gerik- mondar-mandir
- serta-merta
- warna-warni
- gerak-gerik- mondar-mandir
Kata ulang suku awal atau dwipurwa, yaitubentuk
pengulangan suku pertama kata dasarnya, biasanya disertai variasi e pepet.
Contoh :- lelaki
laki-laki ~ lalaki ~ lelakiè
- sesama
sama-sama ~ sasama ~ sesamaè
- tetangga
tangga-tangga ~ tatangga ~ tetanggaè
laki-laki ~ lalaki ~ lelakiè
- sesama
sama-sama ~ sasama ~ sesamaè
- tetangga
tangga-tangga ~ tatangga ~ tetanggaè
Selain bentuk kata
ulang di atas, terdapat kataulang semu atau kata dasar berulang.
Contoh :
- cumi-cumi
- cumi-cumi
- paru-paru
- laba-laba
- laba-laba
- pura-pura
- biri-biri
- biri-biri
-kura-kura
- kupu-kupu
- kunang-kunang
- kupu-kupu
- kunang-kunang
13) Jenis-jenis
perubahan makna:
A.
Perluasan(generalisasi)
B.
Penyempitan(spesialisasi)
C.
Peninggian(ameliorasi)
D.
Penurunan(peyorasi)
E. Sinestesia
F.
Asosiasi
G. Perubahan
Makna Total
H. Penghalusan(eufimisme)
I. Pengasaran(disfemia)
14) Penjelasan
dan contoh enis-jenis perubahan makna:
A. Perluasan(generalisasi)
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya. Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai macam kapal” (Darmawati, 2008).
Perluasan makna kata terjadi apabila makna kata sekarang lebih luas dari makna asalnya. Contoh: kata berlayar yang dahulu berarti “mengarungi lautan dengan kapal layar” sekarang berganti menjadi “pergi kelaut dengan berbagai macam kapal” (Darmawati, 2008).
B. Penyempitan(spesialisasi)
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147). Misalnya kata sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini bermakna “lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang sarjana sastra dari Univeristas Indonesia.
Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang cukup luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja (Chaer, 1990: 147). Misalnya kata sarjana yang tadinya bermakna “orang cerdik pandai”, tetapi kini bermakna “lulusan perguruan tinggi” seperti pada kalimat Ardi adalah seorang sarjana sastra dari Univeristas Indonesia.
C.Peninggian(ameliorasi)
Ameliorasi
(Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang nilai rasanya lebih tinggi
dari asalnya. Contoh: kata wanita yang dahulu berarti “perempuan biasa”
sekarang menjadi “perempuan yang dihormati”.
D.Penurunan(peyorasi)
Menurut
Parera (2004: 128) berdasarkan latar belakang pemakaian makna kata dan
pengalaman pemakaian makna kata dalam situasi dan konteks yang kurang
menyenangkan, maka makna kata tersebut cenderung mengalami peyorasi. Misalnya
kata amplop dalam konteks tertentu telah mengalami peyorasi menjadi “uang
sogokan”. Hal ini terlihat pada kalimat warung itu menjual amplop dengan
kalimat pejabat itu mendapat amplop.
E.Sinestesia
Menurut
Darmawati (2008) sinestesia adalah perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan
antara dua indera yang berbeda. Contoh: kata pedas yang dahulu hanya
digunakan untuk menggambarkan rasa cabe (indera pengecap) sekarang berarti
“kasar”, “melukai perasaan” (indera pendengaran).
F.Asosiasi
Asosiasi
(Darmawati, 2008) adalah perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan
sifat. Contoh: kata amplop yang dahulu berarti “tempat menyimpan surat”
sekarang berarti “uang suap (biasanya ditempatkan pada amplop)”.
G.Perubahan Makna Total
Menurut
Chaer (1990: 147) perubahan makna total adalah berubahnya sama sekali makna
sebuah kata dari makna asalnya. Chaer (2003: 314) juga menambahkan makna yang
dimiliki sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya. Misalnya kata
ceramah dahulu bermakna “cerewet, banyak cakap”, sekarang bermakna “uraian mengenai
suatu hal di muka orang banyak”.
H.Penghalusan(eufimisme)
Penghalusan
adalah upaya mengganti kata-kata sehingga maknanya lebih halus atau lebih sopan
(Chaer, 2003: 314-315). Misalnya kata korupsi diganti dengan ungkapan
menyalahgunakan jabatan. Kata menyalahgunakan dianggap lebih halus atau lebih
sopan dari kata korupsi. Kata pemecatan diganti dengan ungkapan pemutusan
hubungan kerja.
I.Pengasaran(disfemia)
Menurut
Chaer (1990: 149) pengasaran adalah usaha untuk mengganti kata yang maknanya
halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Misalnya kata
mengambil diganti dengan kata mencaplok; atau ungkapan memasukkan ke penjara
diganti dengan menjebloskan ke penjara.
15) Macam-macamnya
teknik pidato:
(a)Metode Naskah
(b)Metode Menghafal
(c) Metode Spontanitas
(d) Metode Penjabaran Kerangka
16) Penjelasan
tentang macam-macamnya teknik pidato:
(a)Metode Naskah,
yaitu pidato yang digunakan untuk pidato resmi
dan dibacakan secara langsung. Cara demikian dilakukan agar tidak terjadi
kekeliruan, karena setiap kata yang diucapkan dalam situasi resmi, akan
disebarluaskan dan dijadikan figur oleh masyarakat dan dikutuip oleh media
massa.
(b)Metode Menghafal,
yaitu
naskah yang telah dipersiapkan sebelumnya bukan untuk dibaca, melainkan untuk
dihafal.
(c) Metode Spontanitas,
yaitu metode pidato yang tidak dilakukan
persiapan/pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya
oleh orang-orang yang akan tampil secara mendadak.
(d) Metode Penjabaran Kerangka.
yaitu
metode berpidato dengan menjabarkan
materi pidato yang terpola secara lengkap adalah teknik yang sangat dianjurkan
dalam berpidato. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan harus
disiapkan garis-grais besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap
paling penting untuk disampaikan.
