Kamis, 30 Agustus 2012

Antologi Puisi 1


“Sebuah masa tak akan terlahir dan tersentuh tanpa kata sang mangsa di pesakitan sang rembulan pagi yang hendak menari,memeras kelaman malam”

14 0ktober 2011
“Sejenak!
Sejengkalku menali bisu,
Kala kepingan itu mematu,
Cuilanmu menorehkanku,
Di serpihan mawar yang
Meriuk kaku,
Tertunduk,
Meriuk,rancu.....
15 0ktober 2011

“Lepasan sendu
Kutarik semua nafasku
Di kegelapan,
Kutanggalakan semua,
Raga,
Jiwa,
Dibawah tetesan air yang hina,
Menunggu lama,
Terlempar,
Entah kemana.....
16 0ktober 2011

“Kaku.
sejengkal terpaku pada empat kaki
ketika celotehan tak semusim
menarik kesan-kemari
entah
entah apa sari itu
diam dan tertegun himmah
dupa teriris sesaat
terlebur
tergantung
terhantam semalam
terlupa
terlupakah kata-kata!
17 0ktober 2011

“Kotakasa.
Tiga lilin melari
Meliuk di buaian batang
Merayap sang hitam
Ke utara
Entahku
Apa mu
Ku terperanjat kaku
Tanpa dekatan sendu
Hitungan menaluiku
Tak tersentuh
Tapi terasa kaku.

18 0ktober 2011
“Palung di ufuk batu.
Saat pusaran mata merajut
Tali pikir meliuk
Memenjarakan namamu
Dari tetesan buta
Melesuh gelombang arang
Dedaunan sakura

Serpihan tercecer bersama
Coretan urat
Kala tusukan kembali
Kau letupkan
Bersama pasukan
Pusaran angin jiwa...
19 0ktober 2011

“Buah bisu,
Buah pisang nan rindang
Kembali meneduhi buih-buih sunyi
Merayap kebisu
Menggugah serpihan kisut
Tak selamanya masa kan rajamu
Kala sebuah cangkiran menari 
Setusuk palu kan menalu
Menemani setiap lilinan
Meliuk paku
Dan merayap memaku
Mengejar kembara
sang kata bisu

20 0ktober 2011

“Setitik himmah dalam kelam,
Tumbuh merayu,,,,
Saat kunang-kunang
Menari di ilalang putih
Saat terlelap
Memikul cahaya lembutmu
Menarik bulatan korneamu
Menilik
Rebah sang tulangku kakau bisu
Masuk merong-rong
Cuilan  hiruknya waktu,,,
21 0ktober 2011

“Ketukan bisu
Menorehkan kisutnya waktu
Dipelupuk paku
Saat menalu sendu
Memikul semburat katup yang layu
Melebur di dentuman
Kolonial partaimu
Kapan katamu kan membisu
di supervasi oleh mata julingmu
22 0ktober 2011

“Membisukan waktu,,,
Sentuhanku terbungkam
Ketika sinar mengatup
Membisu...
Kala termangu
Entah buaian pitalu
Kasaku membatu
di dalam cuilan retakan
ilusimu

retakan kembali terlabu

tapi aku .....
aku mesti membungkus
membungkus sang irisan dalam lorong palu
menata sang tali dalam junjungan himmahmu
merajut tatanan pasir di terjangan jurang
kisut melarung tunggalan rujimu
tuk memorak kesepian alu
di serpihan juamu dan nyataku

membuang kelaman kunciku
denganmu
melumpuh di bawah sujudMu
berapi denagan masaku
dikuil bola putaranMu,,,
23 0ktober 2011

“Bisu-mu
Mata ini mematu pada satu batu
Membias seluruh uratku
Menarik tuk menggantungmu
Dalam kuilku
Melihat warna sapuan anginpun
Meracun
Membutakanku

Sedetik katup ini membisu
Senyumanmu tiba membatu
Tanpa keringan coret
Langkah melangkah
Meleburkan retakan ilusi
Sang mawar terjangan bisu
24 0ktober 2011

“Sang pelukku,,
Mata ini merucut
Membatu
Tersapu kelaman malammu
Ketika dua kakiku melangkah memelukku
Tubuh sang hina tertelan bisu
Melihat bisuan malamku

Hanya kata maaf
Yang bisaku peluk denganmu
Melihatmu lari dariku
Entah apa hentakanku membisu
Memikul asa bersamamu
Sekali lagi maaf yang kucipta
Untukmu

Sang pelukku
Jangan kau lari dariku
Tetap bersama juamu dengan kuncup
Putihanmu

Kutak bisa tanpa cuilan larungmu
Melewati kuilan cairan apimu
Kutancapkan nama diri jiwamu
Membungkam kelaman sang pelukmu