17) Penjelasan
tentang singkatan dan akronim:
·
Singkatan
ialah bentuk
yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
·
Akronim
ialah
singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
*Keterangan:
Khusus untuk
pembentukan akronim, hendaknya memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang
lazim pada kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengn mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Pedoman
pembentukan singkatan dan akronim diatur dalam Keputusan Mendikbud RI Nomor
0543a/U/198, tanggal 9 September 1987 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
1. Singkatan
a. Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya :
Muh. Yamin
Suman Hs.
M.B.A. (master of
business administration)
M.Sc. (master of
science)
S.Pd. (Sarjana
Pendidikan)
Bpk. (bapak)
Sdr. (saudara)
Kol. (Kolonel)
b. Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
capital dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya :
MPR (Majelis
Perwakilan Rakyat)
PGRI (Persatuan
Guru Republik Indonesia)
KTP (Kartu
Tanda Penduduk)
c. Singkatan
umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu titik.
Mislnya :
dsb. (dan
sebagainya)
hlm. (halaman)
sda. (sama
dengan atas)
d. Singkatan
umum yang terdiri atas dua huruf, setiap huruf diikuti titik.
Mislnya :
a.n. (atas nama)
d.a. (dengan
alamat)
u.b. (untuk
beliau)
u.p. (untuk
perhatian)
e. Lambang
kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik.
Misalnya :
Cu (kuprum)
cm
(sentimeter)
l (liter)
kg (kilogram)
Rp (rupiah)
2. Akronim
a. Akronim nama
diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya :
ABRI (Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia)
LAN (Lembaga
Administrasi Negara)
SIM (surat izin
mengemudi)
b. Akronim nama
diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri (Akademi
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
Iwapi (Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia)
Sespa (Sekolah
Staf Pimpinan Administrasi)
Pramuka (Praja Muda
Karana)
c. Akronim
yang buka nama diri yang berupa gabungan, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu( pemilihan
umum)
rapim (rapat
pimpinan)
rudal (peluru
kendali)
tilang (bukti
pelanggaran)
18) Contoh
penulisan daftar pustaka dengan 4 nama:
Nama penulis lebih dari satu kata
Jika nama penulis
terdiri atas 2 nama atau lebih, cara penulisannya menggunakan nama keluarga
atau nama utama diikuti dengan koma dan singkatan nama-nama lainnya masing-masing
diikuti titik.
Contoh :Soeparna Darmawijaya ditulis :
Darmawijaya, S.
Shepley
L. Ross ditulis : Ross, S. L.
Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama utama atau nama
keluarga yang diikuti dengan singkatan, ditulis sebagai nama yang menyatu.
Contoh : Mawardi A.I. ditulis : Mawardi, A.I.
William
D. Ross Jr., ditulis Ross Jr., W.D.
Nama dengan garis penghubung
Nama yang lebih dari
dua kata tetapi merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dirangkai dengan
garis penghubung.
Contoh : Ronnie McDouglas ditulis:
McDouglas, R.
Hassan El-Bayanu ditulis:
El-Bayanu, H.
Edwin van de Sart
ditulis: van de Sart, E.
19) Bagian-bagian
surat dinas:
1.
Kepala Surat.
Berisi nama
organisasi, lambang organisasi, alamat dan garis penutup.
2.
Tanggal Surat.
Diketik di sebelah kanan sebaris
dengan nomor surat jika ada kepala surat, tanggal tidak diberi tempat/ daerah
pembuatan surat.
3.
Nomor Surat.
Berisikan nomor urut surat, kode jabatan, kode unit kerja, kode hal, dan tahun pembuatan
surat.
4.
Lampiran Surat.
Diketik di
bawah nomor dan tidak diketik apabila tidak ada yang dilampirkan.
5.
Hal Surat.
Diketik dibawah kata lampiran.
6.
Alamat yang dituju.
Diketik dibawah kata hal dan
diawali dengan singkatan Yth. Kemudian diikuti nama orang yang
dituju.Nama tempat alamat tujuan surat tidak didahului kata di.
7.
Paragraf pembuka surat.
Awal kalimat pembuka diketik di
bawah dan sejajar dengan alamat tujuan surat.
8.
Paragraf isi surat
Berisikan
uraian dari inti surat.
9.
Paragraf penutup surat.
Berisikan kalimat penutup yang mengakhiri Surat Dinas.
10.
Penutup surat Dinas :
Nama jabatan penanda tangan,
Tanda tangan,
Nama pejabat,
Nomor Induk Pegawai (NIP),
Tembusan, (jika ada).
20) Unsur
intrinsik karya satra:
Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
21) Penjelasan unsur Intrinsik Karya Sastra:
Unsur intrinsik karya satra:
adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
Contoh unsur intrinsik:
• Contoh-contoh Unsur Intrinsik Menurut M. Saleh Saad
tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pusat pengisahan.
• Unsur intrinsik prosa menurut Stanton adalah:
(1) tokoh
(2) alur
(3) latar,
(4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
CATATAN:
Ada sementara orang yang masih memisahkan istilah struktur (bentuk) dengan tema/ amanat/ isi. Akan tetapi pada perkembangan terakhir cenderung memandang struktur sebagai keseluruhan bangunan karya sastra. Jadi isi, tidak terpisah dari bentuk.
adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
Contoh unsur intrinsik:
• Contoh-contoh Unsur Intrinsik Menurut M. Saleh Saad
tokoh, peristiwa, latar, alur, dan pusat pengisahan.
• Unsur intrinsik prosa menurut Stanton adalah:
(1) tokoh
(2) alur
(3) latar,
(4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
CATATAN:
Ada sementara orang yang masih memisahkan istilah struktur (bentuk) dengan tema/ amanat/ isi. Akan tetapi pada perkembangan terakhir cenderung memandang struktur sebagai keseluruhan bangunan karya sastra. Jadi isi, tidak terpisah dari bentuk.
Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa
adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
Keterangan:
q Karakter/tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa- peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat
Keterangan:
q Karakter/tokoh adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa- peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
Keterangan:
Pembedaan Tokoh:
A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character)
yaitu tokoh yang diutamakan
penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character)
penceritaan relatif pendek (tidak
mendominasi)
B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis
memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
• Tokoh protagonis adalah tokoh yang:
1. kita kagumi
2. Pengejawantahan norma-norma
3. pengejawantahan nilai-nilai ideal
4. menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita
5. pengejawantahan harapan-harapan kita
2. Antagonis
- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
- beroposisi dengan tokoh protagonis
- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)
Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Bagaimana memilah antara tokoh antagonis dan protagonis?