Oh...sang pelukku
Kutak ada rontaan tuk memikul
Serpihan apa juaku
Tuk memikulku

Untuk ayah,ibu
Jangan kau lepaskan kuncupmu
Janagan kau lepaskan pelukmu
Jangan kau bisukanku

Oh ibu,bapak
Rasanya inginku memikul setiap
Larangan siang malammu

Oh bapak,ibu
Tunggu kuncupku mekarkan harapanmu
Tunggu aku memelukkan harapanmu
Tunggu aku mengembangkan sayapku
Tukku persembahkan untukmu
Sang pelukku,,,,
25 0ktober 2011

“Berdiri....
Duduk tertegun dibutaan malam
Terasing dengan suaramu
Tertusuk sejenak rontaanku
Kelam
Bisu
Dan kaku sesaat
26 0ktober 2011

“Sejengkal berjalan....
Merayap ditepi sepimu....
Terdepak bisuan sunyimu....
Kau menelan sup-sup manismu....
Tak terlena  sedetikpun
Kuncupan itu semakin merayu
Ketika kau membisu
Menatap sang rimamu
27 0ktober 2011

“Kilau usik....
Kala usikan semakin menggulung rontaan pasir
Ku berharap akan keluasan cahaya
Menanti kecerahan warna pelangi
Di ikatan menara
Berlabuh disunyian belai-belai ayat putihmu
Bersimpuh menatap pusaran angin
Mata sang tombak pasermu
Menanti kembali warna aurora di ikatan himalaya
Tuk labuhan wangi sang zaitunmu
Terus dan menusukku
28 0ktober 2011

“Nisan putihku.
Kutarik kata tubuhku
Kutarik arca batuku
Kutambal bersama sulaman cintamu
Kutarik tuk tersapu
Menuju nisan putihku
Kutarik larian jariku
Ku tarik jengkalan dosa-dosaku
Kusembuhkan setitik angsamu
Bersentuh bisu
Tuk bersujud dalam kelam buaianmu
29 0ktober 2011

“Apakah benar?
Apakah ini benar berlabuh pada ridhomu
Apakah ini benar berlayar pada pusaran sinarmu
Apakah ini benar berlabuh pada jalanmu
Apakah benar
Apakah salah
Apakah slah tulangkuu bersatu
Apakah benar
Apakah salah
Apakah benar bersama suci ayat-ayat sahmu
Apakah benar
Atau salah
Atau benarkah itu?
30 0ktober 2011

“30 hari di bulan 10-2011
Hitaman lalat bersatu semut
Menambal dan tergantung
Pada tangkai pot masa rasa mu
Terlena kelopak bisu
Membatu,menalu
Tersentak putihan ronamu
Bersama
Menanti kelesuan perjalanan
Menepuk
Terus berlalu...
Terus membisu...
31 0ktober 2011

“Sepiku
Sepiku terpaku pada bola matamu
Sepiku terpaku pada ucapanmu
Sepiku terpaku pada belai pujimu
Sepiku terpaku pada ayat-ayatmu
Sepiku terpaku pada sentuhan sucimu
Sepiku terpaku,
Membatu,
Pada masamu
Terus menali dan menalu pada
Himmah, rontaan, bisuku.....
1 November 2011

“Sang layu
Semua musnah layu
Berserakan
Tersentuh sesaat sang relung
Palung tergelappun
Terus membisu
Tanpa nafas
Ku mulai...
Ku mulai melumerkannya
Mesti aspal ini mulai merongkong
Menerjang sang paru
Menerjang daratan bisu
Tercampakkan batu duri
Dalam sapu dua kelambu
Layu ...
2 November 2011

“Galau!
Sempat teriris luka
Diserpihan batu yang mengganjal borok
Di dada
Selalu dan selalu
Kau hantamkan pada luka
Apakah itu yang kau sebut
Dengan cinta?
Kata yang memuakkan sang luka...
3 November 2011

‘’’’’’’’’’’’’Ojen’’’’’’’’’’’
Kehujanan di ujung trotoar
Pemoto tugas
Aku berlari tanpa spasi sang masa
Terhenti
Tertegun
Di bawah rumah gubuk putih
Bersama alunan angin-anginmu
Sepi
Terbasah
Dalam kelaman butir-butir airmu
4 November 2011

“Dua lebah
Hinggap di kegelapan
Di paku batu
Menarik sayap sang putik
Ke langit
Tak ada kata
Dengan keras
Terseret dalam maaf
Ku lapuk sesaat
Ketika ucapanmu
Melaukkan sang rasaku
Di labuhan jiwamu
5 November  2011