• menentukannya memang tidak mudah
• tokoh yang tak mencerminkan harapan dan norma kita kadang justru yang diberi simpati
• kemungkinan tokoh yang lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan visinya lebih banyak mendapat simpati.
• misalnya seorang penjahat jika cerita ditulis dari kacamata seorang penjahat, maka simpati akan tertuju padanya.
• pencuri, pembunuh, pemerkosa, penipu, bisa mendapatkan simpati pembaca jika diberi kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara faktual ia dibenci oleh masyarakat.
C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat
Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round
Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.
Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis
adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
• Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih
E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal
pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral
tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
Pembedaan Tokoh:
A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character)
yaitu tokoh yang diutamakan
penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character)
penceritaan relatif pendek (tidak
mendominasi)
B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis
memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
• Tokoh protagonis adalah tokoh yang:
1. kita kagumi
2. Pengejawantahan norma-norma
3. pengejawantahan nilai-nilai ideal
4. menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan kita
5. pengejawantahan harapan-harapan kita
2. Antagonis
- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
- beroposisi dengan tokoh protagonis
- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)
Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.
Bagaimana memilah antara tokoh antagonis dan protagonis?
• menentukannya memang tidak mudah
• tokoh yang tak mencerminkan harapan dan norma kita kadang justru yang diberi simpati
• kemungkinan tokoh yang lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan visinya lebih banyak mendapat simpati.
• misalnya seorang penjahat jika cerita ditulis dari kacamata seorang penjahat, maka simpati akan tertuju padanya.
• pencuri, pembunuh, pemerkosa, penipu, bisa mendapatkan simpati pembaca jika diberi kesempatan untuk menyampaikan visinya, walaupun secara faktual ia dibenci oleh masyarakat.
C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat
Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round
Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.
Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.
D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis
adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
• Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih
E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal
pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral
tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi.
q Plot /alur adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.
q Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu.
θ
Konflik
Konflik adalah pergumulan yang dialami oleh karakter
dalam cerita dan . Konflik ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada
akhirnya membentuk plot. Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis
besar:
-Konflik internal
Individu-diri
sendiri: Konflik
ini tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang
timbul dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan
karakter akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
-Konflik eksternal Individu – Individu: konflik
yang dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
θ Tema adalah gagasan pokok yang
terkandung dalam drama yang berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama
itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.
q Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.
q Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.
θ Sudut pandang
Sudut pandang yang dipilih penulis untuk
menyampaikan ceritanya.
·
Orang
pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan
penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak
mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari
teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
·
Orang
kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini
jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
·
Orang
ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka
dan dia.
22) Unsur
ekstrinsik karya sastra:
1) Keadaan
subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup
yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
2) Keadaan
psikologis, baik psikologis pengarang, psikologis pembaca,
maupun penerapan prinsip psikologis dalam karya.
4) Pandangan
hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
dll.
23) Penjelasan unsur
ekstrinsik karya sastra:
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur
yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
karya sastra. Secara lebih spesifik dapat dikatakan bahwa unsur ekstrinsik
berperan sebagai unsur yang mempengaruhi bagun sebuah cerita. Oleh karena itu,
unsur esktrinsik karya sastra harus tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
Unsur-unsur
Ekstrinsik
Sebagaimana halnya unsur intrinsik,
unsur ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur. Menurut Wellek & Warren
(1956), bagian yang termasuk unsur ekstrinsik tersebut
adalah sebagai berikut.
1.
Keadaan subjektivitas individu pengarang
yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup
yang semuanya itu mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya.
2.
Keadaan psikologis, baik psikologis
pengarang, psikologis pembaca, maupun penerapan prinsip psikologis
dalam karya.
4.
Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai
karya seni, agama, dan sebagainya.
Latar
belakang kehidupan pengarang sebagai bagian dari unsur ekstrinsik sangat
mempengaruhi karya sastra. Misalnya, pengarang yang berlatar belakang budaya
daerah tertentu, secara disadari atau tidak, akan memasukkan unsur budaya tersebut ke dalam karya sastra.
Menurut
Malinowski, yang termasuk unsur budaya adalah bahasa, sistem teknologi, sistem
mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian.
Unsur-usnru tersebut menjadi pendukung karya sastra. Sebagai contoh, novel
Siti Nurbaya sangat kental dengan budaya Minangkabau. Hal ini sesuai
dengan latar belakang pengarangnya, Marah Rusli, yang berasal dari daerah
Minangkabau. Begitu pula novel Upacara karya Korrie Layun Rampan yang
dilatarbelakangi budaya Dayak Kalimantan karena pengarangnya berasal dari daerah
Kalimantan.
Begitu
pula dalam Novel Harimau! Harimau! karya Mochtar Lubis, kita akan
menemukan unsur intrinsik berupa nilai-nilai budaya. Terutama, yang berkaitan
dengan sistem mata pencaharian, sistem teknologi, religi, dan kesenian.
Mata pencaharian yang ditekuni para tokoh dalam novel tersebut sebagai pencari
damar dan rotan di hutan. Alat yang digunakan masih tradisional.
Selain
budaya, latar belakang keagamaan atau religiusitas pengarang juga dapat
memengaruhi karya sastra. Misalnya, Achdiat Kartamihardja dalam novel Atheis
dan Manifesto Khalifatullah, Danarto dalam novel
Kubah, atau Habiburahman El-Shirazi dalam Ayat-Ayat Cinta dan
Ketika Cinta Bertasbih.
Latar belakang
kehidupan pengarang juga menjadi penting dalam memengaruhi karya sastra.
Sastrawan yang hidup di perdesaan akan selalu menggambarkan kehidupan
masyarakat desa
dengan segala permasalahannya. Misalnya, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk
karya Ahmad Tohari.
Dengan
demikian, unsur ekstrinsik tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
bangunan karya sastra. Unsur ekatrinsik memberikan warna dan rasa terhadap
karya sastra yang pada akhirnya dapat diinterpretasikan sebagai makna.
Unsur-unsur ektrinsik yang mempengaruhi karya dapat juga dijadikan potret
realitas objektif pada saat karya tersebut lahir. Sehingga, kita sebagai pembaca dapat
memahami keadaan masyarakat dan suasana psikologis pengarang pada saat itu.
24) Jenis-jenis
majas:
Majas perbandingan
1.
Personifikasi
2.
Metafora
3.
Simile/Perumpamaan
4.
Alegori
Majas pertentangan
1.
Hiperbola
2.
Litotes
3.
Ironi
4.
Oksimoron
Majas pertautan
1.
Metonimia
2.
Sinekdoke
3.
Alusio
4.
Inversi
Majas perulangan
1.
Aliterasi
2.
Antanaklaris
3.
Repetisi
4.
Paralelisme
25) Penjelasan
dan contoh dari jenis-jenis majas:
Majas
atau gaya bahasa adalah bahasa kias yang digunakan untuk mempertajam maksud.
Majas perbandingan
5.
Personifikasi, yaitu majas yang
membandingkan benda yang tidak bernyawa seolah-olah dapat bertindak seperti
manusia.
Contoh :
a.
Bulan menangis menyaksikan manusia
saling bunuh.
b.
Daun-daun memuji angin yang telah
menyapanya.
6.
Metafora, yaitu membandingkan dua
hal/benda tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh :
a.
Bumi itu perempuan jalang.
b.
Tuhan adal;ah warga negara yang paling
modern.
7.
Simile/Perumpamaan, yaitu membandingkan
dua hal/benda dengan menggunakan kata penghubung.
Contoh :
a.
Wajahnya bagai bola api.
b.
Tatapannya laksana matahari.
c.
Seperti angin aku melayang kian kemari.
8.
Alegori, membandingkan hal/benda secara
berkelanjutan membentuk sebuah cerita.
Contoh
:
Perjalanan
hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang
kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan
yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
Majas pertentangan
5.
Hiperbola, mempertentangkan secara
berlebih-lebihan.
Contoh :
a.
Saya telah berusaha setengah mati
menyelesaikan soal itu.
b.
Kekayaannya selangit.
6.
Litotes, mempertentangkaan dengan merendahkan
diri.
Contoh :
a.
Kalau sempat mampirlah ke gubukku.
b.
Ah, saya ini khan cuma kacung.
7.
Ironi, mempertentangkan yang bertujuan
menyindir dengan menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan fakta yang
sebenarnya.
Contoh :
a.
Hebat betul, pertanyaan semudah itu
tidak bisa kaujawab.
b.
Rajin betul, jam sepuluh baru datang!
8.
Oksimoron, mempertentangkan secara
berlawanan bagian demi bagian.
Contoh :
a.
Kekalahan adalah kemenangan yang
tertunda.
b.
Kesedihan adalah awal kebahagiaan.
Majas pertautan
5.
Metonimia, menghubungkan ciri benda satu
dengan benda lain yang disebutkan.
Contoh :
a.
Kakakku sedang membaca Pramudya Ananta
Toer.
b.
Belikan aku gudang garam filter.
6.
Sinekdoke, mernyebut sebagian untuk
keseluruhan (pars pro toto) atau keseluruhan untuk sebagian (totum pro part).
Contoh :
a.
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta berhasil
masuk final pertandingan basket.
b.
Roda duanya mogok.
7.
Alusio, mempertautkan hal dengan
peribahasa.
Contoh :
a.
Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat
jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.
b.
Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi
dalam kehidupan kita, semakin berisi semakin tunduk.
8.
Inversi, mengubah susunan kalimat.
Contoh :
a.
Hancurlah hatinya menyaksikan kekasihnya
berpaling ke lelaki lain.
b.
Merahlah mukanya mendengar caci maki
sahabat karibnya.
Majas perulangan
5.
Aliterasi, mengulang bunyi konsonan yang
sama.
Contoh :
a.
Malam kelam suram hatiku semakin muram.
b.
Gadis manis menangis hatinya teriris
iris.
6.
Antanaklaris, memgulang kata yang sama
dengan arti yang berbeda.
Contoh :
a.
Buah hatinya menjadi buah bibir
tetangganya.
b.
Hatinya memintanya berhati-hati.
7.
Repetisi, mengulang-ulang kata, frase,
atau klausa yang dipentingkan.
Contoh :
a.
Di Stella Duce 2 Yogyakarta ia mulai
meraih prestasi, di Stella Duce 2 Yogyakarta ia menemukan tambatan hati, di
Stella Duce 2 Yogyakarta pula ia menunggu hari tuanya.
b.
Tidak ada kata lain selain berjuang,
berjuang, dan terus berjuang.
8.
Paralelisme, mengulang ungkapan yang
sama dengan tujuan memperkuat nuansa makna.
Contoh :
a.
Sunyi itu duka, sunyi itu kudus, sunyi
itu lupa, sunyi itu mati.
b.
Hidup adalah perjuangan, hidup adalah
persaingan, hidup adalah kesia-siaan.
26) Perbedaan
karangan argumentasi dan eksposisi:
Karangan Eksposisi
Karangan Eksposisi
adalah bentuk karangan yang memaparkan,
memberi keterangan, menjelaskan,memberi informasi sejelas-jelasnya mengenai
suatu hal.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
a)
Menjelaskan informasi agar pembaca mengetahuinya
b)
Menyatakan sesuatu yang benar-benar terjadi (data
faktual)
c)
Tidak terdapat unsur mempengaruhi atau memaksakan kehendak
d)
Menunjukkan analisis atau penafsiran secara objektif terhadap
fakta yang ada.
e)
Menunjukkan sebuah peristiwa yang terjadi atau tentang
proses kerja sesuatu
Karangan Argumentasi
Karangan Argumentasi
adalah karangan yang isinya, bertujuan meyakinkan atau mempengaruhi pembaca terhadap suatu masalah
dengan mengemukakan alasan, bukti, dan contoh nyata.
Ciri-ciri/karakteristik
karangan Argumentasi
a) Berusaha
meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui
oleh pembaca
b)
Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta,grafik, tabel,
gambar
c)
Dalam argumentasi pengarang berusaha mengubah
sikap, pendapat atau pandangan pembaca
d)
Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan
keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektivitas
e)
Dalam membuktikan kebenaran pendapat pengarang, kita
dapat menggunakan bermacam-macam pola pembuktian
27) Penjelasan
tentang biografi:
Biografi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu bios yang berarti hidup, dab graphien yang
berarti tulis. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan
seseorang. Biografi, secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah
riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja,
namun juga dapat berupa lebih dari satu buku.