“Kala
Kala musim ini...
Kala musim mengiris
Kala musim mengaduk
Kala musim mencongkel
Kala musim menata
Kala musim menutup
Kala musim melauk
Kala musim itu...
Kala musim sang waktu
Terus menali
Meliuk,membungkus
hirup udaramu...
6 November 2011

“Sendu
Seribu frasa terseret tersebar
Menghimpit nafas
Saat sang kala menutup
Sang katup jantung ini
Terus memompa ikatan itu
Menusuk menembus luapan
Sendu,,,,
7 November 2011

“Asaku
Kosong tanpa kata
Ketika kau lempar gelombang
Dengan bata
terbanting sesaat
ketika kau lirik senyuman
mendua
menoreh di seberang
sang tangkai busa
aku tertetes sejenak
di luapan bisu
 asaku,,
PALSU.....!
8 November 2011

“BOLA SANG KATA
            Aku tak tahu berapa
            Dan dimana kau ada
Aku terus lari
Melaju digurun
Dan di gunung
Penuh gelombang
Penuh sesakmu diluapan mata
            Senyum..
            Aku terus
            Terus mencari
            Mencari kemanusiaan sang bola katamu...
Entah dimana dan dimana...
“aku haus”
Haus mencari kata bola
            Kata sang bola sang kata
Entah dimana
Cari entah di mana
Luapan kan mencongkel masa
Menghentikan
 Larian asa ini.....
9 November 2011

“Luapku
Rintihku
Sepiku
Meringkuk dibawah sepimu
Terus menyerah
Dengan penuh kata
Ku labuhkan dengan mu
Terlelap dalam nisanmu
Sempat dan tepat
Di dalam asa sang
masa di rana...
10 November 2011

“Benci dan Banci”
Benci...
Banci...
Ku tuang untuk
Benci...
Ku tilik untuk
Banci...
Benci...
Banci...
Kata tak terpikir dalam lorong
Benci...
Banci...
Siap meleleh melumer
Benci...
Banci...
Memuak
Membusuk
Di ranjau mimpi mangsa
Di bola kata             
ner aka...
11 November 2011

“Pena tertanggal
Bulan april dihiasi kepedihan...
Coretan yag mengisi palung kosong
Tak buta nyawa
Terhempas
Terukir
Menjadi
kata-kata
sejenak terpental
melumer dengan leburan
sang asa
hangus tak tersisa...
12 November 2011

--“tersentak
Tersentak
Terdengar
Paku mematu trakeaku
Terhenti nafas paruku
Keluar sejenak
Dengan pilumu

Tersentak dengar
Batu menghantam sang indra
Merongrong masa
Hanya kata
Hanya mangsa

Dentuman itu...
Melanjut memaaf
Yang menumbuh sang onggok
Pagar sang masa...
13 November 2011

“Menantimu
Menanti suatu akan masa di padang
Arakan rasa
A rakan duka
Arakan dosa
Arakan pahala
Masa...
Ke dalam lorong
Masa...
Tuk dikubur dalam asa
Ke peti sang masa
Terus melaju
Menuju arakan syurga...
14 November 2011

“Berkarat...
Ketika sore ada setitik rintik
Menetes tepat di hati
Sulit tuk  jatuh dan hilang
Menoreh
Menetap
Mencengkeram
Terasa sekejap
Harus memati
Tanpa sentuhan
Yang kian lama berkarat dalam
Dosa asa....
15 November 2011

Berbalik”
Hari tidak sebentuk  pusaran
Berbalik menatap bola
Dengan dentuman  anggun
Kau mencongkel
Tapi aku merajut
Mesti kelabu itu menutup
Menerjang topangan
Menumpuk sucian  kata
Di atas rona
Malam di kala siang

Pelik  di fatamorgana siang
Melumer
Menusuk ketupan katup
Di ilalang
Membeku
Meregut duka
Dengan keringan malam

Serpihan
Oh serpihan...
Kembali menusukku
Menunduk kaku
16 November 2011

“Lubang salju
Lubang menganga
Sesaat di terpaan pagi
Menganga
Membengkak
Terasa kaku dalam kelam
Terus
Dan menusuk
Ketika duka terlahir dalam
liatan ludah....
(oh,sakitnya gigiku...)
17 November 2011

“----Sepotong kata untuk sang rembulan
Durian laku kan selalu hiruk
Pikuk terlabu di masa pusaran masa
Serpihan tuba terlumer sesaat kala
Senja terlahir duka
Masa kan terus memasa
Dengan tangisan tiupan duka
Yang selalu menyelimuti masa
Sadarlah masa
Akau hadir dalam senjamu
Sang masa
Harap dan harap
Kau menatapku di kuil masa...