Perbedaannya
adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan
seseorang dan peran pentingnya sementara biografi yang panjang meliputi,
tentunya, informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail
dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik.
Biografi
menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat
biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau
misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan
perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang
tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang
biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi
seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga
tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara kronologis.
Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tema-tema utama
tertentu (misalnya "masa-masa awal yang susah" atau "ambisi dan
pencapaian"). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik
atau pencapaian tertentu.
Biografi
memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa
benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan
bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau
sejarah yang memaparkan peranan subyek biografi itu.
Biografi
adalah suatu kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang bersumber
pada subjek rekaan (non-fiction / kisah nyata). Sebuah biografi lebih kompleks
daripada sekadar daftar tangga lahir atau mati dan data-data pekerjaan
seseorang,tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam
mengalami kejadian-kejadian tersebut yang menonjolkan perbedaan perwatakan
termasuk pengalaman pribadi.
Macam-macam Biografi :
1. Berdasarkan
sisi penulis
2. Berdasarkan Isinya
3. Berdasarkan persoalan yang dibahas
4. Berdasarkan
penerbitannya
Berdasarkan sisi
penulis
1. Autobiografi.
Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya
2. Biografi.
Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :
*Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuam tokoh didalamnya
*Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)
1. Autobiografi.
Ditulis sendiri oleh tokoh yang tercatat perjalanan hidupnya
2. Biografi.
Ditulis oleh orang lain, berdasarkan izin penulisan dibagi atas :
*Authorized biography, yaitu biografi yang penulisannya seizin atau sepengetahuam tokoh didalamnya
*Unauthorized biography, yaitu ditulis seseorang tanpa sepengetahuan atau izin dari tokoh di dalamnya (biasanya karena telah wafat)
Berdasarkan Isinya
*Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.
*Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.
*Biografi Perjalanan Hidup, Isinya berupa perjalanan hidup lengkap atau sebagian paling berkesan.
*Biografi Perjalanan Karir, Isinya berupa perjalanan karir dari awal karir hingga karir terbaru, atau sebagian perjalanan karir dalam mencapai sukses tertentu.
Berdasarkan persoalan
yang dibahas
Biografi politik.
yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.
Intelektual biografi
yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.
Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra
yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan wawancara.
Biografi politik.
yaitu penulisan tokoh-tokoh di negeri ini dari sudut politik. Dalam biografi semacam ini bahan-bahan dikumpulkan biasanya melalui riset. Namun, biografi semacam ini kadang kala tidak lepas dari kepentingan penulis ataupun sosok yang ditulisnya.
Intelektual biografi
yang juga disusun melalui riset dan segenap temuan dituangkanpenulisnya dalam gaya penulisan ilmiah.
Biografi jurnalistik ataupun biografi sastra
yaitu materi penulisan biasanya diperoleh dari hasil wawancara terhadap tokoh yang akan ditulis maupun yang menjadi rujukan sebagai pendukung penulisan. Ini lebih ringan karena Cuma keterampilan dan wawancara.
Berdasarkan
penerbitannya
Buku Sendiri.
Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.
Buku Subdisi.
Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.
Buku Sendiri.
Penerbitan buku kategori ini dilakukan atas inisiatif penerbit dengan seluruh biaya penulisan, percetakan, danpemasaran ditanggung oleh produsen. Biografi jenis ini biasanya memuat kisah hidup tokoh-tokoh yang diperkirakan akan menarik perhatian publik.
Buku Subdisi.
Ongkos pembuatan buku jenis ini sebagian dibiayai oleh sponsor. Biasanya pola ini dilakukan pada buku-buku yang diperkirakan dari segi komersial tidak akan laku atau kalaupun bisa dijual harganya sangat tinggi sehingga tidak terjangkau.
28) Penjelasan
tentang autobiografi:
Pengertian autobiografi adalah :
biografi
yang ditulis oleh seorang tokoh tentang perjalanan kehidupanan pribadi yang dialaminya. Umumnya ditulis
dimulai dari masa kecil sampai waktu yang ditentukan oleh penulis itu sendiri.
Penulis aubiografi umumnya mengandalkan pada berbagai dokumen dan didasarkan pada memori sang penulis. Di negara maju, riwayat hidup yang dibukukan dianggap sebagai suatu karya sastra yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Menurut Sallie Mcfaqua, autobiografi dan tulisan semacamnya perlu diperhatikan dan dinikmati karena di dalamnya terdapat sebuah kisah kehidupan yang nyata.
29) Penjelasan
tentang bibliografi:
Kata
bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata Biblion: yang berarti
buku dan Graphein: yang berarti menulis, maka kata Bibliografi secara harfiah
berarti penulisan buku.Dalam hal ini maka bibliografi berarti kegiatan teknis
membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah
diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang
dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliofrafi adalah untuk mengetahui adanya
suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan.
Unsur-Unsur Bibliografi dan
Contoh Penulisannya
a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid
buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah,
atau surat kabar, tanggal dan tahun.
a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid
buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah,
atau surat kabar, tanggal dan tahun.
Penyusunan Bibliografi
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk refrensi
kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan
garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Namun, jarak
antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk refrensi
kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan
garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Namun, jarak
antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.
Jenis-Jenis Bibliografi
Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi sekunder akan tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar. Misalnya akan dibuat daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku yang dimiliki perpustakaan, maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar katalog. Sementara jika daftar yang disusun berdasarkan judul artikel suatu majalah, maka daftar tersebut dapat disebut daftar isi.
Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi:
• Bibliogrfi deskriptif:
Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat dari gambaran fisik
yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau majalah, judul
artikel, nama pengarang, data terbitan (impresium), kolasi serta kata kunci dan abstrak
yang tertulis.
• Bibliografi evaluatif:
Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan pustaka.
Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka atau
artikel.
Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi sekunder akan tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar. Misalnya akan dibuat daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku yang dimiliki perpustakaan, maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar katalog. Sementara jika daftar yang disusun berdasarkan judul artikel suatu majalah, maka daftar tersebut dapat disebut daftar isi.
Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi:
• Bibliogrfi deskriptif:
Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat dari gambaran fisik
yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau majalah, judul
artikel, nama pengarang, data terbitan (impresium), kolasi serta kata kunci dan abstrak
yang tertulis.
• Bibliografi evaluatif:
Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan pustaka.
Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka atau
artikel.
Cakupan Bibliografi
Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi:
• Bibliografi retrospektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan pada jaman
yang lampau. Misalnya “Bibliografi sejarah perang Dipenogoro”
• Bibliografi terkini/current :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit saat ini.
Contohnya Ulrich’s International Periodicals Directory.
• Bibliografiselektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu.
Misalnya “Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah”.
• Bibliografi subjek :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang ilmu dan
subjek tertentu. Misalnya “Bibliografi khusus ternak kelinci”.
• Biliografi nasional :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah regional
tertentu. Contohnya “Bibliografi Nasional Indonesia”.
Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan berbagai
pertimbangan antara lain :
• Permintaan pengguna
• Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu
• Dokumentasi koleksi yang dimiliki
• Mandat instansi
Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi:
• Bibliografi retrospektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan pada jaman
yang lampau. Misalnya “Bibliografi sejarah perang Dipenogoro”
• Bibliografi terkini/current :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit saat ini.
Contohnya Ulrich’s International Periodicals Directory.
• Bibliografiselektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu.
Misalnya “Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah”.
• Bibliografi subjek :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang ilmu dan
subjek tertentu. Misalnya “Bibliografi khusus ternak kelinci”.
• Biliografi nasional :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah regional
tertentu. Contohnya “Bibliografi Nasional Indonesia”.
Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan berbagai
pertimbangan antara lain :
• Permintaan pengguna
• Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu
• Dokumentasi koleksi yang dimiliki
• Mandat instansi
Bagian-bagian Bibliografi
Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :
∼ Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan
∼ Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan
korporasi
∼ Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana informasi
tersebut berada.
∼ Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan tahun
terbit
∼ Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel ditemukan.
∼ Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak
∼ Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number,
perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya
Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :
∼ Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan
∼ Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan
korporasi
∼ Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana informasi
tersebut berada.
∼ Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan tahun
terbit
∼ Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel ditemukan.
∼ Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak
∼ Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number,
perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya
Manfaat Bibliografi
Pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain:
∼ Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang kajiannya
∼ Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan meningkat
jumlahnya
∼ Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang cepat dan
tepat
Pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain:
∼ Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang kajiannya
∼ Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan meningkat
jumlahnya
∼ Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang cepat dan
tepat
Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi
mempunyai fungsi utama untuk membantu pemakai mencari dan menelusuri informasi
tertentu. Fungsi lain dari bibliografi adalah sebagai bagian dari jasa
pelayanan perpustakaan kepada pemakai. Dengan menerbitkan suatu bibliografi,
pustakawan dapat menawarkan koleksinya kepada pemakai tanpa harus mengeluarkan
seluruh koleksi yang dimilikinya, serta dapat menjangkau pengguna yang tinggal
jauh dari perpustakaan.
Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai:
∼ Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan
∼ Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan
∼ Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan
sebagainya.
Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai:
∼ Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan
∼ Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan
∼ Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan
sebagainya.
30) Penjelasan
tentang penulisan catatan kaki:
·
FOOTNOTE (CATATAN KAKI)
Istilah
Catatan Kaki (footnote)
Catatan kaki, atau dikenal dengan
istilah footnote adalah keterangan tambahan yang
terletak di bagian bawah halaman dan
dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah garissepanjang dua puluh ketukan
(dua puluh karakter)
1.Kegunaan Catatan Kaki (footnote)
1)
Menjelaskan referensi yang dipergunakan bagi pernyataan dalam teks (catatan
kakisumber atau reference footnote).
2)
Menjelaskan komentar penulis terhadap pernyataan dalam teks yang dipandang penting,
tetapi tak dapat dinyatakan bersama teks karena dapat mengganggu alur tulisan.
3)
Menunjukkan sumber lain yang membicarakan hal yang sama (catatan kaki isi atau content
footnote). Jenis catatan kaki ini biasanya menggunakan kata‐kata:
Lihat …,Bandingkan …, dan Uraian lebih lanjut dapat dilihat dalam …, dan
sebagainya. Dianjurkan penggunaannya tidak berlebihan agar tidak menimbulkan
kesan pamer.
Penggunaan ungkapan
tersebut perlu secara konsisten dan benar.
Note:
Catatan kaki sebaiknya tidak melebihi
sepertiga halaman. Sekiranya halaman tidak
memungkinkan, sebagian dari catatan kaki
dapat diletakkan di halaman berikutnya.
·
TEKNIK
PENULISAN FOOTNOTE
Ø UNTUK BUKU
Unsur yang diperlukan dicantumkan
adalah:
1. Nama Pengarang,
2. Judul Buku yang ditulis dengan huruf italic,
3. Jilid,
4. Cetakan,
5. Tempat Penerbit,
6. Nama Penerbit,
7. Tahun diterbitkan, dan
8. Halaman (disingkat h. saja, baik
untuk satu halaman maupun beberapa halaman)
dari mana referensi itu berasal.
Note: Data penerbitan, mulai dari cetakan, tempat
penerbit, nama penerbit, dan tahun diterbitkan, diletakkan di dalam kurung.
Contohnya:
1Muhammad
Ibn ‘Abdillah al‐Zarkasyiy, al‐Burhân fî ‘Ulum
al‐Qur’an,
Juz
IV (Cet. I; Cairo: Dar Ihya’ al‐Kutub al‐Arabiyah, 1958
M/1377 H), h. 34‐35.
Ø UNTUK ARTIKEL DALAM SURAT KABAR DAN MAJALAH
Unsur yang perlu
dicantumkan adalah:
1. Nama
Pengarang/Penulis Artikel (kalau ada),
2. Judul Artikel (di
antara tanda kutip),
3. Nama Surat Kabar
(huruf italic),
4. Nomor Edisi,
Tanggal, dan Halaman.
Note: Jika yang dikutip bukan
artikel tetapi berita atau tajuk atau lainnya, maka yang dicantumkan adalah
judul tajuk atau beritanya (di antara tanda kutip), diikuti dengan penjelasan
apakah itu tajuk atau berita yang dituliskan di antara kurung siku [ ], diikuti
nama surat kabar (huruf italic), nomor terbitan, tanggal, dan halaman.
Contohnya:
2Sayidiman
Suryohadiprojo, “Tantangan Mengatasi Berbagai Kesenjangan”,Republika, No.
342/II, 21 Desember 1994, h. 6.
3”PWI
Berlakukan Aturan Baru” [Berita], Republika, No. 346/II, 28 Desember 1994,
h. 16.
4Bachrawi
Sanusi, “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi,” Panji Masyarakat,No. 808, 1‐10
Nopember 1994, h. 30.
Ø UNTUK BUKU YANG MEMUAT ARTIKEL‐ATIKEL DARI BERBAGAI PENGARANG
Bila mengutip buku yang
seperti ini, maka perlu diperhatikan artikel
yang dikutip, dan siapa
pengarangnya. Unsur yang perlu disebutkan adalah:
1. Nama Penulis
Artikel,
2. Judul Artikelnya di
antara tanda kutip,
3.
Nama Editor Buku (kalau ada) atau Nama Pengarang Artikel Pertama, diikuti
istilah etal. atau dkk. (karena tentu banyak orang yang menyumbangkan
artikel),
4. Data Penerbitan, dan
5. Halaman.
Contohnya:
5M.
Dawam Rahadjo, “Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan,”dalam Taufik
Abdullah dan M. Rusli Karim (eds.), Metodologi Penelitian Agama(Cet. II;
Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), h. 24.
6Sahiron
Syamsuddin, “Hamka’s Political Thougt as Expressed in His Tafsir Al‐ Azhar,” dalam
Sry Mulyati dkk., Islam & Development: A Politico Religious Response (Montreal,
Canada: Permika, 1997), h. 244.
Ø UNTUK ARTIKEL ATAU ENTRI DAN ENSIKLOPEDIA
Unsur yang perlu
dicantumkan adalah:
1. Nama Penulis Entri
(jika ada),
2. Judul Entri di
antara dua tanda kutip,
3. Nama Editor
Ensiklopedia (kalau ada),
4. Nama Ensiklopedia
(huruf italic),
5. Jilid,
6. Data Penerbitan, dan
7. halaman.
Contohnya:
7Beatrice
Edgel, “Conception”, dalam James Hastings (ed.), Encyclopedia of Religion
and Ethics, jilid 3 (New York: Charles Schribner’s Son, 1979), h. 769.
Ø KUTIPAN DARI UNDANG‐UNDANG DAN PENERBITAN RESMI PEMERINTAH
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Instansi yang berwenang,
2. Judul Naskah (huruf italic).
Note:
Jika data dikutip dari
sumber sekunder, maka unsur sumber tersebut dicantumkan dengan menambahkan
unsur‐unsur
nama buku (huruf italic), dan data penerbitan. Jika sumber sekunder
tersebut mempunyai penyusun, maka nama penyusun ditempatkan sebelum nama buku
dan nama penerbit dimasukkan sebagai data penerbit.
Contoh:
8Republik
Indonesia, Undang‐undang
Dasar 1945, Bab I, pasal 1.
9Republik
Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Perubahan
atas Undang‐Undang
No. 15 Tahun 1969,” dalam Undang‐UndangKeormasan
(Parpol & Golkar) 1985 (Jakarta: Dharma Bhakti, t.th.), h.
4.
10Republik
Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara,” dalam S.F.. Marbun, Peradilan Tata Usaha Negara(Yogyakarta:
Liberty, 1988), h. 198.
Ø PENOMORAN
Catatan kaki diberi
nomor sesuai dengan nomor pernyataan terkait. Penomoran dimulai pada setiap
awal bab. Nomor diketik setengah spasi di awal catatan kaki dengan jarak tujuh ketukan
dari margin kiri.
Contohnya:
11’Ali
Rida, al‐Marja’
fi al‐Lugat
al‐‘Arabiyyah (Beirut:
Dar al‐Fikr,
t.th.), h.254.
12Ibid.,
h.
300.
Ø PENTING UNTUK DIPERHATIKAN
a.
Bila catatan kaki lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya
diketik di awal margin kiri.
b.
Antara baris terakhir teks dengan nomor catatan kaki diberi garis sepanjang dua
puluh ketukan sebagai pembatas. Antara baris terakhir teks dengan garis pembatas
itu berjarak dua spasi, sedang jarak antara garis pembatas itu dengan teks
catatan kaki berjarak dua spasi juga.
c.
Jarak baris terakhir sebuah catatan kaki
dengan baris pertama catatan kaki
berikutnya adalah dua
spasi.
d.
Nama pengarang dalam catatan kaki tetap seperti tercantum dalam karyanya.Tak
ada “pembalikan” nama seperti
dalam Daftar Pustaka.
e.
Pada catatan kaki harus disebutkan
halaman buku yang dikutip dengan
menggunakan singkatan
h. baik untuk satu halaman atau pun lebih. Contohnya:h. 55‐67;
bukan hh. 55‐67.
f.
Pemakaian hasil wawancara yang disebutkan dalam teks hendaknya dibatasi
karena sifatnya hanya
sebagai pelengkap. Jika penelitian memerlukan
wawancara sebagai
sumber data utama maka catatan kakinya ditulis dengan
menyebutkan nama orang
yang diwawancarai dan jabatannya, yang didahului dengan kalimat: Hasil
wawancara dengan, kemudian tanggal dan tempat wawancara. Untuk wawancara tidak
menggunakan op. cit., loc. cit., dan ibid,sehingga keterangannya
harus diulang terus.
Ø
ISTILAH Ibid,
op. cit. DAN loc. cit.
Istilah Ibid. (singkatan dari ibidem)
digunakan untuk menunjuk sumber yang sama, yang baru saja disebut tanpa ada
yang mengantarai keduanya (sama halaman atau tidak). Jika halaman yang dikutip
sama, maka nomor halaman tidak dicantumkan lagi. Kalau kata ibid. terletak
di awal catatan kaki, huruf awalnya ditulis dengan huruf capital (Ibid), sedang
bila terletak di tengah kalimat, misalnya sesudah kata‐kata
“Disadur dari” maka huruf pertamanya ditulis dengan huruf kecil (ibid).
Istilah op. cit. (singkatan
dari opera citato, dan singkatan harus diberi spasi diantaranya, op. cit.,
bukan op.cit.) menunjuk kepada sumber yang sama telah disebut
terdahulu tetapi di antarai oleh sumber lain yang tidak sama halamannya.
Istilah ini (op. cit.) digunakan sesudah menyebutkan nama pengarang.
Jika halaman yang dikutip sama, maka digunakan istilah loc.cit. (singkatan dari loco
citato).
Contohnya:
14Muhammad
Ali al‐Sabuniy,
al‐Tibyan
fi ‘Ulum al‐Qur’an
(Cet.
I; Beirut:‘Alam al‐Kutub, 1985), h. 22.
15Ronny
Hanitijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum (Cet. I; Jakarta:Ghalia
Indonesia, 1983), h. 35.
16Ibid.,
h.
40.
17
Muhammad Ali al‐Sabuny, op. cit., h. 30.
18Ronny
Ngatijo Sumitro, loc. cit.
Ø UNTUK DUA KARYA ATAU LEBIH DARI SEORANG PENULIS
Sering terjadi dua
karya atau lebih dari seorang penulis dipergunakan dalam sebuah bab,dicantumkan
sandi untuk masing‐masing karya tersebut, tanpa perlu
menggunakan singkatan op. cit. atau loc. cit. Sandi diambil dari
kata yang terdapat dalam judul karya.
Contohnya:
19Muhammad
Ali al‐Sabuniy,
Rawa’i al‐Bayan
fi Tafsir al‐Ahkam
min al‐Qur’an,
Jilid
I (t.t.: Dar al‐Fikr, t.th.), h. 57.
20Ronny
Ngatijo Sumitro, loc. cit.
21Muhammad
Ali al‐Sabuniy,
Rawa’i, h. 54.
Dalam catatan kaki no.
21 di atas, kata Rawa’i adalah sandi untuk membedakan referensi dari
buku al‐Sabuniy
lainnya yang juga digunakan dalam penulisan skripsi/tesis/disertasi, yaitu al‐Tibyan, yang
sebutkan dalam catatan kaki no. 14.
Ø MENGUTIP DARI BUKU YANG DITERJEMAHKAN
Unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang Asli,
2. Judul (huruf italic,
kalau diketahui), diikuti dengan kalimat: diterjemahkan oleh,diikuti nama
penerjemah,
3. judul buku terjemahan (huruf italic),
4. data penerbitan, dan
5. halaman.
Note: Bila
judul asli tidak disebutkan, maka judul terjemahan saja yang dicantumkan.
Contohnya:
22Wahbah
al‐Zuhayliy,
al‐Qur’an
al‐Karim,
Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah
wa
Khasa’isuh al‐Hadariyyah, diterjemahkan
oleh Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri dengan judul al‐Qur’an:
Paradigma Hukum dan
Peradaban (Surabaya:
Risalah Gusti, 1996), h. 141. dalam contoh di atas, judul aslinya tidak
diketahui, maka kalimat teks footnote ini adalah sebagai berikut:
22Wahbah
al‐Zuhayliy,
Al‐Qur’an:
Paradigma Hukum dan Peradaban,
diterjemahkan oleh
Mohammad Luqman Hakiem dan Mohammad Fuad Hariri
(Surabaya: Risalah
Gusti, 1996), h. 141.
·
PENULISAN REFERENSI DENGAN ENDNOTE
Endnote adalah
catatan akhir, yakni referensi yang diletakkan di akhir suatu karya
ilmiah,sebelum Daftar Pustaka.Dalam program komputer, cara pembuatan endnote
persis sama dengan footnote, hanya letaknya saja yang harus diset di
akhir karya ilmiah. Ketentuan‐ketentuan yang berlaku untuk footnote,
juga berlaku untuk endnote, termasuk ketentuan untuk Daftar Pustaka.
Parenthetical Reference parenthetic(al) ks. 1 yang disisipkan.
2 dalam tanda kurung. ‐parentthetically kk. dengan sisipan,
sambil lalu.Referensi seperti ini hanya berfungsi untuk menunjukkan referensi
suatu pernyataan, baik itu
saduran atau kutipan langsung. Parenthetical reference diletakkan di
dalam teks, diapit oleh kurung.
Informasi yang perlu disebutkan adalah nama akhir pengarang yang langsung diikuti tahun terbitnya buku
referensi, diikuti oleh koma, kemudian diikuti oleh nomor halaman.
Contohnya:
… Ini berarti bahwa kita harus mencari
kenyataan pemikiran Islam yang dapat
dikatakan mewakili Indonesia, namun pada
waktu yang sama juga mempunyai
kaitan yang nyata dengan pemikiran Islam
secara umum (Madjid 1995, 23).
31) Penjelasan
tentang kalimat berobjek:
Ciri-ciri kalimat berobjek:
Predikatnya
berupa kata kerja transitif.
Objeknya
berupa kata benda.
Objeknya
terletak di belakang predikat kata kerja transitif.
Kalimat aktif
dapat diubah ke dalam bentuk pasif.
Objek pada
kalimat aktif menduduki jabatan subjek dalam kalimat pasif.
Objeknya
dapat diganti –nya.
Dalam bahasa Indonesia dikenal lima (5) sebutan fungsi kalimat, yakni
Subjek (S), Predikat (P), Objek (O) Pelengkap (Pel), dan Keterangan (K). kelima
fungsi tersebut kedudukannya antara lain dapat dilihat dalam contoh kalimat
berikut.
1. Ayah Kresna menulis
buku pelajaran.
S
P
O
2. Kaosnya bergambarkan
burung merpati.
S
P
Pel
3. Kakak membelikan
Anto buku pelajaran.
S
P
O Pel
Jika
diperhatikan dalam kalimat di atas, fungsi objek (O) dan pelengkap (Pel) selalu
di belakang predikat (P). Atas dasar itu, antara keduanya sering dipersamakan.
Padahal di antara keduanya terdapat karakteristik yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat pada table berikut.
No.
|
Objek
|
Pelengkap
|
1.
|
Katagori katanya berupa nomina atau benda.
Kresna membaca buku.
|
Selain nomina, pelengkap bisa diisi olehajektif
Adik bermain bola.
Bajunya berwarna hijau.
|